Sabtu, 15 November 2014

Hubungan Moral, Etika dan Sulila Pada Akhlak

KATA PENGANTAR


Semoga puji hanya terucap kepada Allah SWT saja yang mana telah memberi kemudahan serta kesehatan kepada kami untuk dapat menyelesaikan tugas kami selaku mahasiswa, solawat serta salam teriring kepada nabi besar Muhammad SAW yang mana atas hadir-Nya lah kita selaku umatnya dapat keluar dari jaman kegelapan menuju cahaya Allah. Tidak lupa kepada sahabat - sahabat nabi, para tabiin – tabiin dan sampai kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini berjudul “Hubungan, Etika, Moral dan Kesusila dengan Akhlak”, yang kami susun sebagai persyaratan untuk mengikuti perkuliahan matakuliah “Ilmu Tasawuf” yang bersumber dari dosen dan kami sempurnakan lagi dengan materi yang kami cari sendiri.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih yang tulus terhadap pihak yang membantu pengerjaan makalah ini, terutama kepada dosen.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dimasa depan.
Bandung, 08 Oktober 2014

Penyusun








DAFTAR ISI









BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Dalan agama Islam berbagai aspek dalam kehidupan, antara lain : fiqih, aqidah, muamalah, akhlaq, dan lain-lain telah ada aturannya. Seorang muslim bisa dikatakan sempurna apabila mampu menguasai dan menerapkan aspek-aspek tersebut sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist.
Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang dicapai dengan cara menjalankan syariah agama hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik. Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan hanyalah sebagai formalitas saja. Dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam pergaulan, kita mampu menilai   perilaku seseorang, apakah itu baik atau buruk. Hal tersebut dapat terlihat dari cara bertutur kata dan bertingkah laku. Akhlak, moral, dan etika masing-masing individu berbeda-beda, hal tersebut dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal tiap-tiap individu.
Di era kemajuan IPTEK seperti saat ini, sangat berpengaruh terhadap perkembangan akhlak, moral, dan etika seseorang. Kita amati perkembangan perilaku seseorang pada saat ini sudah jauh dari ajaran Islam, sehingga banyak kejadian masyarakat saat ini yang cenderung mengarah pada perilaku yang kurang baik. Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah yang menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, atau susila adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup bersusila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu.
Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia melihat atau merasakan diri sendiri yang berhubungan dengan baik dan buruk, membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan. Sebagai generasi penerus Indonesia, sangatlah tidak terpuji jika kita para generasi penerus tidak memiliki etika, moral dan akhlak. Oleh karena itu penulis menyusun makalah ini agar menjadi acuan dalam perbaikan etika, moral, dan akhlak masyarakat.

1.2.Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
  1. Apa pengertian Akhlak Moral dan Etika, serta bagaimana perbedaanya.
2.      Bagaimana karakteristik etika dalam islam.
3.      Bagaimana hubungan antara Etika, Moral, dan Kesusilaan dengan akhlak.

1.3.Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Memahami apa itu Moral, Etika, dan Susila, serta bagaimana perbedaanya.
2.      Mengetahui dan memahani karakteristik etika dalam islam.
3.      Memahami dan megetahui hubungan antara Etika, Moral, dan Kesusilaan dengan akhlak.













 BAB II

PEMBAHASAN


2.1.Pengertian Etika, Moral dan susila


2.1.1.  Pengertian Etika

Kata Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno, yang terdiri dari kata  "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan” yaitu segala sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benarsalahbaikburuk, dan tanggung jawab. Menurut St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian filsafat praktis (practical philosophy).
Pengertian etika lebih lanjut dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara. Menurutnya etika adalah ilmu yang mempelajari soal kebaikan (dan keburukan) di dalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan perbuatan
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
Jika dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntunan zaman. Dengan demikian, maka etika merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Berbagai pemikiran yang dikemukakan para filosof barat mengenai perbuatan yang baik atau buruk dapat dikelompokkan kepada pemikiran etika, karena berasal dari hasil berpikir. Dengan demikian etika bersifat humanistis dan anthropocentris. Dalam bermasyarakat etika dibagi menjadi dua yaitu :
a.       Etika Deskritif, yaitu Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.
b.      Etika Normatif, yaitu Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan normanorma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.
Dari berbagai pembahasan definisi tentang etika tersebut di atas dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis definisi, yaitu sebagai berikut:
a.         Jenis pertama, etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus membicarakan tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia.
b.        Jenis kedua, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan baik buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama. Definisi tersebut tidak melihat kenyataan bahwa ada keragaman norma, karena adanya ketidaksamaan waktu dan tempat, akhirnya etika menjadi ilmu yang deskriptif dan lebih bersifat sosiologik.
c.         Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif, dan evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap perilaku manusia. Dalam hal ini tidak perlu menunjukkan adanya fakta, cukup informasi, menganjurkan dan merefleksikan. Definisi etika ini lebih bersifat informatif, direktif dan reflektif.


2.1.2.  Pengertian Moral

Kata Moral berasal dari Bahasa Latin Moralitas, yang artinya adalah suatu istilah yang diguakan manusia untuk menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam bentuk tindakan yang memiliki nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu, tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang memiliki nilai implisit karena banyak orang yang memiliki moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya.
Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia. Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan agama. Setiap budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan telah terbangun sejak lama.
Kesadaran moral erat pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa asing disebut conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan dalam bahasa arab disebut dengan qalb, fu’ad. Dan kesadaran moral itu mencakup tiga hal yaitu :
1.      Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral. Perasaan ini telah ada dalam setiap hati nurani manusia, siapapun, dimanapun, dan kapanpun. Kewajiban tersebut tidak dapat ditawar-tawar, karena sebagai kewajiban maka andai kata dalam pelaksanaannya tidak dipatuhi berati suatu pelanggara moral. Adanya perasaan wajib ini menunjukkan bahwa suara batin harus selalu ditaati, karena suara batin justru sebagai kesadaran bahwa seseorang merasa mempunyai beban atau kewajiban mutlak, untuk melaksanakan sesuatu. Orang yang memiliki kesadaran moral dalam bentuk perasaan wajib tersebut akan senantiasa mau berusaha menegakkan kebenaran, kejujuran, dan kesamaan, walaupun tidak ada orang lain yang menyuruhnya. Perasaan tersebut demikian kuat, sehingga siap menghadapi siapa saja yang coba-coba menghalanginya.
2.      Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan obyektif, yaitu suatu perbuatan yang secara umum dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang obyektif dan dapat diberlakukan secara universal, artinya dapat di setujui, berlaku pada setiap waktu dan tempat bagi setiap orang yang berada dalam situasi yang sejenis. Dalam masalah rasionalitas kesadaran moral itu, manusia meyakini bahwa akan sampai pada pendapat yang sama sebagai suatu masalah moral, dengan ketentuan manusia tersebut bebas dari paksaan dan tekanan, tidak mencari keuntungan sendiri, tidak berpihak, bersedia untuk bertindak sesuai dengan kaidah yang berlaku umum, pengetahuan jernih dan pengetahuan yang berdasarkan informasi yang obyektif.
3.      Kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan. Atas kesadaran moralnya seseorang bebas untuk mentaatinya. Bebas dalam menentukan prilakunya dan didalam penentuan itu sekaligus terpampang nilai manusia itu sendiri.
Berdasarkan pada uraian tersebut kita dapat sampai pada suatu kesimpulan, bahwa moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau system hidup yang dilaksanakan atau diberlakukan oleh masyarakat. Nilai atau system hidup tersebut diyakini oleh masyarakat yang akan memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan ketentraman.

2.1.3.  Pengertian Susila

Susila atau kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan akhiran an. Kata tersebut berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Su dan Sila. Su berarti baik, bagus dan Sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma.
Kata Susila selanjutnya digunakan arti sebagai aturan hidup yang lebih baik. Orang yang susila adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang asusila adalah orang yang berkelakuan buruk. Selanjutnya kata susila dapat pula berarti sopan, beradab, baik budi bahasanya. Dan kesusilaan sama dengan kesopanan. Dengan demikian kesusilaan lebih mengacu kepada upaya membimbing, memandu, mengarahkan, membiasakan dan memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Kesusilaan menggambarkan keadaan dimana orang selalu menerapkan nilai-nilai yang dipandang baik. Sama halnya dengan moral, yaitu sebagai pedoman untuk membimbing orang agar berjalan dengan baik juga berdasarkan pada nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat dan mengacu kepada sesuatu yang dipandang baik oleh masyarakat.

2.1.4.  Persamaan dan Perbedaan Etika, Moral dan Susila dan Akhlak

Dilihat dari fungsi dan peranannya, dapat dikatakan bahwa akhlak, etika, moral, kesusilaan, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya. Kesemua istilah tersebut sama sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan tentram sehingga sejahtera batiniah dan lahiriahnya. Objek dari akhlak, etika, moral, kesusilaan dan kesopanan yaitu perbuatan manusia, ukurannya yaitu baik dan buruk.
Perbedaan antara etika, moral, susila dengan akhlak terletak pada sumber yang dijadikan pijakan atau bahasan untuk menilai baik dan buruk. Dalam etika, penilaian baik/buruk berdasarkan pendapat akal. Dalam moral dan susila didasarkan atas kebiasaan umum yang berlaku di masyarakat. Sedangkan pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik dan buruk adalah Al-ur'an dan Hadits. Perbedaan lain juga terlihat pada sifat dan kawasan pembahasannya. Etika lebih banyak bersifat teoritis daripada praktis. Moral dan susila lebih banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral dan susila bersifat lokal dan individual.
Perbedaan lain antara etika, moral dan susila terlihat pula pada sifat dan kawasan pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka pada moral dan susila lebih banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral dan susila bersifat local dan individual. Etika menjelaskan ukuran baik-buruk, sedangkan moral dan susila menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan. (Amiruddin.2010)

2.2.Karakteristik Etika Islam


2.2.1.  Definisi Karakter

Karakter (khuluk) merupakan suatu keadaan jiwa dimana  jiwa bertindak tanpa di pikir atau di pertimbangkan secara mendalam. Karakter ini ada 2 jenis yaitu :
a.       Alamiah dan bertolak dari watak.
Misalnya pada orang yang gampang sekali marah karena  hal paling kecil atau takut menghadapi insiden yang paling  sepele. Juga pada orang yang terkesiap berdebar-debar di sebabkan suara yang amat lemah yang menerpa gendang telinganya atau ketakutan lantaran mendengar  suata berita atau tertawa berlebih-lebihan hanya karena suatu hal yang amat sangat biasa yang telah membuatnya kagum, atau sedih sekali cuma karena suatu hal yang tak terlalu memprihatinkan yang telah menimpanya.
b.      Tercipta melalui kebiasaan dan latihan.
Pada mulanya keadaan ini terjadi karena di pertimbangkan dan dipikirkan, namun kemudian melalui praktek terus-menerus menjadi karakter. Karenanya para cendikiawan klasik sering berbeda pendapat mengenai karakter. Sebagian berpendapat bahwa karakter di miliki oleh jiwa yang tidak berpikir (nonrasional). Sementara yang lain berkata bahwa bisa juga karakter itu milik jiwa yang berpikir (rasional). Ada yang berpendapat bahwa karakter itu alami sifatnya, dan juga dapat berubah cepat atau lamban melalui disiplin serta nasihat-nasihat yang mulia. Pendapat yang terakhir inilah yang kami dukung karena sudah kami kaji secara langsung. Adapun pendapat pertama akan menyababkan tidak berlakunya fakultas nalar, tertolaknya segala bentuk norma dan bimbingan, tunduknya (kecendrungan ) orang kepada kekejaman dan kelalaian, serta banyak remaja dan anak berkembang liar tanpa nasihat dan pendidikan. Ini tentu saja sangat negatif.

2.2.2.  Karakteristik Etika Islam

Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu masyarakat tertentu. Moral adalah secara etimologis berarti adat kebiasaan,susila. Jadi moral adalah perilaku yang sesuai dengan ukuran-ukuran tindakan yang oleh umum di terima, meliputi kesatuan sosial/lingkungan tertentu. Sedangkan akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk tentang perkataan/perbuatan manusia lahir dan batin.
Didalam islam, etika yang diajarkan dalam islam berbeda dengan etika filsafat. Etika Islam memiliki karakteristik sebagai berikut :
a.       Etika Islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah laku yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk
b.      Etika Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran baik dan buruknya perbuatan seseorang didasarkan kepada al-Qur’an dan al-Hadits yang shohih.
c.       Etika Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima dan dijadikan pedoman oleh seluruh umat manusia kapanpun dan dimanapun mereka berada.
d.      Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia kejenjang akhlak yang luhur dan mulia serta meluruskan perbuatan manusia sebagai upaya memanusiakan manusia.

2.3.Hubungan Etika, Moral, dan Kesusilaan Dengan Akhlak

Dapat dilihat dengan sangat jelas bahwa etika, moral, susila berasal dari produk rasio dan budaya masyarakat yang secara selektif diakui sebagai yang bermanfaat dan baik bagi kelangsungan hidup manusia. Sementara akhlak berasal dari wahyu, yakni ketentuan yang berdasarkan petunjuk al-Qur’an dan al-hadis. Dengan kata lain jika etika, moral, dan susila berasal dari manusia, sedangkan akhlak berasal dari Tuhan. Sehingga etika, moral, susila dan akhlak akan tetap saling berhubungan dan membutuhkan.
Dalam pelaksanaannya norma akhlak yang terdapat dalam al-Qur’an dan al-Sunnah itu sifatnya dalam keadaan “belum siap pakai”. Jika al-Qur’an misalnya menyuruh kita berbuat baik kepada ibu-bapak, menghormati sesame kaum muslimin, dan menyuruh menutup aurat, maka suruhan tersebut belum dibarengi dengan cara-cara, sarana, bnetuk dan lainnya. Bagaimanakah cara menghormati kedua orang tua tidak kita jumpai dalam al-Qur’an dan al-hadis.
Demikian pula bagaimana cara kita menghormati sesama muslim dan menutup aurat juga tidak kita jumpai dalam al-Qur’an. Cara-cara untuk melakukan ketentuan akhlak yang ada dalam al-Qur’an dan al-hadis itu memerlukan penalaran atau ijtihad para ulama dari waktu kewaktu. Cara menutup aurat, model pakaian, ukuran dan potongannya yang sesuai dengan ketentuan akhlak jelas memerlukan hasil pemikiran akal pikiran manusia dan kesepakatan masyarakat untuk menggunakannya. Jika demikian adanya maka ketentuan baik dan buruk yang terdapat dalam etika, moral dan susila yang merupakan produk akal pikiran dan budaya masyarakat dapat digunakan sebagai alat untuk menjabarkan ketentuan akhlak yang terdapat dalam al-Qur’an. Tanpa bantuan usaha manusia dalam bentuk etika, moral dan susila , ketentuan akhlak yang terdapat dalam al-Qur’an dan al-Sunnah akan sulit dilaksanakan.
Dengan demikian keberadaan etika, moral dan susila sangat dibutuhkan dalam rangka menjabarkan dan mengoprasionalkan ketentuan akhlak yang terdapat didalam al-Qur’an. Disinilah letak peranan dan etika, moral, dan susila terhadap akhlak.

























 BAB III

PENUTUP


3.1.  Kesimpulan

Etika menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. moral adalah penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah moral biasanya dipergunakan untuk menentukan batas-batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat dan perangkai dinyatakan benar, salah, baik, buruk,layak atau tidak layak,patut maupun tidak patut.
Kata susila berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Su dan Sila. Su berarti baik, bagus dan Sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma. Kata Susila selanjutnya digunakan arti sebagai aturan hidup yang lebih baik. Dengan demikian kesusilaan lebih mengacu kepada upaya membimbing, memandu, mengarahkan, membiasakan dan memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.Kesusilaan menggambarkan keadaan dimana orang selalu menerapkan nilai-nilai yang dipandang baik
.Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi'at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk.
Keempat hal tersebut (etika, moral, susila dan akhlak) merupakan hal yang paling penting dalam pembentukan akhlakul karimah seorang manusia. Dan manusia yang paling baik budi pekertinya adalah Rasulullah S.A.W. Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu seorang sahabat yang mulia menyatakan: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik budi pekertinya.”(HR.Bukhari dan Muslim).

3.2.  Saran

Dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun penyusun diharapkan dapat menerapkan etika, moral dan akhlak yang baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun tidak sesempurna Nabi Muhammad S.A.W, setidaknya kita termasuk kedalam golongan kaumnya.
   



DAFTAR PUSTAKA


Achmad, Mudlor. Tt. Etika dalam Islam. Al-Ikhlas. Surabaya.
Al-Jazairi, Syekh Abu Bakar. 2003. Mengenal Etika dan Akhlak Islam. Lentera: Jakarta.
Asmaran As. 1992. Pengantar Studi AkhlakJakarta: Rajawali Pers
Bakry, Oemar. 1981. Akhlak Muslim. Aangkasa: Bandung
Fakhry, Majid, Etika Dalam Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996
Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: Taman Siswa, 1966), hlm.138
Masyhur, Kahar. 1986. Meninjau berbagai Ajaran; Budipekerti/Etika dengan Ajaran Islam. Kalam Mulia. Jakarta.
Mustofa, Ahmad. 1999. Ilmu Budaya Dasar. CV Pustaka Setia. Bandung.
Nata, Abuddin. 2003. Akhlak Tasawuf. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
Sinaga, Hasanudin dan Zaharuddin, Pengatar Studi Akhlak, Jakarta : PT Raja Grafmdo Persada, 2004
Surajiyo. 2007. Filsafat Ilmu dan perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara
Suseno, Frans Magnis. 1987.  Etika Dasar. Yogyakarta : Kanisius
Yaqub, Hamzah. Etika Islam. Bandung : CV Diponegoro, 1988 (artikel ini disadur dari persentasi pada mata kuliah akhlak tasawuf)



1 komentar:

FANNY LIM mengatakan...

Promo Spesial :

★ Bonus 100% Win Beruntun 8x, 9x, 10x (dapat di Klaim Setiap Hari)
★ Bonus 10% Deposit Pertama !
★ Bonus 5% Deposit Setiap Hari
★ Bonus Cashback Seninan 5% s/d 10%
★ Bonus Referral 7% + 2%
★ Bonus Rollingan 0,5% + 0,7%

Tersedia Permainan Judi Online :
» Bola / Sportsbook
» Sabung Ayam
» Casino Live
» Slot online
» Togel Online
» Bola Tangkas
» Tembak Ikan
» Poker
» Domino
» Dan Masih Banyak Lainnya.

Situs Judi Online Deposit Ovo
Situs Judi Online Deposit Gopay
Situs Judi Online Deposit Linkaja
Situs Judi Online Deposit Dana
Situs Judi Online Deposit Sakuku
Situs Judi Online Deposit Pulsa Tanpa Potongan
Situs Judi Online Deposit Bank BTPN
Situs Judi Online Deposit Bank BTN
Situs Judi Online Deposit Bank Permata

Hubungi Kontak Resmi Kami Dibawah ini (Online 24 Jam Setiap Hari) :

» Nomor WhatsApp : 0812–2222–995
» ID Telegram : @bolavitacc
» ID Wechat : Bolavita
» ID Line : cs_bolavita