Jumat, 24 April 2015

Semut Rangrang (Oecophylla smaragdina)







BAB I

PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang

Semut (Formicidae : Hymenoptera) merupakan salah satu kelompok serangga yang keberadaannya sangat umum dan hampir menyebar luas, paling  suskes dari kelompok serangga, terdapat dimana­mana di habitat teresterial dan jumlahnya melebihi hewan­hewan darat lainnya. Keberadaannya dimulai dari kutub sampai tropis dan daerah peisisir sampai pegunungan. Semut dikenal dengan koloni dan sarang-sarangnya yang teratur, yang terkadang terdiri dari ribuan semut per koloni. Jenis semut dibagi menjadi semut pekerja, semut prajurit, semut pejantan, dan ratu semut (Falahudin Irham. 2012).
Semut merupakan salah satu kelompok hewan yang dikatakan sebagai indikator hayati, sebagai alat monitoring perubahan kualitas lingkungan dan penentuan kawasan konservasi. Menurut Agosti dkk (2000), beberapa sifat yang dimiliki semut, diantaranya yaitu :
1.                    Dapat hidup diberbagai habitat,
2.                    Mempunyai toleransi yang sempit terhadap perubahan lingungan,
3.                    Biomassa dominan,
4.                    Mempunyai sifat penting dalam ekosistem, mudah di koleksi, mudah di koleksi serta secara taksonomi relatif maju
5.                    Memiliki fungsi ekologis membantu tumbuhan dalam menyebarkan biji­bijian (dispersal), menggemburkan tanah, predator atau pemangsa serangga lain.
Tubuh semut terdiri atas tiga bagian, yaitu kepala, mesosoma (dada), dan metasoma (perut). Morfologi semut cukup jelas dibandingkan dengan serangga lain yang juga memiliki antena, kelenjar metapleural, dan bagian perut kedua yang berhubungan ke tangkai semut membentuk  pinggang sempit (pedikel) di antara mesosoma (bagian rongga dada dan daerah perut) dan metasoma (perut yang kurang abdominal segmen dalam petiole). Petiole yang dapat dibentuk oleh satu atau dua node (hanya yang kedua, atau yang kedua dan ketiga abdominal segmen ini bisa terwujud).
Semut rangrang merupakan salah satu jenis semut yang umum dijumpai di kebun semut (Dirjen Perkebunan. 2007). Maka dari itu semut rang-rang ini diharapkan dapat membantu mengendalikan hama pertanian (Mele and Cuc, 2004).

1.2.   Rumusan Masalah

1.              Bagaimana kehidupan dan prilaku swmut rangrang?
2.              Apasajakah manfaat semut rangrang dibidang pertanian?

1.3.   Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengatahui dan memahami manfaat dan karakteristik musuh alami di bidang pertanian dalam mengendalikan hama

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.   Kehidupan Dan Perilaku Semut Rangrang

Semut rangrang (Oecophylla smaragdina) merupakan serangga eusosial  (social sejati), dan kehidupan koloninya sangat tergantung pada keberadaan  pohon (arboreal). Semut rangrang sering ditemukan bersarang pada berbagai jenis pepohonan, misalnya pohon buah-buahan. Keberadaan semut rangrang pada pepohonan sering dianggap sebagai pengganggu terutama saat akan melakukan pemanenan, karena gigitannya yang sakit.
Semut rangrang ini membangun sarang dengan cara bergotong royong dan selesai dalam waktu dua hari. Larva semut rangrang menghasilkan benang-benang sutera yang halus untuk merajut daun. Jumlah semut dalam satu sarang bervariasi, rata-rata antara 4000 sampai 6000 individu, dan dalam satu koloni terdapat sekitar 500,000 semut dewasa. Koloni semut merupakan keluarga besar dengan beberapa sarang dan indvidu yang saling mengenal dan bekerja sama pada suatu daerah tertentu. Banyaknya sarang dalam satu koloni sangat dipengaruhi oleh faktor ketersediaan makanan dan tingkat gangguan yang terjadi. Dalam satu koloni bisa mencapai 100 sarang.

2.1.1.   Klasifikasi Semut Rangrang

Ordo      :  Hymenoptera
Family   :  Formicidae
Family   :  Formicinae
Genus    :  Oechophylla
Species  :  Oechophylla smaragdina

2.1.2.   Nama lain semut rangrang

Disetiap wilayah (Negara ) semut rangrang memiliki nama yang berbeda-beda. Di Vietnam, dan Cina, semut rangrang dikenal dengan nama semut kuning, semut merah (Thailand) dan semut hijau (Australia). Klasifikasi berdasarkan warna bukan cara yang tepat digunakan untuk membandingkan spesies semut pada suatu negara, antar negara, apalagi antar benua. Untuk membedakan dengan semut lainnya, para ahli memberikan nama Oecophylla, atau lebih spesifik Oecophylla smaragdina untuk semut rangrang yang ada di Asia, dan Oecophylla longinoda untuk semut rangrang yang ada di Afrika.

