efisiensi air dengan cara sistem irigasi tetes
Air sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan keberhasilan peningkatan produksi pertanian, ketersediaannya
mutlak diperlukan baik secara jumlah maupun kualitasnya. Akan tetapi seiring
dengan adanya dampak perubahan iklim, pergeseran musim kemarau ataupun musim
hujan memberikan dampak pada ketersediaan air di areal pertanian.
Kebutuhan air tanaman (KAT) sebagian besar dipenuhi dari
hujan akan tetapi apabila kebutuhan air tidak terpenuhi oleh air hujan,
maka harus dilakukan upaya untuk dapat mencukupi kebutuhan
air pada fase pertumbuhan tanaman, sehingga
kebutuhan air tanaman tetap terpenuhi secara optimal dan pertumbuhan tanaman
berjalan dengan optimal pula. Oleh karena itu, maka pelaksanaan pengelolaan air melalui irigasi sangat dibutuhkan
khususnya untuk memenuhi kebutuhan air di musim kemarau.
Terdapat
beberapa metode pemberian air irigasi yang dapat dilakukan. Pemilihan metode
pemberian air irigasi yang akan dilakukan harus didasarkan pada aspek teknis,
social dan ekonomis. Salah satu metode pemberian air irigasi yang dapat
dilakukan adalah metode irigasi tetes.Irigasi
tetes merupakan salah satu sistem irigasi mikro yang memiliki tingkat efisiensi
penggunaan air yang paling tinggi dibandingkan dengan irigasi curah. Irigasi
tetes menjadi semakin disukai dan popular di daerah-daerah yang memiliki
masalah kekurangan air.
Irigasi
tetes merupakan metode pemberian air tanaman secara kontinyu dan penggunaan air
yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Dengan demikian kehilangan air seperti
yang diakibatkan oleh perkolasi, run off, dan evapotranspirasi bisa
diminimalkan, sehingga efisiensinya tinggi. Sistem irigasi tetes mengalirkan
air secara lambat untuk menjaga kelembaban tanah dalam rentang waktu yang
diinginkan bagi tanaman.Karena efisiensi penggunaan air yang cukup tinggi, maka
sistem irigasi tetes ini cukup efektif digunakan dalam kegiatan budidaya
tanaman.
Dalam implementasinya, irigasi tetes memang
memerlukan biaya investasi awal
relatif mahal, oleh karena itu,
perlu dipertimbangkan pula aspek ekonomis tanaman yang dibudidayakan, sehingga pendayagunaan sistem irigasi tetes perlu diarahkan kepada
Tanaman Bernilai Ekonomi Tinggi (TBET).
Irigasi tetes adalah suatu sistem pemberian air melalui
pipa/ selang berlubang dengan menggunakan tekanan tertentu, dimana air yang
keluar berupa tetesan-tetesan langsung pada daerah perakaran tanaman. Tujuan
dari irigasi tetes adalah untuk memenuhi kebutuhan air tanaman tanpa harus
membasahi keseluruhan lahan, sehingga mereduksi kehilangan air akibat penguapan
yang berlebihan, pewmakaian air lebih efisien, mengurangi limpasan, serta
menekan/mengurangi pertumbuhan gulma (Hansen, 1986).
Irigasi tetes adalah teknik penambahan kekurangan air
pada tanah yang dilakukan secara terbatas dengan menggunakan tube (wadah)
sebagai alat penampung air yang disertai lubang tetes di bawahnya. Air akan
keluar secara perlahan -lahan dalam bentuk tetesan ke tanah yang secara
terbatas membasahi tanah. Lubang tetes air dapat diatur sedemikian rupa
sehingga air cukup hanya membasahi tanah di sekitar perakaran
(http://mekanisasi.litbang.deptan.go.id - Web Site BBP Mekanisasi Pertanian)
Adapun
ciri- ciri irigasi tetes adalah debit air kecil selama
periode waktu tertentu, interval (selang)yang sering, atau frekuensi pemberian
air yang tinggi , air diberikan pada daerah perakaran tanaman, aliran air
bertekanan dan efisiensi serta keseragaman pemberian air lebih baik ( http://www.deptan.go.id. Jakarta ).
Menurut Hansen (1986) kegunaan dari Irigasi tetes adalah :
a) Untuk menghemat penggunaan air tanaman.
b) Mengurangi kehilangan air yang begitu cepat akibat
penguapan dan infiltrasi.
c) Membantu memenuhi kebutuhan air tanaman pada awal
penanaman sehingga juga akan meningkatkan pemanfaatan unsur hara tanah oleh
tanaman.
d) Mengurangi stresing atau mempercepat adaptabilitas bibit
sehingga meningkatkan keberhasilan tumbuh tanaman.
e) Melakukan pemanenan air hujan lewat wadah irigasi tetes
secara terbatas sehingga dapat digunakan tanaman.
Sistem yang digunakan adalah dengan memakai pipa-pipa dan
pada tempat-tempat tertentu diberi lubang untuk jalan keluarnya air menetes ke
tanah. Prinsip kerja irgasi tetes adalah
pemberian air ke tanah untuk pemenuhan kebutuhan air bagi tanaman, dengan cara
meneteskan air melalui emiter yang mengarah langsung pada zona perakaran. Irigasi tetes merupakan
pengembangan dari irigasi yang sudah ada sebelumnya, misalnya saja irigasi
permukaan, irigasi pancar dll.
Irigasi
ini sangatlah efektif untuk efisiensi penggunaan air, karena sasaran irigasi
tetes ini langsung ke akar sehingga kecil kemungkinan air mengalami penguapan.
Irigasi tetes adalah suatu sistem untuk memasok air (dan pupuk) tersaring ke
dalam tanah melalui suatu pemancar (emitter). Irigasi tetes menggunakan
debit kecil dan konstan serta tekanan rendah. Air akan menyebar di tanah baik
ke samping maupun ke bawah karena adanya gaya kapiler dan gravitasi. Bentuk
sebarannya tergntung jenis tanah, kelembaban, permeabilitas tanah, dan jenis
tanaman (Keller dan Bliesner, 1990).
Pemberian
air pada irigasi tetes dilakukan dengan menggunakan alat aplikasi yang dapat
memberikan air dengan debit yang rendah dan frekuensi yang tinggi (hampir terus
menerus) disekitar perakaran tanaman. Tekanan air yang masuk ke alat aplikasi
sekitar 1,0 bar dan dikeluarkan dengan tekanan mendekati nol untuk mendapatkan
tetesan yang terus menerus dan debit yang rendah. Sehingga irigasi tetes
diklasifikasikan sebagai irigasi bertekanan rendah. Sistem irigasi tetes
didesain untuk dioperasikan secara harian (minimal 12 jam per hari) dan tingkat
kelembaban tanaman dapat diatur.
Menurut Michael(1978), unsur-unsur utama pada irigasi tetes yang perlu
diperhatikan sebelum mengoperasikan peralatan irigasi tetes adalah :
·
Sumber air, dapat berupa sumber air permanen (sungai, danu, dan lain-lain),
atau sumber air buatan (sumur, embung dan lain-lain)
·
Sumber daya, sumber tenaga yang digunakan untuk mengalirkan air dapat dari
gaya gravitasi (bila sumber air lebih tinggi daripada lahan pertanaman), dan untuk
sumber air yang sejajar atau lebih rendah dari pada lahan pertanaman maka
diperlukan bantuan pompa. Untuk lahan yang mempunyai sumber air yang dalam,
maka diperlukan pompa penghisap pompa air sumur dalam.
·
Saringan, untuk mencegah terjadinya penyumbatan meke diperlukan beberapa
alat penyaring, yaitu saringan utama (primary filter) yang dipasang dekat
sumber air, sringan kedua (secondary filter) diletakkan antara saringan utama
dengan jaringan pipa utama.
Pipa
yang digunakan pada irigasi tetes terdiri dari pipa lateral, pipa sekunder dan
pipa utama komponen penting dari irigasi tetes.Tata letak dari irigasi tetes
dapat sangat bervariasi tergantung kepada berbagai faktor seperti luas tanah,
bentuk dan keadaan topografi.Irigasi tetes tersusun atas dua bagian penting
yaitu pipa dan emiter.Air dialirkan dari pipa dengan banyak percabangan yang
biasanya terbuat dari plastik yang berdiameter 12 mm (1/2 inci) – 25 mm (1
inci) (Hansen dkk, 1986).
Pipa
utama (main line, head unit) terdiri dari pompa, tangki injeksi, filter
utama, pengukur tekanan, pengukuran debit dan katup pengontrol. Pipa utama
umumnya terbuat dari pipa polyvinylchloride (PVC), galvanized steel atau
besi cord yang berdiameter antara 7,5 – 25 cm. Pipa utama dapat dipasang di
bawah permukaan tanah (Prastowo, 2003). Pipa pembagi (sub-main, manifold)
dilengkapi dengan filter kedua yang lebih halus (80-100m
m), katup solenoid, regulator tekanan, pengukur tekanan dan katup pembuang.
Pipa sub-utama terbuat dari pipa PVC atau pipa HDPE (highdensity
polyethylene) dan diameter antara 50 – 75 mm. Penyambungan pipa pembagi
dengan pipa utama (Prastowo, 2003).
Pipa
lateral umumnya terbuat dari pipa PVC fleksibel atau pipa politeline dengan
diameter 12 mm – 32 mm. Emiter dimasukkan ke dalam pipa lateral padajarak yang
ditentukan yang dipilih sesuai dengan tanaman dan kondisi tanah. Pipa lubang
ganda, pipa porous dan pipa dengan perforasi yang kecil digunakan pada beberapa
instalasi untuk menggunakan keduanya sebagai pipa pembawa dan sebuah emitter
system (Hansen dkk, 1986).Menurut Keller dan Bliesner (1990) dalam sistem
irigasi tetes tersusun atas pipa dan emiter.Air dialirkan dari pipa dengan
banyak percabangan yang biasanya terbuat dari plastik yang diameter 12 mm (1/2
inci) – 25 mm (1 inci).
Emiter
merupakan alat pengeluaran air yang disebut pemancar. Emiter mengeluarkan air
dengan cara meneteskan air langsung ke tanah ke dekat tanaman. Emiter
mengeluarkan air hanya beberapa liter per jam. Dari emiter air keluar menyebar
secara menyamping dan tegak oleh gaya kapiler tanah yang diperbesar pada arah
gerakan vertikal oleh gravitasi. Daerah yang dibasahi emiter tergantung pada
jenis tanah, kelembaban tanah, permeabilitas tanah. Emiter harus menghasilkan
aliran yang relatif kecil menghasilkan debit yang mendekati konstan. Penampang
aliran perlu relatif lebar untuk mengurangi tersumbatnya emiter (Hansen dkk,
1986).
Menurut
Keller dan Bliesner (1990) emiter merupakan alat pembuangan air, emiter
dipasang di dekat tanaman dan tanah.Semakin dekat ke tanah semakin efisien air
yang diterima tanah dan tanaman karena semakin besar daerah yang terbasahi
semakin tinggi kelembaban tanah.Semakin dekat jarak emiter maka semakin banyak
daerah yang terbasahi.
Berdasarkan
pemasangan di pipa lateral, penetes dapat menjadi (a) on-line emitter,
dipasang pada lubang yang dibuat di pipa lateral secara langsung ataudisambung
dengan pipa kecil; (b) in-line emitter, dipasang pada pipa lateraldengan
cara memotong pipa lateral. Penetes juga dapat dibedakan berdasarkanjarak spasi
atau debitnya, yaitu (a) point source emitter, dipasang dengan spasiyang
renggang dan mempunyai debit yang relatif besar; (b) line source emitter,dipasang
dengan spasi yang lebih rapat dan mempunyai debit yang kecil. Pipaporous dan
pipa berlubang juga dimasukkan pada kategori ini (Prastowo, 2003).
Tabung
Marihot merupakan tabung untuk mengalirkan air dengan head sesuai dengan
rancangan (20 cm – 250 cm). Prinsip kerja tabung marihot adalahpengaliran air
dengan tekanan atmosfir atau dengan kata lain low pressure,sehingga air
yang keluar pada setiap emiter akan seragam (Tusi, 2006).Menurut Tusi (2006)
tabung marihot digunakan sebagai wadah atau tangki air irigasi (dan larutan
nutrisi) yang dapat mengalirkan aliran debit tetap, dan debit akan berubah pada
elevasi yang berbeda (pada head yang berbeda). Bagian dari tangki
dilengkapi dengan selang-selang kecil untuk saluran pemasukan udara dan saluran
pengairan.
Cara
kerja tabung marihot yaitu udara luar yang mempunyai tekanan 1 atm masuk ke
dalam tabung marihot melalui lubang masuk udara, karena berat udara yang lebih
ringan dari larutan nutrisi (air irigasi) maka udara luar yang masuk akan naik
ke bagian atas tabung marihot. Udara yang berada di bagian atas tabung akan
menekan air irigasi (larutan nutrisi) yang ada dalam tabung marihot dengan
tekanan tetap sebesar 1 atm sehingga larutan nutrisi akan mengalir keluar melalui
lubang pengaliran dengan kecepatan yang tetap. Adanya tekanan udara dan bedahead
yang tetap ini akan menyebabkan kecepatan aliran nutrisi tetap.
Menurut
Erizal (2003) keseragaman pemberian air ditentukan berdasarkan variasi debit
yang dihasilkan emiter. Karena debit merupakan fungsi dari tekanan operasi,
maka variasi tekanan operasi merupakan faktor keseragaman aliran. Oleh karena
tekanan berpengaruh pada debit emiter maka semakin besar tinggi air tangki
penampungan akan semakin tinggi pula tekanan. Sehingga debit akan semakin
besar.
Debit
adalah banyaknya volume air yang mengalir per satuan waktu. Pada irigasi tetes
debit yang diberikan hanya beberapa liter per jam. Umumnya debit rata-rata dari
emiter tersedia dari suplier peralatan. Debit untuk irigasi tetes bergantung
dari jenis tanah dan tanaman. Debit irigasi tetes yang umum digunakan 4
ltr/jam, namun ada beberapa pengelolaan pertanian menggunakan debit 2, 6, 8
ltr/jam. Penggunaan debit berdasarkan jarak tanam dan waktu operasi(Keller dan
Bliesner, 1990). Debit air keluaran emiter rata-rata adalah volume dari
keseluruhan air yang tertampung dari semua emiter per satuan waktu dan jumlah
emiter yang ada.
Menurut
James dkk (1982) pemberian air dalam jumlah yang kecil kemungkinan tidak
akan dapat terserap oleh tanah dan tanaman, namun pemberian air dalam jumlah
yang besar akan menimbulkan genangan dan aliran permukaan. Pemberian air pada
irigasi tetes erat kaitanya dengan debit, hanya saja pada irigasi tetes debit
relatif kecil per detiknya.
Menurut
Sapei (2003), keseragaman aplikasi air merupakan salah satu faktor penentu
efisiensi irigasi yang dihitung dengan persamaan koefisien keseragaman irigasi
(CU/Coefficient Uniformity) dengan menggunakan persamaan Christiansen:
Keseragaman irigasi tetes
dapat dikatakan seragam atau layak apabila nilai Cu lebih besar dari 90%
(>90%).Nilai Cu yang rendah dapat dijadikan indikator kehilangan air melalui
perkolasi sangat tinggi (Sapei, 2003).
Parameter
yang digunakan untuk menyatakan tingkat pembasahan tanah adalah persentase
terbasahkan (Pw, wetted percentage), yaitu merupakan nisbah antara luas
areal yang terbasahkan (pada kedalaman 15-30 cm dari permukaan tanah).
Persentase terbasahkan dipengaruhi oleh debit dan volume pemberian air dari
setiap alat aplikasi, spasi alat aplikasi dan jenis tanah.
Dalam
pemberian air irigasi adalah distribusi air irigasi normal yag merata pada
daerah perakaran. Pada hampir seluruh keadaan, makin merata air yang
didistribusikan makin baik reaksi tanaman. Penyebaran air yang tidak sama
mengandung banyak karakteristik yang tidak diinginkan. Daerah yang kering
terlihat perbedaan yang diberi air irigasi secara tidak merata kecuali
kelebihan air yang tidak digunakan, yang sebaliknya berakibat pada pemborosan
air.
Apabila
ada kecenderungan untuk akumulasi garam, daerah tersebut yang menerima air
lebih sedikit dari kedalaman air yang diinginkan akan menunjukkan akumulasi
garam yang paling besar.
Semakin
besar nilai efisiensi yang dihasilkan dari suatu jaringan irigasi tetes maka
semakin merata pula pendistribusian air pada tiap-tiap emiter penetes sehingga
pertumbuhan tanaman akan semakin baik pula. Tingginya nilai/persentase
efisiensi penyebaran irigasi yang diperoleh menandakan bahwa penyebaran atau
pendistribusian air pada tiap-tiap emiter dikatakan mendekati seragam.Hal ini
juga menunjukkan bahwa media tanam yang dilalui oleh air distribusi memiliki
terkstur yang gembur, sehingga baik untuk tanaman musiman dalam menyerap unsur
hara dan air yang didistribusi.
Keuntungan dan Kelemahan Irigasi Tetes
Irigasi tetes mempunyai beberapa
keuntungan, diantaranya:
a) Meningkatkan nilai guna air
Secara
umum, air yang digunakan pada irigasi tetes lebih sedikit dibandingka dengan metode lain.
b) Meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil
Dengan irigasi tetes, kelembaban tanah dapat
dipertahankan pada tingkat yang optimal bagi pertumbuhan tanaman
c) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas
pemberian
Pemberian pupuk
dan bahan kimia pada metode ini dicampur dengan air irigasi, sehingga pupuk
atau bahan kimia yang digunakan menjadi lebih sedikit, frekuensi pemberian
lebih tinggi dan distribusinya hanya di sekitar daerah perakaran
d) Menekan resiko penumpukan garam
Pemberian air
secara terus-menerus akan melarutkan dan menjauhkan garam dari daerah perakaran
e) Menekan pertumbuhan gulma
Pemberian air pada
irigasi tetes hanya terbatas di daerah sekitar tanaman, sehingga pertumbuhan
gulma dapat ditekan
f) Menghemat tenaga kerja
Sistem irigasi
tetes dapat dengan mudah dioperasikan secara otomatis, sehingga tenaga kerja
yang diperlukan lebih sedikit (James, 1982).Sistem irigasi tetes dapat dengan
mudah dioperasikan secara otomatis, sehingga tenaga kerja yang diperlukan
menjadi lebih sedikit. Penghematan tenaga kerja pada pekerjaan pemupukan,
pemberantasan hama dan penyiangan juga dapat dikurangi.
Sedangkan, kelemahan atau kekurangan dari
metode irigasi tetes adalah sebagai berikut:
a. Memerlukan perawatan yang intensif
Penyumbatan pada penetes merupakan masalah yang
sering terjadi pada irigasi tetes, karena akan mempengaruhi debit dan
keseragaman pemberian air. Untuk itu diperlukan perawatan yang intesif dari
jaringan irigasi tetes agar resiko penyumbatan dapat diperkecil.
b. Penumpukan garam
Bila air yang
digunakan mengandung garam yang tinggi dan pada derah yang kering, resiko
penumpukan garam menjadi tinggi.
c. Membatasi pertumbuhan tanaman
Pemberian air yang
terbatas pada irigasi tetes menimbulkan resiko kekurangan air bila perhitungan
kebutuhan air kurang cermat.
d. Keterbatasan biaya dan teknik
Sistem irigasi
tetes memerlukan investasi yang tinggi dalam pembangunannya.Selain itu,
diperlukan teknik yang tinggi untuk merancang, mengoperasikan dan
memeliharanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar