1. Ayam Gaok
Ayam Gaok adalah
termasuk dalam jenis ayam
lokal berukuran lebih besar
dari ayam Madura dan Pulau Puteran, Kabupaten Sumenep,
Jawa Timur. Keistimewaan ayam Gaok terletak pada suara kokoknya yang
mengalun panjang mirip ayam Pelung. Ayam Gaok jantan dewasa memiliki bobot
badan mencapai 4 Kg, sedangkan betinanya 2-2.5 Kg. Ayam Gaok jantan memiliki tampilan tubuh yang besar, tegap dan gagah. Jengger dan gelambirnya besar dan berbentuk wilah (single
comb). Kakinya berwarna kuning. Bulu didominasi oleh warna kuning
kehijau-hijauan (wido), namun ada juga yang berwarna merah dan hitam. Ayam Gaok
memiliki potensi dikembangkan sebagai ayam hias.
2. Ayam Kalosi
Ayam Kalosi adalah strain ayam lokal yang
dikembangkan sekitar tahun 1990-an oleh Pemerintah Sulawesi Selatan untuk
meningkatkan kualitas genetik dan produktifitas ayam setempat. Ayam lokal ini
dikembangkan meliputi 3 galur sekaligus, yaitu: Kalosi Lotong (hitam), Kalosi
Pute (putih) dan Karame Pute (Wido-Putih). Pengembangan strain ayam lokal ini
didukung oleh Gubernur Sulawesi Selatan, sehingga strain ini sering pula
disebut dengan “Ayam
Gubernur”.
Pembentukan strain ayam Kalosi ini tergolong
rumit dan melibatkan beberapa indukan ayam lokal yang memiliki sifat-sifat
khusus seperti ayam Kampung, Arab Silver, Bangkok, Kedu Hitam, Leghorn Putih
dan lain-lain. Indukan ayam yang berbeda varietas ini kemudian dikawinkan satu dengan lainnya.
Tahap awal dilakukan dengan seleksi ayam lokal
unggulan dari Sulawesi Selatan. Setelah itu, dilakukan kawin silang (Grading
Up) dengan ayam ras putih (Leghorn), ayam Bangkok dan ayam Kedu Hitam.
Proses kawin silang ini dilakukan sampai generasi ke-4 (F4) bahkan hingga
generasi ke 6 (F6) untuk memperoleh galur baru yang stabil dan murni.
Proses kawin silang ayam lokal dengan ayam
introduksi ternyata berhasil meningkatkan performans turunannya. Ayam kalosi
lebih cepat bertelur (135-150 hari) dibanding ayam kampung (paling cepat 150
hari) dan masa bertelur juga cukup panjang. Pada umur 24-30 bulan ayam kalosi
masih dapat menghasilkan telur sekitar 30% Hen Day. Pertumbuhan ayam kalosi
lebih cepat dibandingkan ayam kampung, pada umur 3 bulan bobot ayam kalosi
telah mencapai 900 g (karame pute), 850g untuk kalosi pute, dan 800g untuk
kalosi lotong. Ketiganya cukup prospektif dikembangkan sebagai ayam potong
terutama karame pute, selain sebagai ayam petelur.
Produksi telur rata- rata per tahun sekitar 170
butir untuk kalosi lotong, 180 butir untuk kalosi pute dan 160 butir untuk
karame pute. Produksi telur tersebut masih lebih tinggi dibanding ayam kampung
yang hanya mencapai 115 butir/tahun (yang digunakan sebagai pembanding).
Produksi telur ayam ras dapat mencapai 259
butir/tahun dan ayam kedu 215 butir/tahun, tetapi tidak digunakan sebagai
pembanding. Ayam tersebut diperbaiki mutu genetiknya hanya untuk meningkatkan
jumlah telur ayam kampung (lokal) tetapi performans telur tetap seperti telur
ayam kampung.
Sebagai ayam petelur, ukuran telur, bentuk,
warna kulit telur, dan warna serta ukuran kuning telur ayam kalosi cukup
memenuhi selera konsumen lokal yang selama ini terbiasa mengkonsumsi telur ayam
kampung.
3.
Ayam Kedu
Ayam Kedu adalah strain ayam lokal berukuran
cukup besar yang berkembang di daerah Kedu, Temanggung, Jawa Tengah. Ayam ini
memiliki banyak variasi warna bulu, yaitu: Cemani, Kedu hitam, Kedu Merah, Kedu
Putih dan Kedu Blorok. Bobot ayam jantan dapat mencapai 3-3.5 kg. Sedangkan betina 1.2-2.5 kg.
Jengger besar dan selalu berpial tunggal (single comb). Cemani merupakan
satu-satunya varietas ayam di dunia yang memiliki warna hitam sempurna. Akibat
ekspresi fenotip dari gen unik yang dimiliki menyebabkan ayam ini berwarna
hitam legam nyaris di seluruh bagian tubuhnya. Oleh sebab itu, ayam
Cemani memiliki harga pasaran yang tinggi dan berpotensi dibudidayakan sebagai
ayam hias. Daging ayam Cemani yang berwarna hitam cenderung kurang diminati
oleh konsumen sehingga ayam ini tidak cocok dijadikan ayam pedaging.
Selain Cemani juga terdapat varian Kedu hitam.
Ayam ini memiliki jengger berwarna merah dan kaki berwarna hitam kekuningan.
Varian lain seperti Kedu Putih, Kedu merah dan Blorok memiliki ciri fisik sama dengan Kedu hitam. Perbedaan hanya terdapat
pada warna bulunya. Ayam Kedu sangat potensial dikembangkan sebagai ayam
petelur dan pedaging (dwiguna). Jika dipelihara secara intensif, dalam umur 5
bulan ayam Kedu jantan dapat mencapai bobot 1.3-1.4 kg. Sedangkan ayam betina mencapai bobot 1.2-1.3 kg.
Produksi telur pun cukup tinggi mencapai 215 butir/tahun. Hasil ini hanya
sedikit di bawah rata-rata ayam ras petelur yang mencapai 259 butir/tahun
|
4. Ayam Ketawa
Ayam Ketawa adalah strain ayam hias lokal yang
tersebar di Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) Sulawesi Selatan. Ayam Ketawa
bukan hanya sebagai unggas peliharaan semata, akan tetapi dipercaya pula memiliki indera
khusus untuk mengetahui akan ada kejadian berupa banjir, kebakaran dan bencana
alam di kerajaan tersebut. Selain sebagai unggas kesayangan raja, ayam ini juga
sering diperlombakan oleh para bangsawan di kedua kerajaan tersebut.
Ciri-ciri ayam ketawa
·
Jengger
ayam ini umumnya berpial tunggal (single comb)
·
Warna
bulu yang sangat bervariasi.
·
Mengeluarkan
suara kokok yang terpenggal-penggal mirip orang gagap atau orang tertawa.
Di daerah asalnya, ayam ini disebut Manuk
Gaga’. Manuk berarti ayam dalam bahasa Bugis dan gaga’ berarti Gagap. Sebagian
orang meyakini suara ayam ini mirip dengan suara ayam Kukuak Balenggek dari
Sumatera Barat.
Pemberian nama ayam
ketawa itu sendiri tercetus setelah komunitas pencinta unggas asal pulau Jawa
menamainya dengan sebutan ayam ketawa. Ayam ini menjadi begitu populer setelah
disiarkan oleh salah satu stasiun televisi swasta nasional.
Berdasarkan jenis suaranya, hobiis membagi ayam
ketawa ke dalam 3 kategori:
- Jenis ayam Garetek: Dinamai seperti itu karena jenis ini
memiliki interval suara yang agak cepat, yang masyarakat pencinta ayam
memakai istilah jenis dangdut.
- Jenis ayam Gaga’: Dinamai seperti itu karena tempo suaranya
yang agak lambat dan seperti orang yang gagap. Biasanya disebut pula
dengan tempo pop slow.
- Jenis ayam Do’do: Dinamai seperti itu karena tempo suaranya
yang sangat lambat dan mendayu-dayu.
Selain suara, warna bulu juga menjadi salah
satu kriteria bagus tidaknya kualitas ayam ketawa. Beberapa kategori warna bulu
yang menjadi standar bagi hobiis, yaitu:
- Bulu Bakka:
warna dasar bulu berwarna putih mengkilap, biasanya ada beberapa warna
lain yang tak dominan seperti hitam, merah maupun jingga. Warna bulu ini
disebut sebagai bulu kelas satu karena banyaknya orang yang menggemari.
- Bulu Lappung:
Warna dasar bulu berwarna hitam kombinasi dengan warna merah hati.
- Bulu Ceppaga:
Warna dasar hitam kombinasi dengan warna putih.
- Bulu Koro:
warna dasar hitam kombinasi hijau dan warna putih dan kuning mengkilap.
- Bulu Ara:
warna dasar hitam kombinasi warna jingga terang dan merah.
- Bulu Ijo buata:
warna dasar ijo kombinasi merah dan hitam sedikit.
- Bulu Bori:
warna dasar merah dan warna bintik-bintik kuning mengkilap.
- Bulu Kelleng:
warna dasar abu-abu, biasa di selingi dengan warna lain yang tak dominan
seperi merah, hitam maupun jingga. Warna ini tergolong sebagai kelas yang
paling rendah.
|
5. Ayam Merawang
Ayam Merawang berasal dari Kecamatan Merawang
di Pulau Bangka, Propinsi Bangka Belitung. Ayam ini didominasi warna cokelat, merah dan kuning
keemasan, dengan bulu-bulu columbian
(warna bagian ujung sayap dan ekor berwarna hitam). Warna kulit paruh dan ceker
(shank) putih atau kekuningan, sedangkan warna mata kuning.