2.1.3.   Daerah penyebaran semut rangrang

Semut rangrang dapat dijumpai di berbagai negara dari Afrika sampai Asia. Negara-negara yang telah melaporkan adanya semut rang-rang
Afrika
Asia-Pasifik
Burundi
Australia
Gabon
Bangladesh
Ghana
China
Kamerun
India
Kenya
Indonesia
Malawi
Kepulauam Solomon
Negria
Laos
Pantai Gading
Malaysia
Republic Demokrasi Kongo
Vietnam
Rawanda
Singapure
Tanzania
Srilanka
Zambia
thailand
Sejauh ini, sejarah mencatat bahwa orang-orang Cinalah yang pertama kali menemukan semut rangrang sebagai sahabat mereka di kebun jeruk, lebih dari 1000 tahun yang lalu. Sayangnya tidak semua informasi yang kita butuhkan tercacat dalam sejarah. Oecophylla smaradigna menyukai lingkungan dengan suhu antara 260-3400C dan kelembaban relatif antara 62 sampai 92%.

2.1.4.   Cara perkembangbiakan semut rangrang

Tahap pertumbuhan semut dimulai dari telur menjadi larva, pupa,kemudian semut dewasa. Seperti pada serangga-serangga predator yang telah disebutkan pada Bagian 1, bentuk larva semut (semut muda) sangat berbeda dengan semut dewasa atau induknya. Larvanya mempunyai kulit yang halus, putih seperti susu, tidak berkaki dan tidak bersayap.
Ratu semut meletakkan telur di dalam sarangnya. Telur itu sangat kecil dan berbentuk elips, berukuran kira-kira 0.5 mm x 1 mm. Telur menetas menjadi larva yang berukuran 5-10 kali lebih besar. Bentuk larva dan  telur sangat mirip, yaitu menyerupai ulat. Telur dan larva hanya dapat dibedakan dengan kaca pembesar. Pada larva sudah terbentuk mata dan mulut sedangkan pada telur kedua organ itu belum ada. Larva calon ratu berkembang dengan baik karena diberi makan secara khusus dan rutin oleh semut pekerja yang berukuran lebih kecil. Selama masa pertumbuhannya, larva mengalami beberapa kali ganti kulit, seperti ular. Setelah beberapa kali ganti kulit, maka larva berkembang menjadi pupa. Pupa menyerupai semut dewasa karena sudah mempunyai kaki, mata, mulut dan sayap. Sayap hanya terbentuk pada semut jantan dan ratu semut tetapi warnanya masih putih dan tidak aktif (lihat gambar di samping). Selanjutnya, pupa akan menjadi semut dewasa yang berubah warna sesuai dengan kastanya.

2.1.5.   Perbedaan antara semut rangrang dengan semut lainnya

1.              Semut rangrang merupakan salah satu jenis musuh alami.
2.              Cara hidup yang khas yaitu merajut daun-daun pada pohon untuk membuat sarang. Alasannya yaitu karena semut rangrang menyukai udara yang segar sehingga tida mungkin ditemukan di dalam rumah.
3.              Memiliki tubuh yang lebih besar
4.              Perilakunya lebih agresif daripada semut lainnya.

2.2.   Manfaat Semut Rangrang

1.        Sebagai musuh alami hama
Semut adalah predator yang penting, dan diprediksikan dapat melindungi tanaman dari hama jika dapat dimengerti dan diteliti dengan benar. Salah satu jenis semut yang banyak digunakan dalam mengendalikan hama pertanian antara lain jenis semut rang­rang (Oecophylla smaragdina).
Perilaku agresif semut rangrang dalam mempertahankan daerah kekuasaannya menjadi salah satu pertimbangan bagi para petani untuk menggunakannya sebagai “penjaga” tanaman terhadap gangguan hama, karrna semut rang-rang dapat mengganggu, menghalangi atau memangsa berbagai jenis hama seperti kepik hijau, ulat pemakan daun, serangga, dapat melindungi eucalyptus, pohon-pohon kayu dan dapat menghalangi serangan tikus. Hal ini lah yang menjadikan semut Rangrang sebagai spesies semut yang unik dan berbeda dari jenis semut lainnya (Embriani. 2012)
 Sekitar tahun 304 Masehi yang lalu, Huang dan Yang (1987), menuliskan bahwa di China semut rangrang sudah dikenal untuk mengendalikan hama kutu-kutuan pada tanaman jeruk.
Menurut para pakar serangga di Ghana telah menggunakan jenis semut Rangrang Afrika (Oecophylla longinoda) untuk mengendalikan hama tanaman cokelat. Kehadiran semut ini ternyata mampu mengurangi penyakit yang disebabkan oleh virus dan jamur. Cara pengendalian hama seperti ini di kenal sebagai “biological control”. Penggunaan semut Rangrang sebagai biokontrol di Indonesia ternyata sudah dilakukan meskipun dalam sekala kecil.
Menurut penelitian yang telah dilakuan oleh Lim (2007),  membuktikan bahwa pemanfaatan Oecophylla sebagai musuh alami dalam pengendalian hama di pohon mahogani, mampu mengatasi  hama mangga  sekitar  70%  pada perkebunan  di Australia. Sedangkan merutut hasil uji preferensi yang dilakukan oleh Falahudin Irham (2012), menyatakan bahwa pemanfaatan semut rangrang (Oecophylla smaragdina) sebagai pengendali biologis terhadap beberapa  hama ulat di perkebunan kelapa  sawit, mampu mengendalikan 83% ulat api dan 17% hama yang lain.
Way dan Khoo (1992) menyebutkan bahwa semut rangrang menjadi musuh alami pada sekitar 16 spesies hama yang menyerang spesies tanaman, yaitu kakao, kelapa, kelapa sawit, mangga, eukaliptus, dan jeruk. Bersama dengan kerabatnya, yaitu O. longinoda, O. smaragdina melindungi tanaman-tanaman tersebut dari serangan hama.
2.        Dapat meningkatkan kualitas buah. Buah yang dihasilkan menjadi lebih menarik dan lebih segar.
3.        Sebagai indikator keadaan udara di suatu lingkungan, hal ini karena semut Rangrang menyukai lingkungan yang berudara bersih.
4.        Sebagai sumber penghasilan
Dari segi ekonomi pemanfaatan semut rang-rang ini dapat dijadikan sumber penghasilan yang sangat menjanjikan. Menurut hasil pengamatan Cesard (2004) di Malingping, Jawa Barat menunjukkan bahwa larva dan pupa semut rangrang (kroto), dapat dijual sebagai pakan burung atau umpan pancing. Bahkan di beberapa tempat di Jawa, bisnis kroto ini dianggap sebagai bisnis yang sangat menguntungkan. Nama Kroto berasal dari bahasa Jawa yang merupakan campuran larva dan pupa semut Oecophylla smaragdina yang kaya protein dan vitamin. 

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Semut rangrang merupakan salah satu jenis spesies seragga dari family Formicinae. Semut rangrang sering ditemukan bersarang pada berbagai jenis pepohonan, misalnya pohon buah-buahan.semur rangrang sering dianggap sebagai semut penggangu karena gigitannya yang sakit, namun dibalik itu ternyata semut ini memiliki manfaat yang besar terutama untuk pertanian Hasil penelitian dan pengalaman menunjukkan bahwa semut rangrang dapat memangsa berbagai hama misalnya kepik hijau, ulat pemakan daun, ulat pemakan buah dan kutu-kutuan pada coklat, mete,jeruk. Bahkan semut rangrang dapat mengusir tikus. Semut rangrang diketahui juga dapat melindungi Eucalyptus dan pohon-pohon kayu lainnya. Semut ini dapat mengendalikan sebagian besar hama pada tanaman jeruk dan mete, melindungi tanaman kelapa dan coklat dari serangan kepik, sehingga meningkatkan mutu dan jumlah hasil panen. oleh karena itu,kita sebagai manusia yang harus melestarikan alam ini hendaknya menjaga semut rangrang ini agar tetap terjaga dari kepunahan.
Di tengah kondisi pertanian kita yang kurang mendapat dukungan ekosistem yang sehat, usaha pemanfaatan semut rangrang bisa menjadi alternatif pengendalian hama dan penyakit tanaman. Dengan semut rangrang kita bisa menghindari penggunaan pestisida yang berarti ada penghematan biaya usaha tani sekaligus juga menjaga kesehatan lingkungan

DAFTAR PUSTAKA


Agosti. D. Majer, D., Alonso L.E., Schultz, TR.  2000.  Ants Standard Methods for Measuring and Monitoring Biodiversity. Washington : Smithsonian Institution Press.
Dirjen Perkebunan. 2007. Pedoman Umum Program Revitalisasi Perkebunan (kelapa sawit, Karet dan kakao). Departemen Pertanian : Jakarta
Embriani. 2012. Semut Rangrang Sebagai Musuh Alami Dan Ajang Bisnis Yang Cerah. POPT Ahli Pertama. (Diakses pada tanggal 22 April 2015), tersedia di: http://www.academia.edu/5066528/SEMUT_RANGRANG_SEBAGAI_MUSUH_ALAMI_DAN_AJANG_BISNIS_YANG_CERAH
Falahudin Irham. 2012. Peranan Semut Rangrang (Oecophylla smaragdina) Dalam Pengendalian Biologis Pada Perkebunan Kelapa sawit. Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah : Palembang.
Huang, H.T. & P. Yang. 1987. The ancient cultured citrus ant. BioScience 37: 665-671.
Lim, G.T., L.G. Kirton, S.M. Salom, L.T. Kok, R.D. Fell, & D.G. Pfeiffer. 2008. Mahogany shoot borer control in Malaysia and prospects for biological control using weaver ants. Journal of Tropical Forest Science 20: 147-155.
Mele, Van P. dan Cuc, N.T.T. 2004. Semut Sahabat Petani : meningkatkan hasil buah-buahan dan menjaga kelestarian lingkungan bersama semut rangrang (Alih bahasa oleh : Rahayu, S.). World Agroforestry Centre (ICRAF), 61 pp.

Tidak ada komentar: