KATA PENGANTAR
Semoga puji hanya terucap
kepada Allah SWT saja yang mana telah memberi kemudahan serta kesehatan kepada
kami untuk dapat menyelesaikan tugas kami selaku mahasiswa, solawat serta salam
teriring kepada nabi besar Muhammad SAW yang mana atas hadir-Nya lah kita
selaku umatnya dapat keluar dari jaman kegelapan menuju cahaya Allah. Tidak
lupa kepada sahabat - sahabat nabi, para tabiin – tabiin dan sampai kepada kita
selaku umatnya.
Makalah ini berjudul
“Hubungan, Etika, Moral dan Kesusila dengan Akhlak”, yang kami susun sebagai
persyaratan untuk mengikuti perkuliahan matakuliah “Ilmu Tasawuf” yang
bersumber dari dosen dan kami sempurnakan lagi dengan materi yang kami cari
sendiri.
Pada kesempatan ini kami
ingin mengucapkan terimakasih yang tulus terhadap pihak yang membantu
pengerjaan makalah ini, terutama kepada dosen.
Kami menyadari sepenuhnya
bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dimasa depan.
Bandung, 08 Oktober 2014
Penyusun
DAFTAR
ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Dalan agama Islam
berbagai aspek dalam kehidupan, antara lain : fiqih, aqidah, muamalah, akhlaq,
dan lain-lain telah ada aturannya. Seorang muslim bisa dikatakan sempurna
apabila mampu menguasai dan menerapkan aspek-aspek tersebut sesuai dengan
Al-Qur’an dan Hadist.
Sejarah
Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang dicapai dengan cara menjalankan syariah
agama hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik. Kepercayaan yang
hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan
hanyalah sebagai formalitas saja. Dalam kehidupan
sehari-hari, terutama dalam pergaulan, kita mampu menilai perilaku
seseorang, apakah itu baik atau buruk. Hal tersebut dapat terlihat dari cara
bertutur kata dan bertingkah laku. Akhlak, moral, dan etika masing-masing
individu berbeda-beda, hal tersebut dipengaruhi oleh lingkungan internal dan
eksternal tiap-tiap individu.
Di era kemajuan IPTEK
seperti saat ini, sangat berpengaruh terhadap perkembangan akhlak, moral, dan
etika seseorang. Kita amati perkembangan perilaku seseorang pada saat ini sudah
jauh dari ajaran Islam, sehingga banyak kejadian masyarakat saat ini yang
cenderung mengarah pada perilaku yang kurang baik. Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia
terhadap-Nya adalah yang menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral,
atau susila adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan.
Hidup bersusila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat
terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap
pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu.
Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang
dirinya sendiri, dimana manusia melihat atau merasakan diri sendiri yang berhubungan
dengan baik dan buruk, membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan
tidak boleh dilakukan. Sebagai generasi penerus Indonesia,
sangatlah tidak terpuji jika kita para generasi penerus tidak memiliki etika,
moral dan akhlak. Oleh karena itu penulis menyusun makalah ini agar menjadi
acuan dalam perbaikan etika, moral, dan akhlak masyarakat.
1.2.Rumusan
Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan yang akan dibahas
dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
- Apa pengertian Akhlak Moral dan Etika, serta
bagaimana perbedaanya.
2. Bagaimana karakteristik
etika dalam islam.
3. Bagaimana
hubungan antara Etika, Moral, dan Kesusilaan dengan akhlak.
1.3.Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Memahami apa itu Moral, Etika, dan Susila, serta
bagaimana perbedaanya.
2. Mengetahui dan memahani
karakteristik etika dalam islam.
3. Memahami
dan megetahui hubungan antara Etika, Moral, dan Kesusilaan dengan akhlak.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian
Etika, Moral dan susila
2.1.1.
Pengertian Etika
Kata Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno,
yang terdiri dari kata "ethikos", berarti "timbul
dari kebiasaan” yaitu segala sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang
mempelajari nilai atau
kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup
analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Menurut St.
John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian filsafat
praktis (practical philosophy).
Pengertian etika lebih lanjut
dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara. Menurutnya etika adalah ilmu yang
mempelajari soal kebaikan (dan keburukan) di dalam hidup manusia semuanya,
teristimewa yang mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan
perbuatan
Etika dimulai bila manusia
merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan
akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita
tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika,
yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
Jika dilihat dari segi
sifatnya, etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan
tuntunan zaman. Dengan demikian, maka etika merupakan ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk
dikatakan baik atau buruk. Berbagai pemikiran yang dikemukakan para filosof
barat mengenai perbuatan yang baik atau buruk dapat dikelompokkan kepada
pemikiran etika, karena berasal dari hasil berpikir. Dengan demikian etika bersifat
humanistis dan anthropocentris. Dalam
bermasyarakat etika dibagi menjadi dua yaitu :
a. Etika Deskritif, yaitu Etika yang menelaah secara
kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa yang dikejar
oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya Etika
deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai
nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan
realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam
penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan
kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.
b. Etika Normatif, yaitu Etika yang menetapkan berbagai
sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa
yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam
hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan normanorma yang dapat menuntun agar
manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai
dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.
Dari berbagai pembahasan
definisi tentang etika tersebut di atas dapat diklasifikasikan menjadi tiga
jenis definisi, yaitu sebagai berikut:
a.
Jenis pertama, etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus
membicarakan tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia.
b.
Jenis kedua, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan
baik buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama. Definisi tersebut tidak
melihat kenyataan bahwa ada keragaman norma, karena adanya ketidaksamaan waktu
dan tempat, akhirnya etika menjadi ilmu yang deskriptif dan lebih bersifat
sosiologik.
c.
Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat
normatif, dan evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap
perilaku manusia. Dalam hal ini tidak perlu menunjukkan adanya fakta,
cukup informasi, menganjurkan dan merefleksikan. Definisi etika ini lebih bersifat
informatif, direktif dan reflektif.
2.1.2.
Pengertian Moral
Kata Moral berasal
dari Bahasa Latin Moralitas, yang artinya
adalah suatu istilah yang diguakan manusia untuk
menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam bentuk tindakan yang memiliki
nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia
tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya.
Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara
ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu,
tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi.
Moral dalam zaman sekarang
memiliki nilai implisit karena banyak orang yang memiliki moral atau sikap
amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan
di sekolah-sekolah
dan manusia harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya.
Moral adalah nilai
ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap
moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Moral adalah
perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia.
Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di
masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan
masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik, begitu juga
sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan agama. Setiap budaya memiliki
standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan
telah terbangun sejak lama.
Kesadaran moral erat pula
hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa asing disebut conscience,
conscientia, gewissen, geweten, dan dalam bahasa arab disebut dengan qalb,
fu’ad. Dan kesadaran moral itu mencakup tiga hal yaitu :
1. Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan
yang bermoral. Perasaan ini telah ada dalam setiap hati nurani manusia,
siapapun, dimanapun, dan kapanpun. Kewajiban tersebut tidak dapat
ditawar-tawar, karena sebagai kewajiban maka andai kata dalam pelaksanaannya
tidak dipatuhi berati suatu pelanggara moral. Adanya perasaan wajib ini
menunjukkan bahwa suara batin harus selalu ditaati, karena suara batin justru
sebagai kesadaran bahwa seseorang merasa mempunyai beban atau kewajiban mutlak,
untuk melaksanakan sesuatu. Orang yang memiliki kesadaran moral dalam bentuk perasaan
wajib tersebut akan senantiasa mau berusaha menegakkan kebenaran, kejujuran,
dan kesamaan, walaupun tidak ada orang lain yang menyuruhnya. Perasaan tersebut
demikian kuat, sehingga siap menghadapi siapa saja yang coba-coba
menghalanginya.
2. Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan
obyektif, yaitu suatu perbuatan yang secara umum dapat diterima oleh
masyarakat, sebagai hal yang obyektif dan dapat diberlakukan secara universal,
artinya dapat di setujui, berlaku pada setiap waktu dan tempat bagi setiap
orang yang berada dalam situasi yang sejenis. Dalam masalah rasionalitas
kesadaran moral itu, manusia meyakini bahwa akan sampai pada pendapat yang sama
sebagai suatu masalah moral, dengan ketentuan manusia tersebut bebas dari
paksaan dan tekanan, tidak mencari keuntungan sendiri, tidak berpihak, bersedia
untuk bertindak sesuai dengan kaidah yang berlaku umum, pengetahuan jernih dan
pengetahuan yang berdasarkan informasi yang obyektif.
3. Kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk
kebebasan. Atas kesadaran moralnya seseorang bebas untuk mentaatinya. Bebas
dalam menentukan prilakunya dan didalam penentuan itu sekaligus terpampang
nilai manusia itu sendiri.
Berdasarkan pada uraian
tersebut kita dapat sampai pada suatu kesimpulan, bahwa moral lebih mengacu
kepada suatu nilai atau system hidup yang dilaksanakan atau diberlakukan oleh
masyarakat. Nilai atau system hidup tersebut diyakini oleh masyarakat yang akan
memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan ketentraman.
2.1.3.
Pengertian Susila
Susila atau kesusilaan berasal
dari kata susila yang mendapat awalan ke dan akhiran an. Kata tersebut berasal
dari bahasa Sansekerta, yaitu Su dan Sila. Su berarti baik,
bagus dan Sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma.
Kata Susila selanjutnya
digunakan arti sebagai aturan hidup yang lebih baik. Orang yang susila adalah
orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang asusila adalah orang yang
berkelakuan buruk. Selanjutnya kata susila dapat pula berarti sopan, beradab,
baik budi bahasanya. Dan kesusilaan sama dengan kesopanan. Dengan demikian
kesusilaan lebih mengacu kepada upaya membimbing, memandu, mengarahkan,
membiasakan dan memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan norma atau nilai-nilai
yang berlaku dalam masyarakat.
Kesusilaan menggambarkan
keadaan dimana orang selalu menerapkan nilai-nilai yang dipandang baik. Sama
halnya dengan moral, yaitu sebagai pedoman untuk membimbing orang agar berjalan
dengan baik juga berdasarkan pada nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat
dan mengacu kepada sesuatu yang dipandang baik oleh masyarakat.
2.1.4.
Persamaan dan Perbedaan Etika, Moral dan Susila dan Akhlak
Dilihat dari fungsi dan peranannya, dapat dikatakan
bahwa akhlak, etika, moral, kesusilaan, yaitu menentukan hukum atau nilai dari
suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya. Kesemua
istilah tersebut sama sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang
baik, teratur, aman, damai, dan tentram sehingga sejahtera batiniah dan
lahiriahnya. Objek dari akhlak, etika, moral, kesusilaan dan kesopanan yaitu
perbuatan manusia, ukurannya yaitu baik dan buruk.
Perbedaan antara etika, moral,
susila dengan akhlak terletak pada sumber yang dijadikan pijakan atau bahasan
untuk menilai baik dan buruk. Dalam etika, penilaian baik/buruk berdasarkan
pendapat akal. Dalam moral dan susila didasarkan atas kebiasaan umum yang
berlaku di masyarakat. Sedangkan pada akhlak ukuran yang digunakan untuk
menentukan baik dan buruk adalah Al-ur'an dan Hadits. Perbedaan lain juga terlihat
pada sifat dan kawasan pembahasannya. Etika lebih banyak bersifat teoritis
daripada praktis. Moral dan susila lebih banyak bersifat praktis. Etika
memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral dan susila bersifat
lokal dan individual.
Perbedaan lain antara etika, moral dan susila terlihat
pula pada sifat dan kawasan pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat
teoritis, maka pada moral dan susila lebih banyak bersifat praktis. Etika
memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral dan susila bersifat
local dan individual. Etika menjelaskan ukuran baik-buruk, sedangkan moral dan
susila menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan. (Amiruddin.2010)
2.2.Karakteristik Etika Islam
2.2.1. Definisi
Karakter
Karakter (khuluk)
merupakan suatu keadaan jiwa dimana jiwa bertindak tanpa di pikir atau di
pertimbangkan secara mendalam. Karakter ini ada 2 jenis yaitu :
a.
Alamiah dan bertolak dari watak.
Misalnya pada orang yang gampang sekali marah karena hal paling kecil
atau takut menghadapi insiden yang paling sepele. Juga pada orang yang
terkesiap berdebar-debar di sebabkan suara yang amat lemah yang menerpa gendang
telinganya atau ketakutan lantaran mendengar suata berita atau tertawa
berlebih-lebihan hanya karena suatu hal yang amat sangat biasa yang telah membuatnya
kagum, atau sedih sekali cuma karena suatu hal yang tak terlalu memprihatinkan
yang telah menimpanya.
b.
Tercipta melalui kebiasaan dan latihan.
Pada mulanya keadaan ini terjadi karena di pertimbangkan dan dipikirkan,
namun kemudian melalui praktek terus-menerus menjadi karakter. Karenanya para
cendikiawan klasik sering berbeda pendapat mengenai karakter. Sebagian
berpendapat bahwa karakter di miliki oleh jiwa yang tidak berpikir
(nonrasional). Sementara yang lain berkata bahwa bisa juga karakter itu milik
jiwa yang berpikir (rasional). Ada yang berpendapat bahwa karakter itu alami
sifatnya, dan juga dapat berubah cepat atau lamban melalui disiplin serta
nasihat-nasihat yang mulia. Pendapat yang terakhir inilah yang kami dukung
karena sudah kami kaji secara langsung. Adapun pendapat pertama akan
menyababkan tidak berlakunya fakultas nalar, tertolaknya segala bentuk norma
dan bimbingan, tunduknya (kecendrungan ) orang kepada kekejaman dan kelalaian,
serta banyak remaja dan anak berkembang liar tanpa nasihat dan pendidikan. Ini
tentu saja sangat negatif.
2.2.2. Karakteristik
Etika Islam
Etika adalah sebuah tatanan
perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu masyarakat tertentu. Moral
adalah secara etimologis berarti adat kebiasaan,susila. Jadi moral adalah
perilaku yang sesuai dengan ukuran-ukuran tindakan yang oleh umum di terima,
meliputi kesatuan sosial/lingkungan tertentu. Sedangkan akhlak adalah ilmu yang
menentukan batas antara baik dan buruk tentang perkataan/perbuatan manusia
lahir dan batin.
Didalam islam, etika yang
diajarkan dalam islam berbeda dengan etika filsafat. Etika Islam memiliki
karakteristik sebagai berikut :
a. Etika Islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada
tingkah laku yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk
b. Etika Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber
moral, ukuran baik dan buruknya perbuatan seseorang didasarkan kepada al-Qur’an
dan al-Hadits yang shohih.
c. Etika Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat
diterima dan dijadikan pedoman oleh seluruh umat manusia kapanpun dan dimanapun
mereka berada.
d. Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia
kejenjang akhlak yang luhur dan mulia serta meluruskan perbuatan manusia sebagai
upaya memanusiakan manusia.
2.3.Hubungan
Etika, Moral, dan Kesusilaan Dengan Akhlak
Dapat
dilihat dengan sangat jelas bahwa etika, moral, susila berasal dari produk
rasio dan budaya masyarakat yang secara selektif diakui sebagai yang bermanfaat
dan baik bagi kelangsungan hidup manusia. Sementara akhlak berasal dari wahyu,
yakni ketentuan yang berdasarkan petunjuk al-Qur’an dan al-hadis. Dengan kata
lain jika etika, moral, dan susila berasal dari manusia, sedangkan akhlak
berasal dari Tuhan. Sehingga etika, moral, susila dan akhlak akan tetap saling
berhubungan dan membutuhkan.
Dalam
pelaksanaannya norma akhlak yang terdapat dalam al-Qur’an dan al-Sunnah itu
sifatnya dalam keadaan “belum siap pakai”. Jika al-Qur’an misalnya menyuruh
kita berbuat baik kepada ibu-bapak, menghormati sesame kaum muslimin, dan
menyuruh menutup aurat, maka suruhan tersebut belum dibarengi dengan cara-cara,
sarana, bnetuk dan lainnya. Bagaimanakah cara menghormati kedua orang tua tidak
kita jumpai dalam al-Qur’an dan al-hadis.
Demikian
pula bagaimana cara kita menghormati sesama muslim dan menutup aurat juga tidak
kita jumpai dalam al-Qur’an. Cara-cara untuk melakukan ketentuan akhlak yang
ada dalam al-Qur’an dan al-hadis itu memerlukan penalaran atau ijtihad para
ulama dari waktu kewaktu. Cara menutup aurat, model pakaian, ukuran dan
potongannya yang sesuai dengan ketentuan akhlak jelas memerlukan hasil
pemikiran akal pikiran manusia dan kesepakatan masyarakat untuk menggunakannya.
Jika demikian adanya maka ketentuan baik dan buruk yang terdapat dalam etika,
moral dan susila yang merupakan produk akal pikiran dan budaya masyarakat dapat
digunakan sebagai alat untuk menjabarkan ketentuan akhlak yang terdapat dalam
al-Qur’an. Tanpa bantuan usaha manusia dalam bentuk etika, moral dan susila ,
ketentuan akhlak yang terdapat dalam al-Qur’an dan al-Sunnah akan sulit
dilaksanakan.
Dengan
demikian keberadaan etika, moral dan susila sangat dibutuhkan dalam rangka
menjabarkan dan mengoprasionalkan ketentuan akhlak yang terdapat didalam
al-Qur’an. Disinilah letak peranan dan etika, moral, dan susila terhadap
akhlak.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Etika menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu
yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal
perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. moral adalah
penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah moral biasanya
dipergunakan untuk menentukan batas-batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat dan
perangkai dinyatakan benar, salah, baik, buruk,layak atau tidak layak,patut
maupun tidak patut.
Kata susila berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Su dan Sila.
Su berarti baik, bagus dan Sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau
norma. Kata Susila selanjutnya digunakan arti sebagai aturan
hidup yang lebih baik. Dengan demikian kesusilaan lebih mengacu kepada upaya
membimbing, memandu, mengarahkan, membiasakan dan memasyarakatkan hidup yang
sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.Kesusilaan
menggambarkan keadaan dimana orang selalu menerapkan nilai-nilai yang dipandang
baik
.Akhlak adalah hal yang
terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala pengertian
tingkah laku, tabi'at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk
dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk.
Keempat hal tersebut (etika, moral, susila dan
akhlak) merupakan hal yang paling penting dalam pembentukan akhlakul
karimah seorang manusia. Dan manusia yang paling baik budi pekertinya adalah
Rasulullah S.A.W. Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu seorang sahabat yang mulia
menyatakan: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia
yang paling baik budi pekertinya.”(HR.Bukhari dan Muslim).
3.2. Saran
Dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca
maupun penyusun diharapkan dapat menerapkan etika, moral dan akhlak yang baik
dan sesuai dengan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun tidak
sesempurna Nabi Muhammad S.A.W, setidaknya kita termasuk kedalam golongan
kaumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Achmad, Mudlor. Tt. Etika dalam Islam. Al-Ikhlas.
Surabaya.
Al-Jazairi, Syekh Abu Bakar. 2003. Mengenal Etika
dan Akhlak Islam. Lentera: Jakarta.
Asmaran As. 1992. Pengantar
Studi Akhlak. Jakarta: Rajawali Pers
Bakry, Oemar. 1981. Akhlak Muslim. Aangkasa:
Bandung
Fakhry, Majid, Etika Dalam Islam. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 1996
Masyhur, Kahar. 1986. Meninjau berbagai Ajaran;
Budipekerti/Etika dengan Ajaran Islam. Kalam Mulia. Jakarta.
Mustofa, Ahmad. 1999. Ilmu Budaya Dasar. CV Pustaka
Setia. Bandung.
Nata, Abuddin. 2003. Akhlak Tasawuf. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta
Sinaga, Hasanudin dan Zaharuddin, Pengatar Studi
Akhlak, Jakarta : PT Raja Grafmdo Persada, 2004
Surajiyo.
2007. Filsafat Ilmu dan
perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara
Suseno, Frans
Magnis. 1987. Etika Dasar.
Yogyakarta : Kanisius
Yaqub, Hamzah. Etika Islam. Bandung : CV Diponegoro, 1988 (artikel ini
disadur dari persentasi pada mata kuliah akhlak tasawuf)
1 komentar:
Promo Spesial :
★ Bonus 100% Win Beruntun 8x, 9x, 10x (dapat di Klaim Setiap Hari)
★ Bonus 10% Deposit Pertama !
★ Bonus 5% Deposit Setiap Hari
★ Bonus Cashback Seninan 5% s/d 10%
★ Bonus Referral 7% + 2%
★ Bonus Rollingan 0,5% + 0,7%
Tersedia Permainan Judi Online :
» Bola / Sportsbook
» Sabung Ayam
» Casino Live
» Slot online
» Togel Online
» Bola Tangkas
» Tembak Ikan
» Poker
» Domino
» Dan Masih Banyak Lainnya.
Situs Judi Online Deposit Ovo
Situs Judi Online Deposit Gopay
Situs Judi Online Deposit Linkaja
Situs Judi Online Deposit Dana
Situs Judi Online Deposit Sakuku
Situs Judi Online Deposit Pulsa Tanpa Potongan
Situs Judi Online Deposit Bank BTPN
Situs Judi Online Deposit Bank BTN
Situs Judi Online Deposit Bank Permata
Hubungi Kontak Resmi Kami Dibawah ini (Online 24 Jam Setiap Hari) :
» Nomor WhatsApp : 0812–2222–995
» ID Telegram : @bolavitacc
» ID Wechat : Bolavita
» ID Line : cs_bolavita
Posting Komentar