Ayam Merawang diduga pertama kali dibawa oleh
imigran asal China daratan yang bekerja sebagai penambang timah pada masa
pemerintahan Hindia Belanda. Sepintas, bentuk ayam Merawang yang bertumbuh
gempal ini mirip dengan ayam Lingnan dari China. Beberapa ciri ayam Merawang
diantaranya adalah Jengger jantan berbentuk wilah tunggal (single comb)
berukuran besar, tegak, terbagi menjadi 6-7 gerigi yang meruncing. Bobot badan
dewasa jantan sekitar 1.8─2.7 kg dan betinanya sekitar 1.2─1.7 kg.
|
Ayam Merawang memiliki potensi untuk
dikembangkan sebagai ayam petelur dan terutama sebagai ayam pedaging. Bila
dipelihara secara intensif pertumbuhannya relatif cepat. Ayam Merawang betina
bertelur pertama kali pada umur 5.5 bulan.
Bobot telur berkisar antara 38-45g. produksi
telur dapat mencapai 120-125
butir/ekor/tahun.
6.
Ayam
Nunukan
Ayam Nunukan tersebar di daerah Tarakan,
Propinsi Kalimantan Utara. Menurut sejarahnya ayam Nunukan berasal dari daratan
Cina bagian selatan dan masuk ke Tarakan sekitar tahun 1922 yang dibawa oleh
perantau Cina lewat Tawao dan Nunukan.
Sepintas, penampilan ayam Nunukan seperti ayam
ras petelur berwarna coklat. Jantan dan betina memiliki bulu berwarna coklat
atau kuning kecoklatan. Jengger untuk betina warna merah muda dan jantan merah
tua, kulit betina warna krem muda dan jantan kuning, untuk warna shank baik
betina maupun jantan berwarna kuning. Kuping ayam betina merah muda dihiasi
warna putih sedangkan untuk jantan merah tua. Pada
jantan bulu di daerah leher dihiasi warna jingga keemasan. Pola warna bulu
polos, kerlip bulu keemasan dan corak bulu polos.
Ciri ayam Nunukan yang paling unik adalah
lambatnya pertumbuhan bulu di bagian sayap dan ekor. Hal ini menyebabkan bulu
sayap dan bulu ekor ayam Nunukan sangat pendek. Sebagian besar ayam Nunukan
bahkan sama sekali tidak memiliki bulu pertama di bagian sayap dan ekor. Ayam Nunukan sangat potensial dikembangkan
sebagai ayam pedaging dan petelur. Bobot jantan sekitar 1.7-2.8 kg.
Sedangkan betina 1.5- 2 kg.
Produksi telur dapat mencapai 182 butir/tahun.
Di daerah asalnya KalimantanTimur, harga seekor
ayam Nunukan untuk upacara keagamaan etnis China cukup mahal, yaitu 125 ribu
rupiah/kg berat hidup. Harga telur ayam Nunukan sama dengan harga telur ayam
Kampung. Sumber: Wafiatiningsih, Imam Sulistyono dan
Ratna Ayu Saptati (2007).
7. Ayam Olagan
Ayam Olagan adalah ayam tanpa bulu yang berasal
dari Pulau Dewata, Bali. Ayam ini berpotensi dimanfaatkan sebagai ayam
penghasil telur dan daging (dwiguna). Ayam ini juga dapat dijadikan ayam
koleksi dengan tujuan khusus karena keunikannya. Sebagian penduduk Bali mempercayai bahwa
penganut ilmu hitam Leak tingkat tinggi, memiliki kemampuan untuk merubah
bentuk menjadi berbagai jenis binatang. Salah satunya, ya, menjadi ayam Olagan
ini.
8. Ayam Pelung
Ayam Pelung adalah galur ayam lokal asli dengan
ukuran tubuh paling besar di Indonesia. Ayam ini berasal dari desa Bumi Kasih,
Jambu Dipa, Songgom dan Tegal Lega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur,
Jawa Barat.
Ayam Pelung dibudidayakan oleh masyarakat
terutama untuk suara kokok pejantannya yang khas dengan suara besar, panjang dan berirama.
Populasi ayam pelung pada tahun 1994 sekitar 5 – 6 ribu ekor dan di Jawa Barat
diduga telah berkembang mencapai kurang lebih 30 ribu ekor pada tahun 2007
(Iskandar dan Susanti, 2007).
Ayam Pelung memiliki ukuran
tubuh yang sangat besar dan tegap. Kaki panjang dan kuat
berwarna hitam kebiru-biruan. Pahanya berdaging tebal. Dada berdaging tebal dan
menonjol ke depan. Pejantan
berjengger tunggal dengan ukuran pial sangat besar, tebal, tegak, bergerigi dan
berwarna merah. Kepala dan leher juga berukuran sangat besar dibandingkan
dengan proporsi tubuh. Warna
bulu ayam Pelung juga bervariasi seperti ayam Kampung kebanyakan. Namun
sebagian besar pejantan dan betina memiliki warna kombinasi merah dan hitam.
Variasi warna lainnya adalah kombinasi kuning-hitam, putih-hitam dan kuning
kehijauan-hitam.
Seekor ayam Pelung betina mulai bertelur pada umur 160-210 hari dan dapat menghasilkan telur
hingga 70 butir/tahun. Bobot
rata-rata pejantan Ayam Pelung sekitar 4-5 kg. Bahkan dimasa lalu dapat
mencapai 6-7 kg. Sedangkan bobot rata-rata betina berkisar antara 3-4 kg. Pertumbuhan yang sangat pesat dan bobot yang
tinggi menyebabkan ayam Pelung menjadi kandidat yang sangat baik untuk
dikembangkan menjadi ayam pedaging.
Namun, harga jual ayam Pelung sebagai ayam hias
atau ayam kontes jauh lebih tinggi, sehingga masyarakat lebih memilih untuk membudidayakan
ayam ini demi suara kokok pejantannya yang indah.
Kelebihan sifat genetik ayam pelung yang
bertubuh besar dan tumbuh cepat dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas
ayam lokal lainnya. Hal ini
disadari oleh masyarakat Sukabumi yang menyilangkan ayam pelung jantan dengan
ayam kampung agar bobot ayam kampung setempat meningkat. Ayam hasil silangan Pelung dan ayam kampung
memiliki daging yang lebih tebal pada bagian dada dan paha. Namun tekstur dan
cita rasanya tidak berubah dan sama seperti daging ayam kampung pada umumnya
sehingga cukup digemari konsumen. Oleh masyarakat Sukabumi, ayam silangan ini
disebut ayam Nagrak.
9. Ayam Randah Batu
Randah Batu adalah varian ayam kampung yang
tersebar di Sumatera Barat, khususnya di Kabupaten Solok, Pesisir Selatan dan
daerah lain yang terpencil. Ayam ini
memiliki keunikan pada bentuk paha, jari dan kakinya yang sangat pendek
sehingga tubuhnya terlihat rendah (cebol atau ceper). Namun postur tubuhnya
tetap seperti ayam kampung biasa.
Sebagian ahli berpendapat, bahwa ayam ini
merupakan varian dari ayam Kukuak Balenggek. Gerakannya tidak selincah
ayam kampung pada umumnya, sehingga daerah jelajahnya menjadi terbatas. Ayam ini
juga lebih rentan diserang predator seperti ular Sanca (Phyton) dan
musang (Luwak) jika hidup di alam liar.
Secara umum, tampilan ayam Randah Batu mirip
silangan ayam hutan merah Sumatera atau ayam brugo dengan beragam warna.
Kokokannya lantang. Kadang ayam ini juga memiliki kokokan Balenggek. Asal-usul nama ayam Randah Batu memiliki
beragam versi. Sebuah sumber menyatakan bahwa ayam ini memiliki kebiasaan unik,
yaitu: suka bertengger di atas batu sehingga dinamakan Randah Batu. Dalam
dialek minang kata “Randah” berarti Rendah.
10.
Ayam Sentul
Ayam Sentul adalah varietas ayam lokal yang
dikembangkan masyarakat di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Tubuhnya agak tinggi
dengan kaki yang ramping dan kokoh. Kepala ayam Sentul tergolong kecil dengan jengger
bervariasi. Ekor agak panjang.
Bobot tubuh jantan berkisar antara 2-3 kg
dengan tinggi tubuh 54 cm. Sedangkan bobot betina 1-2,5 kg dengan tinggi 46 cm.
Ciri khas ayam Sentul terletak pada warna dasar bulunya yang didominasi
abu-abu. Bulu di bagian dada tersusun rapi seperti sisik naga. Kaki berwarna
kelabu, putih dan kuning.
Berdasarkan corak bulunya, ayam Sentul dibagi
menjadi 5 varietas, yaitu: Sentul Kelabu, Sentul Geni, Sentul Batu, Sentul debu
dan Sentul emas. Sentul Kelabu didominasi warna abu-abu. Sentul Geni terdiri
dari campuran warna abu-abu dan merah.
Sentul Batu memiliki warna bulu kombinasi
abu-abu keputihan-putihan. Sentul debu berwarna abu-abu kecoklatan. Sedangkan
Sentul Emas didominasi warna abu-abu keemasan. Performans ayam Sentul tergolong
baik.
Produksi telur dapat mencapai 100
butir/ekor/tahun, lebih tinggi dari produksi telur ayam kampung yang mencapai
70 butir/ekor/tahun. Pertumbuhan juga cukup baik. Pada umur 10 minggu, bobot
ayam dapat mencapai 1 kg, lebih tinggi 100-200 gram dari ayam kampung pada umur
yang sama. Sumber:
Cecep Hidayat dan S. Sopiyana (2010).
11.
Ayam
Sumatera
Ayam Sumatera termasuk varietas ayam asal
Indonesia dengan tampilan yang paling indah. Tubuhnya gempal, pendek dan kekar
dengan bulu lebat mengkilap yang menyelubungi seluruh tubuh. Bulu leher,
tunggir dan ekor tumbuh memanjang dan berkilau kehijauan saat diterpa cahaya (glossy).
Ayam Sumatera dikenal hanya memiliki 2 tipe warna bulu, yaitu: hitam dan biru
keabu-abuan (jarang).
Sosok Ayam Sumatera lebih menyerupai ayam liar
dibandingkan dengan jenis ayam lainnya. Ayam ini termasuk varietas yang sudah
sangat tua dan menjadi induk bagi beberapa varietas ayam lainnya. Namun
asal-usulnya masih belum begitu jelas sehingga cukup banyak menimbulkan
kontroversi di kalangan para ahli.
Ayam Sumatera ini diyakini
berasal dari Sumatera bagian tengah. Penampilan perawakannya tegap, gagah,
tetapi ukuran tubuhnya kecil. Jantan berkepala kecil, tetapi tengkoraknya
lebar. Pipinya penuh (padat), keningnya tebal, dan pial kecil. Paruh umumnya pendek dan kuku berwarna hitam,
dengan cuping kecil dan berwarna hitam. Salah satu ciri yang unik yang dapat
ditemukan pada seluruh Ayam Sumatera adalah tumbuhnya taji lebih dari satu pada
masing-masing pejantan.
Jenggernya
berbentuk pea dan berwarna merah. Kulit muka juga berwarna merah atau hitam,
ditumbuhi bulu halus yang jarang. Bobot ayam Sumatra jantan dewasa 2.25 Kg, sedangkan yang betina 1.8 Kg. Produksinya telur tergolong sedikit, yaitu 100 butir per
tahun dengan warna telur putih. Daging ayam Sumatera sedikit berbintik-bintik
hitam sehingga kurang diminati konsumen di Amerika. Ayam Sumatera diimpor ke
Amerika Serikat tahun 1847 sebagai ayam sabung. Namun saat ini lebih berfungsi
sebagai ayam hias.
Sebagai
ayam hias, ayam Sumatera cukup populer di Amerika Serikat dan negara-negara
Eropa seperti Inggris, Belanda dan Jerman. Namun, ayam ini kurang begitu
dikenal di Indonesia yang menjadi negeri leluhurnya. Ayam Sumatera termasuk salah satu galur ayam
yang telah memiliki standardisasi yang baik. Populasinya di Amerika cenderung
menurun akibat agak sulitnya proses pengembangbiakan ayam ini. Oleh karena itu,
pemerintah USA kini melarang ayam ini untuk di ekspor keluar dari negaranya.
12.
Ayam Tolaki
Ayam Tolaki berasal dari Sulawesi Tenggara.
Tubuh berukuran kecil hingga sedang dengan berat antara 1.5 kg hingga 3 kg.
Badan langsing, kekar berotot dengan bentuk punggung agak panjang. Sayap
menempel rapat di sisi badan. Kepala
kecil, bulat, berparuh pendek kuat dan melengkung pada ujungnya. Seringkali,
pada bagian muka ditumbuhi bulu-bulu kecil hingga seolah-olah ayam ini terlihat
seperti memiliki brewok atau cambang.
Jengger Ayam Tolaki berukuran kecil, bergerigi
dan berbentuk pea. Cuping telinga dan pial juga kecil dan menempel rapat pada
kepala. Leher panjang, tegak dan kokoh. Mata berukuran sedang dan tajam dengan ekspresi
berani. Bentuk kaki langsing, panjang dan kokoh dengan telapak kaki seimbang.
Gerakannya gesit dan cepat sehingga sulit ditangkap (Nataamijaya et al., 1995).
Bulu ekor Ayam Tolaki melengkung panjang. Warna
bulu pada ayam betina bervariasi mulai warna cokelat dengan kombinasi kuning,
hitam serta campuran dari beberapa warna. Warna paruh kuning gelap atau
kekuningan.
Ayam Tolaki berpotensi dikembangkan sebagai
unggas penghasil daging dan telur. Produksi telur rata-rata adalah 20 butir
setiap masa bertelur (Rahmat, 2003). Dari
postur tubuhnya, Ayam Tolaki juga cukup berpotensi dikembangkan sebagai ayam
petarung.
13.
Ayam Tukong
Ayam Tukong adalah sejenis ayam kampung yang
berkembang di daerah pedalaman Kalimantan Barat. Menurut Gufroni dan Ibrahim
(2007), ayam Tukong tidak memiliki tungging, pangkal ekor tulang ekor atau
“brutu” sehingga penampilannya lebih mirip burung puyuh.
Ayam Tukong memiliki bobot lebih ringan dibandingkan
ayam kampung, yaitu: 1.7-2.5 kg untuk jantan dan 1.2-1.7 kg
untuk betina. Di masa yang lalu, ayam Tukong berukuran sangat kecil, berkisar
antara 0.5 kg-1 kg.
Jumlah telur yang dihasilkan per periode
peneluran berkisar antara 6-12 telur. Berat telur 47 g, dengan warna putih
kecoklatan/kemerahan, persentase DOC jantan: 34,78%, betina :
65,22%, daya tetas 84,28 %, lama mengeram 21 hari, umur mulai bertelur
5-6 bulan, interval masa bertelur 3 bulan, periode bertelur 4 kali setahun.
Warna bulu ayam Tukong bervariasi seperti pada
ayam kampung, mulai dari hitam kehijauan, hitam kemerahan, hitam kebiruan,
coklat bahkan putih. Keunggulan ayam Tukong
dibandingkan dengan ayam kampung adalah sifat yang lebih jinak, mudah dipelihara,
tahan terhadap penyakit, komposisi karkas yang lebih baik dan memiliki citarasa
yang lebih gurih. Ayam Tukong tersebar di kabupaten Sambas, seperti daerah
Selakau, Pemangkat, Tebas dan Sambas, wilayah Kabupaten Bengkayang, Wilayah
Kota Singkawang, Wilayah Kabupaten Pontianak dan saat ini yang masih eksis
terdapat di Kabupaten Landak Kecamatan Mempawah Hulu. Ayam
Tukong juga tersebar di Kabupaten Sanggau, Sintang hingga Kapuas Hulu.
Menurut kepercayaan orang-orang tua dan
Pemangku adat (Temenggung) Desa Karangan, Kecamatan Mempawah Hulu, Kabupaten
Landak, ayam Tukong diyakini berasal dari persilangan ayam Tabulangking dengan
ayam kampung. Ayam Tabulangking adalah ayam hutan liar yang hidup di
hutan-hutan Kalimantan Barat.
14. Ayam Walik
|
|
Ayam Walik adalah ayam lokal biasa yang
memiliki gen unik sehingga bulu-bulu tubuhnya tumbuh terbalik (frizzle) atau
tersingkap. Penampilan ayam ini cukup menarik dan dapat dikembangkan lebih
lanjut sebagai ayam hias atau dijadikan induk untuk menciptakan untuk
menciptakan varietas baru. Ayam
Walik ini tersebar di seluruh Indonesia dan dapat
dijumpai pada hampir semua ras ayam. Berdasarkan tampilan bulunya, Ayam Walik
dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
- Walik Sekul: seluruh bulu tumbuh terbalik.
- Walik Sura: bulu warna hitam, keriting
sedikit.
- Walik Tulak: seluruh bulu keriting di ujung sayap dan
ekor ada warna putih. Anak ayam ini peka terhadap dingin.
15. Ayam Wareng
Asal-usul
ayam Wareng Tangerang dimulai saat seorang peternak di desa Pasir Gadung,
Kecamatan Cikupa, memperoleh 36 butir telur ayam Rusia di awal tahun 80-an.
Bentuk
badan kecil, berproduksi telur tinggi, memiliki jengger dengan bulu mahkota,
tetapi tidak memiliki sifat mengeram dan berpenampilan liar, bobot tubuh, warna bulu dan ukuran tubuh ayam
Wareng Tangerang mirip dengan ayam Wareng Indramayu, hanya saja ayam Wareng
Tangerang mempunyai ciri khas jambul di atas kepala betina dan memiliki warna
bulu dan kulit yang dominan putih (Susanti et al., 2006).
Ayam
lokal ini tersebar di daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Suara kokoknya cukup
nyaring, gerakan
Ayam Wareng sangat lincah sehingga agak sulit ditangkap. Ukuran kepala dan leher pejantan kecil. Kakinya
ramping dan panjang. Terdapat tiga warna bulu pada ayam ini yakni hitam, blorok
(belang-belang putih dan hitam), dan putih. Berat tubuh ayam pejantan dewasa
rata-rata 1.5 kg dan
ayam betina sekitar 1 kg. Umur
kawin empat bulan. Produksi telurnya berkisar 15 butir per periode
bertelur. Apabila dipelihara secara intensif produksi telurnya dapat mencapai
24-28 butir per periode bertelur, dikarenakan induk betina tidak memiliki sifat
mengeram. Turunan ayam ini dapat direkomendasikan untuk jenis produksi telur
seperti ayam Kedu.
16. Ayam Ayunai
Ayam Ayunai adalah unggas lokal berukuran
sedang dari Merauke, Papua. Keunikan ayam ini terletak pada absennya bulu dari
kepala hingga bagian atas tembolok sehingga leher tampak polos alias gundul. Berat tubuh ayam jantan dewasa berkisar 3.4-4 kg dan
ayam betina berkisar 1.5-2 kg. Produksi telur 10-14 butir per periode peneluran. Dalam satu tahun
produksi telur sebanyak 40-60 butir.
Bobot telur 60-75g.
Prosentase karkas 75-80%. Umur siap kawin 8 bulan (jantan) dan 7 bulan
(betina). Umur mulai fase produksi 6 bulan, lama produksi bertelur 30 bulan.
Jarak antara masa bertelur 10-14 hari.
Masa rontok bulu antar masa bertelur 6 minggu. Dilihat dari produksi telur dan bobotnya, Ayam
Ayunai sangat cocok dibudidayakan sebagai ayam petelur dan pedaging (Diwyanto
dan Prijono, 2007).
17. Ayam Balenggek
Ayam Kukuak Balenggek adalah ayam lokal asli
ranah minang Sumatera Barat. Ciri khas terletak pada pejantannya yang memiliki
suara kokok (kukuak) sangat merdu dan bertingkat-tingkat (balenggek). Suara
kokoknya bervariasi dari 6 tingkat hingga 24 tingkat. Sepintas, ayam kukuak balenggek hampir
sama dengan ayam kampung biasa, namun rata-rata ukurannya tergolong kecil
hingga sedang dengan warna bulu bervariasi. Jengger umumnya tunggal dan
berbentuk bilah/gerigi (single comb). Ayam ini tersebar di beberapa desa di Kecamatan
Payung Sekaki dan Tigo Lurah (antara lain; Simanau, Simiso Batu Bajanjang, Garabak
Data, Rangkiang, Muaro dan Rangkiang Luluih) Kabupaten Solok.
Populasi dan kualitas indukan ayam balenggek di
tempat asalnya kini terus menurun akibat maraknya pembelian ayam-ayam jantan
oleh orang dari luar daerah. Pejantan yang berkualitas ini umumnya dibeli
dengan harga sangat tinggi. Oleh
penduduk setempat, ayam yang kualitasnya rendah dijadikan ayam konsumsi.
Sedangkan serangan ND (Newcastle Disease) juga menyebabkan semakin menurunnya
populasi ayam Kukuak Balenggek ini.
Dalam satu periode peneluran, ayam Kukuak
Balenggek mampu menghasilkan telur antara 12-14 butir. Pada usia 6 bulan bobot
dapat mencapai 1.6 hingga
2.2 kg. Ayam
Kukuak Balenggek cukup prospektif untuk dijadikan sebagai ayam petelur dan
pedaging, namun potensi yang sangat besar sebagai ayam hias tak perlu diragukan
lagi.
18. Ayam Bali
Sesuai dengan namanya, ayam ini tersebar di
Pulau Bali. Pejantan dipelihara sebagai ayam petarung. Penampilan fisiknya
tergolong prima, yakni besar, padat dan jika berdiri tegak membentuk sudut 60O,
sayangnya bagian lehernya agak pendek dan kepalanya sedikit kecil.
Ciri unik lainnya adalah sangat sedikitnya bulu
yang tumbuh di bagian leher (trondol). Sepintas penampilan ayam gundul ini
mirip ayam Ayunai atau ayam Saigon. Dibandingkan Ayunai, Ayam Saigon memiliki
struktur tulang yang lebih tebal. Ukuran tubuhnya pun juga lebih besar. Jengger ayam Ayunai kecil dan warnanya merah
pucat. Ayam jantan dewasa berukuran sedang dengan bobot sekitar 2.5 kg. Jumlah telur rata-rata pada setiap
periode bertelur dapat mencapai 14 butir.
19. Ayam Bangkalan
Ayam Bangkalan termasuk galur ayam berukuran
sedang dari Pulau Madura.
Berat badan diperkirakan berkisar antara 1.6 – 2.3 kg dengan produksi telur cukup tinggi. Ayam ini berpotensi sebagai penghasil telur dan
daging (dwiguna). Informasi tentang performans dan karakteristik ayam ini masih
terbatas dan belum banyak di ketahui.
20. Ayam Banten
Ayam berperawakan tegap ini umumnya tersebar di
daerah Banten. Ayam jantan berdiri tegak dengan bentuk leher dan badan yang
cukup panjang, memberi kesan bahwa ayam ini berpostur tinggi seperti ayam
Bangkok. Ekor berukuran sedang. Kaki panjang dan memiliki pertulangan yang
kuat. Bobot
ayam jantan dewasa sekitar 2-3 kg dan ayam betina sekitar 1.2-2 kg.
Produksi
telur sekitar 16 butir/periode
bertelur. Meskipun bobot dan produksi telur cukup baik, ayam Banten lebih
potensial untuk dikembangkan sebagai ayam petarung.
21.
Ayam
Bekisar
Ayam Bekisar adalah satu-satunya ayam lokal di
dunia yang berasal dari persilangan 2 spesies ayam yang berbeda, yaitu: Ayam
Kampung (Gallus gallus domesticus) betina dan Ayam hutan hijau (Gallus
varius) jantan. Ayam
Bekisar sangat populer sebagai ayam hias di Jawa Timur termasuk Pulau Madura. Karakter suara kokoknya yang unik, warna dan bentuk
tubuh ayam Bekisar juga menarik.
Berdasarkan ciri-cirinya, ayam Bekisar dapat
dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu:
1. Gallus aenus dengan
jengger bergerigi 8 kecil pial berukuran
sedang, warna bulu pada
lapisan atas ungu dengan plisir kuning emas.
2. Gallus temminckii memiliki jengger bergerigi enam, pial berwarna
jambu, bulu merah mengkilap dan berplisir merah kecoklatan.
3. Gallus violaceus dengan jengger bergerigi bagus, ukuran pial sedang,
warna bulunya ungu dengan permukaan yang halus.
|
|
Ayam bekisar memiliki ukuran lebih kecil
dibandingkan ukuran ayam kampung jantan, tetapi lebih besar daripada induk
jantannya. Warna bulunya hitam kehijauan dan mengkilap. Memiliki suara yang
halus dan khas: tersusun dari dua nada. Ciri fisik khusus dari ayam bekisar yang paling
menonjol adalah bentuk ujung bulu lehernya yang membulat, bentuk gelambir
yang besar dan pial yang besar dengan tepi membulat.
Ayam bekisar ini
biasanya mandul (infertile) karena merupakan hasil persilangan antara dua jenis
ayam yang berbeda. Namun demikian, tidak semuanya demikian.
Ada pula ayam bekisar (jantan atau betina) yang
bila dikawinkan dengan ayam kampung menghasilkan keturunan. Turunan ayam ini
disebut Bekikuk. Bentuk dan posturnya tubuhnya sama
dengan ayam Bekisar, hanya kadang-kadang pial dan bulu lehernya berbeda.
22. Ayam Brugo atau Burgo.
Ayam Brugo atau Burgo adalah varietas ayam
hasil persilangan antara ayam hutan merah jantan dengan ayam kampung
betina. Ayam ini populer di Jawa Barat, Lampung dan Sumatera Selatan. Ayam Brugo memiliki sosok yang mirip dengan
ayam hutan. Namun, postur tubuhnya lebih gempal. Suaranya lebih nyaring dan
frekuensi kokoknya juga lebih sering. Ayam Brugo juga lebih tahan terhadap
penyakit, tidak mudah stress dan lebih jinak.
Produksi telur dan bobot tubuh ayam Burgo tidak
jauh berbeda dibandingkan dengan ayam kampung biasa. Ayam Brugo lebih
berpotensi untuk dikembangkan sebagai ayam hias, karena nilai jualnya lebih tinggi.
2 komentar:
sabung ayam filipina Live Streaming Terpercaya !
Dapatkan Bonus Deposit New Member 10%
Free Download Aplikasi Di IOS / Android
Yuk Gabung Bersama Bolavita Di Website www.bolavita88.com
Untuk Info, Bisa Hubungi Customer Service Kami ( SIAP MELAYANI 24 JAM ) :
WA: +628122222995
Hobi Judi Online ? *Nikmati Promo Bonus Spesial Di Agen Bolavita Sekarang Juga !
Menangkan Event Tournament Judi Online Casino Berhadiah Total Rp 149.000.000,-
Dan Nikmati Bonus 100% Khusus Judi Casino Online & Sabung Ayam Online (Sexy Baccarat & S128 & SV388)
Bolavita Adalah Agen Sabung Ayam Online Pertama Di Indonesia Yang Menyeidkan permainan Judi Sabung Ayam Secara Online Yang Tayang Live Langsung dari Arena Sabung Ayam Di Beberapa Negara Asia.
Tersedia Judi Sabung Ayam Filipina, Sabung Ayam Laos, Sabung Ayam Peru, Sabung Ayam Dominika, Sabung Ayam Thailand.
Tersedia Pendaftaran Via :
» GOPAY | OVO | LINKAJA | DANA | SAKUKU | PULSA | SEMUA JENIS REKENING BANK DI INDONESIA.
PENDAFTARAN TERSEDIA 24 JAM :
DAFTAR DARI SITUS : http://bit.ly/daftarlinkaja
DAFTAR DARI LIVECHAT : https://bit.ly/2VD8fER
DAFTAR DARI WHATSAPP : https://bit.ly/31SZvwy
Posting Komentar