Jumat, 24 April 2015

pembuatan kompos


LAPORAN PRAKTIKUM BUDUDAYA PERTANIAN ORGANIK
PEMBUATAN KOMPOS


Oleh
Ika Apriani                  1127060040

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2015
 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang

Pupuk organik umumnya dihasilkan dari proses pengomposan sehingga sering disebut juga dengan kompos. Pengomposan merupakan proses dimana bahan-bahan organic mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang dapat memanfaatkan bahan organic sebagai sumber energy. Menurut J.H.Crawford (2003), kompos adalah hasil penguraian tidak lengkap dan dapat dipercepat secara artificial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau an aerobic (Nyoman P. Aryantha.dkk,2010).
Secara alami bahan­bahan organic yang berada di alam akan mengalami proses penguraian (dekomposisi) dengan bantuan mikroba maupun biota yang ada didalam tanah. Namun proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama dan lambat. Untuk mempercepat proses pengomposan ini telah banyak dikembangkan teknologi­teknologi pengomposan. Baik pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang dan teknologi tinggi (canggih).
Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan ini meniru berdasarkan pada proses penguraian yang terjadi secara alami. Hanya saja pada saat proses penguraianya dioptimalkan dengan sedemikian rupa sehingga proses penggomposan dapat berjalan dengan lebih cepat dan efesien.
Teknologi pengomposan pada saat ini menjadi sangat penting terutama dalam mengatasi permasalahan limbah organic, seperti sampah dikota-kota besar, limbah organik industry, serta limbah pertanian dan perkebunan.
Pemanfaatan pupuk organik merupakan salah satu solusi untuk mengatasi kelangkaan dan kenaikan harga pupuk anorganik yang terus melambung. Disamping itu pemakaian pupuk kimia yang terus menerus membuat tanah menjadi keras dan tandus, sehingga keseimbangan Ekosistem mikroorganisme dan cacing tanah terganggu bahkan akan menyebabkan mati (punah). Penggunakan pupuk organik (berupa kompos) mendapat perhatian dari semua kalangan karena bahan baku pembuatan kompos ini selalu tersedia secara berlimpah di alam. Selain itu pupuk kompos mampu memperbaiki sifat fisik, kimiawi, dan biologi tanah.

1.2.Tujuan

1.      Untuk menjelaskan pengertian kompos
2.      Untuk mengetahui langkah-langkah dasar pembuatan kompos

BAB II

LANDASAN TEORI

Kompos adalah hasil akhir suatu proses dekomposisi tumpukan sampah/serasah tanaman dan bahan organik lainnya. Keberlangsungan proses dekomposisi ditandai dengan nisbah C/N bahan yang menurun sejalan dengan waktu. Bahan mentah yang biasa digunakan seperti : daun, sampah dapur, sampah kota dan lain-lain dan pada umumnya mempunyai nisbah C/N yang melebihi 30 (Sutedjo, 2002).
Tanaman tidak dapat menyerap hara dari bahan organik yang masih mentah apapun bentuk dan asalnya. Kotoran ternak yang masih segar tidak bisa diserap haranya oleh tanaman. Apalagi sisa anaman yang masih segar bugar juga tidak dapat diserap haranya oleh tanaman. Melihat besarnya sampah organik yang dihasilkan oleh masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk organik demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat (Rohendi, 2005)
Proses pengomposan akan segera terjadi dan berlangsung setelah bahan-bahan mentah tercampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap awal, oksigen dan senyawa-senyawa lainnya yang muda terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofik, sehingga suhu pada tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat, diikuti dengan meningakatnya pH pada kompos. Pada saat proses dekomposisi berlangsung maka suhu akan meningkat diatas 500-70oC. Suhu ini akan tetap tinggi selama waktu tertentu, dan mikroba yang aktif pada kondisi suhu tinggi ini adalah mikroba Termofik. Pada saat inilah terjadi proses dekomposisi/penguraian bahan-bahan organic sangat aktif oleh mikroba. Dengan bantuan oksigen mikroba­mikroba yang berada didalam tumpukan kompos menguraikan bahan organic menjadi CO2, uap air sehingga  tumpukan kompos menjadi panas.
Setelah sebagian besar bahan terurai, maka suhu secara berangsur-angsur akan mengalami penurunan, dan pada saat inilah terjadi proses pematangan kompos. Pematangan kompos tingkat lanjut akan membentuk kompleks liat humus.
Selama proses pengomposan, bahan-bahan organic yang digunakan dalam pembuatan kompos akan mengalami penyusutan volume maupun biomassa bahan. Penyusutan volume ini bisa mencapai 30-40% dari volume bobot awal bahan.
Pada   dasarnya   semua   bahan­bahan   organik   padat   dapat   dikomposkan, misalnya : limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas, dan limbah-limbah pabrik/industry.
Proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama hingga 3 bulan. Sehingga di akhir-akhir ini banyak dikembangkan pupuk organik yang dibuat secara cepat dengan sengaja menambahkan mikroba dekomposer yang telah diketahui sifat-sifatnya. Mikroba tanah juga berperan penting dalam proses pelarutan mineral-mineral yang tadinya berada dalam bentuk senyawa kompleks menjadi bentuk ion, maupun garam-garam yang dapat diserap oleh akar. Sebagai contoh unsur fosfor dalam senyawa kompleks batuan akan terlarutkan oleh kelompok pelarut fosfat sehingga menjadi tersedia bagi tanaman (Nyoman P. Aryantha.dkk,2010).
Penggunakan EM4 dalam pengomposan memiliki keunggulan antara lain cepat masa fermentasinya , irit biaya dan kompos yang dihasilkan memiliki karakter kompos yang baik misalnya bau warna dan C/N ratio kompos. Dari hasil percobaan kompos yang menggunakan bahan baku limbah tumbuhan kacang tanah menghasilkan kompos dengan mutu yang baik, jika dilihat dari tekstur, warna, bau, C/N ratio dan hasil uji coba pada tanaman (Siti Umniyatie,dkk, 1999).
Manfaat dari pupuk organik adalah dapat menyediakan unsur hara makro dan mikro, mengandung asam humat (humus) yang mampu meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, meningkatkan aktivitas bahan mikroorganisme tanah, pada tanah masam penambahan bahan organik dapat membantu meningkatkan pH tanah, dan penggunaan pupuk organik tidak menyebabkan polusi tanah dan polusi air (Novizan, 2007).


BAB III

METODOLOGI

3.1.Alat dan Bahan

Alat
Bahan
·          Ember plastic berukuran 5 liter yang ada tutupnya
·         Styrofoam
·         Kertas duplex
·         Gunting
·         Pisau
·         Atal pengaduk
·         Nampan/ baki
·         Thermometer
·         Activator EM4
·         Larutan moretan
·         Sampah daun-daunan kering (Serbuk gergaji, Serutan kayu, Sekam padi, Jerami, Kulit jagung).
·         Sampah dapur  (Sayuran, Buah-buahan, Daun segar dan  Rumput).

3.2.Langkah kerja

a)      Seluruh bagian ditengah ember dilubangi
b)      Styrofom dipotong dengab ukuran 5 x 5 cm, lalu gunting kertas duplek dengan cara mengikuti pola lingkaran bagian bawah ember, kemudian kertas duplex dilubangi. Styrofom dimasukan dan disusun didalam ember, kemudian styrofom dibagian atas dilapisi dengan kertas duplex.
c)      Sampah daun-daunan kering seperti jerami, kulit jagung dan sampah dapur seperti sayuran, buah-buahan, daun segar dan rumput dicacah dengan menggunakan pisau atau gunting hingga berukuran 0.5-1 cm.
d)     Potongan sampah dimasukan kedalam komposter/nampan, dan tambahkan 50 ml EM4 yang telah dilarutkan dalam air 240 ml kedalam sampah. Sampah yang telah dicampur dengan EM4 diaduk hingga merata, kemudian tambahkan larutan moretan sebanyak 240 ml dan di aduk kembali hingga merata (sampah memjadi lembab)
e)      Setelah tercampur rata dan lembab, dimasukan dalam komposter dan ditutup. Berilah label tanggal pembuatan dan kelompok.
f)       Pembuatan kompos diamati selama satu bulan, dengan interval pengmatan dan pengadukan seminggu satu kali.
g)      Apabila kelembabannya kurang, maka lakukan pemercikan air kedalam komposter
h)      Kompos yang sudah siap, diayak dengan menggunakan saringan/ayakan kemudoan di kemas dan disimpan ditempat yang kering.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil Pengamatan

Pengamatan pada praktikum ini dilakukan setelah 1 minggu, adapun hasil pengamatan yang di peroleh selama 1 bulan adalah sebagai berikut :
No
Waktu
Aroma
Warna
Tekstur
Suhu
Keterangan
1
Selasa, 17 Maret 2015
Berbau menyengat, asam segar
Coklat
Kasar (potongan sampah masih terlihat jelas)
Panas sekitar  
40-500C
Menguap, Ketika kopos di balikan berasap,  terjadinya proses pertukaran O2
2
Selasa, 24 Maret 2015
Bau sudah tidak terlalu menyengat, berbau khas sekam dan kayu
Coklat tua
Kasar (potongan sampah agak hancur), lebih mudah hancur  ketika diaduk
Hangat sekitar
35-450C
Menguap, terdapat mikroorganisme dan terdapat tanaman yang tumbuh berkecambah
3
Selasa, 31 Maret 2015
Aroma bau seperti tanah
Coklat kehitaman
Kering, mudah hancur,  kasar
Agak dingin
Mengguap tapi tidak sebanyak sebelumnya.
4
Selasa, 07 April 2015
Aroma berbau tanah
Coklat kehitaman Semakin pekat
Kering, mudah hancur, agak halus dan remah.
Dingin sekitar 300 C
Hanya ada sedikit uap, karena telah melewati proses hidrolisis dan suhu kompos sudah dingin

4.2.Pembahasan

Kompos adalah hasil penguraian parsial campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifikal oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan tertentu (hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik).
Pada pembuatan kompos ini melalui metode Komposter (ember plastik) dan menggunakan bahan baku dari sampah dapur (Sayuran dan buah-buahan), sampah daun-daun kering (Serbuk gergaji, serutan kayu, jerami, sekam padi, dan kulit jagung), serta EM4 (Efective Mikroorganisme) dan Moretan (yang dibuat pada praktikum 1).
Adapun fungsi-fungsi yang dimiliki dari berbagai bahan yang digunakan diantaranya yaitu : serbuk gergaji memiliki daya serap air, dan mengandung unsur karbon yang tinggi, selain itu serbuk gergaji ini dapat di jadikan sebagai bahan baku pembuatan kompos. Semakin halus ukuran partikel serbuk gergaji, maka daya serap air dan bau yang dimilikinya semakin besar. Sedangkan sekam padi dan jerami berfungsi untuk mengikat logam berat dan dapat menggemburkan tanah, sehingga bisa mempermudah akar tanaman menyerap unsur hara di dalamnya, sekam padi mempunyai kandungan kadar air dalam jumlah yang relatif kecil. Selain itu ukuran partikel sekam yang relatif kecil dan ringan juga mempengaruhi dan diperlukan dalam jumlah yang besar. Sedangkan EM4 (Effective Microorganisme), EM4 merupakan suatu cairan yang berwarna kecoklatan dan memiliki aroma yang manis asam (segar) yang dimana didalamnya terdapat campuran mikroorganisme yang menguntungkan bagi proses penyerapan dan persediaan akan unsur hara.
Persiapan awal yang dilakukan dalam pembuatan kompos ini adalah menyiapkan bahan-bahan, kemudian bahan bahan tersebut yang berukuran besar seperti daun-daunan, jerami, dan kulit jagung dicacah dengan menggunakan pisau atau gunting dengan ukuran 0.5-1 cm, agar bentukbahan menjadi lebih kecil dan mudah hancur. Setelah bahan dicacah dan di campurkan, bahan-bahan tersebut dimasukan kedalam komposter (ember plastic), dan diberikan aktivator EM4 sebanyak 2,5 ml yang di larutkan dalam air sebanyak 240 ml dan larutan moretan sebanyak 240 ml. Larutan EM4 dan moretan ini digunakan karena dapat mengolah dan menguraikan bahan-bahan organik dengan cepat selama fermentasi dan hasil yang dibuat  tidak akan menguluarkan aroma yang busuk melainkan mengeluarkan aroma yang segar.
Aroma awal dari pembuatan kompos yang tercium adalah berbau khas dari bahan-bahan seperti serbuk gergaji dan sekam, warnanya coklat kemerahan dan sedikit berwarna cream akibat dari jerami dan kulit jagung, teksturnya kasar, dan suhunya dingin.
Pengamatan kompos dilakukan seminggu sekali selama satu bulan, dan hasil pengamatan pada minggu pertama ketika di buka tutupnya terdapat uap,yang tercium adalah berbau menyengat, asam segar serbuk gergaji yang menyengat, warnanya coklat, suhunya pada bagian tengah panas sekitar 40-500C, ketika kopos di balikan berasap,  ini terjadi karenaadanya proses pertukaran O2, teksturnya kasar (potongan sampah masih terlihat jelas), hal ini menunjukkan bahwa kompos belum matang.
Sedangkan pada minggu kedua saat tutup dibuka masih ada uap air, bau sudah tidak terlalu menyengat, berbau khas sekam dan kayu, warnanya menjadi coklat tua, suhunya hangat sekitar 35-450C, teksturnya kasar (potongan sampah agak hancur), lebih mudah hancur ketika diaduk, dan terdapat mikroorganisme serta tanaman yang tumbuh berkecambah. Dilihat dari tektur dan suhu hal ini menujukan bahwa kompos masih belum matang juga.
Pada minggu ketiga, pada saat tutup dibuka masih beruap, aroma kompos bau seperti tanah, warnanya menjadi coklat kehitaman, suhunya agak dingin, dan teksturnya semakin mudah hancur dan agak kering hal ini menujukan proses pematangan dan kompos mengalami penyusutan atau berkurang.
Dan pada pengamatan keempat,pada saat tutup dibuka ada sedikit uap air, aroma kompos bau tanah, warnanya coklat kehitaman semakin pekat, suhunya dingin berkisar 300C hal ini terjadi karena pembuatan kompos telah melewati proses hidrolisis, teksturnya kering, mudah hancur, agak halus dan remah. Disini kompos sudah dapat dikatakan sudah matang.
Menurut Indriyani (2005), karakteristik kompos yang telah matang di antaraya yaitu  :
1.      Aroma
Jika proses pembuatan kompos beralan dengan normal, maka tidak menghasilkan bau yang menyengat. Kompos yang sudah matang dapat diketahui dari baunya yang seperti bau tanah.
2.      Warna
Warna merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kematangan kompos yaitu cokelat kehitam-hitaman. Apabila kompos masih berwarna hijau atau warnanya mirip dengan bahan mentahnya berarti kompos tersebut belum matang.
3.      Tekstur
Ukuran partikel sampah yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan kompos harus sekecil mungkin untuk mencapai efisiensi aerasi dan supaya lebih mudah dicerna atau diuraikan oleh mikroorganisme. Semakin kecil partikel, semakin luas permukaan yang dicerna sehingga pengurai dapat berlangsung dengan cepat. Jika proses pembuatan kompos beralan dengan normal, maka tekstur kompos remah dan tidak menggumpal. Pada kompos yang sudah matang, bentuk fisiknya menyerupau tanah yang berwarna kehitaman. Bentuk fisik masih terlihat seperti cacahan sayur sehingga dapat dikatakan bahwa kompos masih belum matang.
4.      Suhu
Suhu kompos yang sudah matang mendekati dengan suhu awal pengomposan. Suhu kompos yang masih tinggi, atau di atas 50° C berarti proses pengomposan masih berlangsung aktif.
5.      Waktu
Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposkan, metode yang digunakan dan keberadaan aktivator pengomposan. Secara alami pengomposan akan berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun hingga kompos benar-benar matang.
Faktor faktor yang mempengaruhi pengomposan dan mutu kompos 
Beberapa factor yang mempengaruhi pengomposan adalah (Nyoman P. Aryantha, dkk, 2010) :
1.      C/N rasio: C/N rasio untuk pengomposan berkisar antara 30:1 hingga 40:1.
2.      Ukuran partikel: permukaan aera yang luas akan meningkatkan terjadinya kontak mikroba dengan bahan sehingga proses dekomposisi dapat berjalan lebih cepat.
3.      Aerasi: aerasi yang baik akan mempoercepat pengomposan jika pengomposan terjadi secara aerob/semiaerob. Aerasi ditentukan oleh porositas dan kandungan air bahan.
4.      Porositas: porositas merupakan rongga-ronggaini akan fdiisi air dan udara yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan mikroba.
5.      Kelembaban: kelembaban memegang peran penting dalam metabolism mikroba.
6.      Kelembaban dengan kisaran 40-60% merupakan kisaran optimum bagi metabolism mikroba.
7.      Tempertaur: panas dihasikan dari proses metabolisme mikroba. Peningkatan suhu dapat terjadi secara cepat dalam tumpukan kompos yang berkisar antara 30-60C.
8.      pH : pH pengomposan terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum untuk pengomposan antara 6.6-7.5. Kompos yang sudah matang biiasanya memiliki pH netral.
9.      Kandungan hara: ketersediaan hara dalam pengomposan penting untuk mendukung pertumbuhan mikroba, hara ini biasanya twerdapat dalam kompos-kompos limbah peternakan. Sehingga sering pula ditambahkan kotoran ternak ataupun ompos yang sudah jadi dalam pengomposan.
10.  Kandungan bahan berbahaya : bahan berbahaya akan menghambat atupun mematikan mikroba decomposer.

4.3.Pertanyaan dan jawaban

1.      Apa yang dimaksud dengan kompos ? dan apa saja yang bisa digunakan dalam pembuatan kompos ?
Kompos merupakan bahan organik yang terdiri dari sisa-sisa tanaman, hewan, ataupun sampah-sampah kota yang telah mengalami pelapukan sebelum bahan tersebut ditambahkan ke dalam tanah. Menurut kamus Webster’s New International Dictionary dalam Rodale, et al. (1975) kompos merupakan suatu campuran untuk pemupukan atau perbaikan lahan, berupa campuran pupuk dari beberapa bahan seperti gambut, jamur daun, raabuk, kapur, dan lain-lain yang kemudian ditumpuk dan didekomposisikan. Selain itu, menurut Djajakirana (2002) kompos didefinisikan sebagai campuran pupuk dari bahan organik yang berasal dari tanaman atau hewan atau campuran keduanya yang telah terlapuk sebagian dan dapat berisi senyawa-senyawa lain seperti abu, kapur dan bahan kimia lainnya sebagai bahan tambahan.
Gaur (1981) menyatakan bahwa pengomposan merupakan metode yang aman bagi daur ulang bahan organik menjadi pupuk. Unsur-unsur yang  terkandung dalam bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah akan diubah dalam bentuk yang dapat digunakan tanaman (menjadi tersedia) hanya melalui pelapukan (Millar et al., 1958).
Dekomposisi bahan organik merupakan proses biokimia, sehingga setiap faktor yang mempengaruhi mikroorganisme tanah juga mempengaruhi laju dekomposisi bahan organik. Beberapa faktor tersebut adalah 1) sifat bahan tanaman (jenis tanaman, umur tanaman, dan komposisi kimia tanaman); 2) sifat tanah (termasuk aerasi, suhu, kelembaban, kemasaman dan tingkat kesuburan); dan 3) faktor-faktor iklim terutama pengaruh dari suhu dan kelembaban (Millar etal., 1958)
Proses pembuatan kompos sebenarnya meniru proses terbentuknya humus di alam. Namun dengan cara merekayasa kondisi lingkungan, Kompos dapat dipercepat proses pembuatannya, yaitu hanya dalam jangka waktu 30-90 hati. Waktu ini melebihi kecepatan terbentuknya humus secara alami. Oleh karena tu, kompos selalu tersedia sewaktu-waktu diperlukan tanpa harus menunggu bertahun-tahun lamanya.
Berikut disajikan bahan-bahan yang umum dijadikan bahan baku pengomposan.
Asal
Bahan
1. Pertanian

Limbah dan residu tanaman
Jerami dan sekam padi, gulma, batang dan tongkol jagung, semua bagian vegetatif tanaman, batang pisang dan sabut kelapa




Limbah & residu ternak
Kotoran padat, limbah ternak cair, limbah pakan ternak, cairan biogas




Tanaman air
Azola, ganggang biru, enceng gondok, gulma air




2. Industri

Limbah padat
Serbuk gergaji kayu, blotong, kertas, ampas tebu, limbah kelapa sawit, limbah pengalengan makanan dan pemotongan hewan




Limbah cair
Alkohol, limbah pengolahan kertas, limbah pengolahan minyak kelapa sawit




3. Rumah tangga

Sampah
Sampah (padat) rumah tangga dan sampah kota rumah tangga




Limbah padat dan cair
Limbah rumah tangga: Tinja, urin,




4. Pasar

Sampah
Sampah (padat) pasar tradisional dan modern




Limbah padat dan cair
Limbah Pasar; Tinja dan urin





2.      Bagaimana peran dan manfaat kompos untuk tanaman ?
Kompos sangat bermanfaat bagi proses pertumbuhan tanaman. Kompos tidak hanya mensuplai unsur hara bagi tanaman, selain itu kompos juga memperbaiki struktur tanah kering dan ladang serta menjaga fungsi tanah, sehingga suatu tanaman dapat tumbuh dengan baik.
a.      Manfaat kompos menyediakan unsur hara bagi tanaman
Unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dibagi menjadi tiga golongan. Unsur hara makro primer yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak seperti Nitrogen (N), Pospo (P) dan Kalium (K). Unsur hara makro sekunder yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah kecil, seperti belerang (S), kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Unsur hara mikro yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, seperti besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), klor (Cl), boron (B), mangan (Mn) dan molibdenum (Mo).
Kompos yang sudah jadi dapat digunakan untuk memupuk tanaman, dimana mengandung sebagian besar unsur hara makro primer, makro sekunder dan unsur hara mikro yang sangat dibutuhkan tanaman.
b.      Manfaat kompos memperbaiki struktur tanah
Tanah yang baik adalah tanah yang remah atau granuler yang mempunyai tata ruang udara yang baik sehingga aliran udara dan air dapat masuk dengan baik. Tanah yang buruk ialah apabila butir-butir tanah tidak melekat satu sama lain (tanah pasir) atau saling melekat (tanah liat).
Kompos merupakan perekat pada butir-butir tanah dan mampu menjadi penyeimbang tingkat kerekatan pada tanah. Kehadiran kompos pada tanah juga menjadi daya tarik bagi mikroorganisme untuk melakukan aktivitas pada tanah. Dengan demikian tanah yang pada mulanya keras dan sulit ditembus air maupun udara, kini dapat menjadi gembur kembali akibat aktivitas mikroorganisme.
c.       Manfaat kompos dapat meningkatkan Kapasitas Tukar Kation
Kapasitas tukar kation (KTK) adalah sifat kimia yang berkaitan erat dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi jauh lebih mampu menyediakan unsur hara daripada tanah KTK rendah. Pupuk kompos dapat menyediakan KTK dalam jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk organik.
d.      Manfaat kompos meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan air
Tanah yang bercampur dengan bahan organik seperti kompos mempunyai pori-pori dengan daya rekat yang lebih baik, sehingga kompos mampu mengikat serta menahan ketersediaan air di dalam tanah. Erosi air secara langsung dapat ditahan dengan adanya kompos pada tanah.
e.       Manfaat kompos meningkatkan aktivitas biologi tanah
Pada kompos terdapat mikroorganisme yang menguntungkan tanaman. Dalam tanah, Kompos akan membantu kehidupan mikroorganisme. Selain berisi bakteri dan jamur pengurai, keberadaan kompos akan membuat tanah menjadi sejuk tidak terlalu lembab dan tidak terlalu kering.
Keadaan seperti itu sangat disenangi oleh mikroorganisme. Dalam hal ini misalnya, cacing tanah lebih senang tinggal di tanah dengan kadar organik tinggi daripada tanah yang keras atau berpasir. Cacing tanah dapat menyediakan pupuk alami berupa kascing yang bermanfaat bagi tanaman.
f.       Manfaat kompos meningkatkan pH pada tanah asam
Unsur hara dalam tanah lebih mudah diserap oleh tanaman pada kondisi pH tanah yang netral, yaitu 7. Pada nilai pH ini, unsur hara menjadi mudah larut di dalam air. Semakin asam kondisi tanah (semakin rendah pH) maka jumlah ion Al (alumunium) dan Mn (Mangan) dalam tanah semakin meningkat. Jumlah Al dan Mn yang terlalu banyak akan bersifat racun bagi tanaman. Kondisi tanah yang asam dapat dinetralkan kembali dengan pengapuran. Pemberian kompos ternyata membantu peningkatan pH tanah.
g.      Manfaat kompos menyediakan unsur mikro bagi tanaman
Tidak hanya unsur makro saja yang disediakan oleh kompos untuk tanaman, tetapi juga unsur mikro. Unsur-unsur itu antara lain Zn, Mn, Cu, Fe dan Mo.
3.      Apa yang menyebabkan perubahan pada warna, aroma dan tekstur pada pembuatan kompos ?  Jelaskan !
Adapun yang menyebabkan perubahan pada warna, aroma da tekstur pada pembuatan kompos ialah adaya perkembangan dan aktivitas dari mikroorganisme.
Aroma bau yang dihasilkan pada saat proses pembuatan kompos ini terjadi karena bahan-bahan yang di gunakan dalam pembuatan kompos menggeluarkan gas meatan. Gas metan ini akan keluar akibat dari proses dekomposisi yang terjadi tanpa adanya pertukaran oksigen selama pengomposan berlangsung atau lebih dikenal dengan proses pengomposan anaerobic. Pada proses pengomposan suhu sangat tinggi sehingga hanya mikroba Termofilik yang aktif dan tidak adanya oksigen yang masuk hal ini lah yang menyebabkan aroma bau busuk muncul.
Tekstur, semakin kecil partikel bahan yang digunakan dalam pengomposan maka perubahan tekstur yang didapat dari hasil proses pengomposan akan semakin halus. Dan proses pelapukan semakin cepat. Dalam proses pengomposan karakteristik bahan, aktivator dan metode pengomposan yang digunakan akan mempengaruhi kepada hasil akhir tekstur kompos yang diperoleh.
Warna, perunahan warna yang terjadi dalam prooses pengomposan ini terjadi karena aktifitas mikroba yang mendekomposisi bahan kompos sehingga menjadikan tekstur yang lebih halus, hingga menyerupai tanah. Selain itu warna coklat yang di hasilkan ini karena bahan yang digunakan mengalami pembusukan/pelapukan yang terjadi selama proses pengomposan.

BAB V

PENUTUP

5.1.Kesimpulan

Pembuatan kompos yang berasal dari sampah sayuran dan daun kering dipengaruhi oleh faktor, suhu, sumber karbon dan nitrogen, kelembaban, aerasi dan ukuran partikel dan penambahan aktivator yang digunakan. Kompos yang telah matang ditandai dengan warnanya yang berubah menjadi  coklat kehitaman menyerupai tanah, teksturnya menyerupai tanah (remah), suhunya tidak beda jauh dengan suhu ruangan. Biasanya volume kompos yang sudah jadi akan mengalamu penyusutan dari berat awal.
Namun hasil dari penelitiaan yang dilakukan hasil akhir dalam pembuatan kompos ini adalah aroma berbau tanah, susu berkisar diantara 300C, teksturnya agak kasar dan remah, berwarna coklat pekat seperti tanah.


















DAFTAR PUSTAKA

Indriani, Y. H, 2005. Membuat Kompos Secara Kilat. Jakarta: Penebar Swadaya. 8 : 30-33
Novizan. 2007. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka : Jakarta.
Nyoman P. Aryantha, dkk. 2010. Kompos. Pusat Penelitian Antar Universitas Ilmu Hayati. LPPM-ITB. Dept. Biologi - FMIPA-ITB.
Purwendro, Setyo. 2009. Mengolah Sampah : untuk Pupuk dan Pestisida organic. Penebar Swadaya : Jakarta.
Siti Umniyatie,dkk. 1999. Pembuatan Pupuk Organik Menggunakan Mikroba Efektif (Effective Microorganisms 4). Laporan PPM UNY: Karya Alternatif Mahasiswa.
Sutedjo, M. M. 2002. Pupuk Dan Cara Penggunaan. Jakarta : Rineka Cipta.





















































Tidak ada komentar: