Sabtu, 15 November 2014

jenis-jenis ayam lokal indonesia

1.    Ayam Gaok


Ayam Gaok adalah termasuk dalam jenis ayam lokal berukuran lebih besar dari ayam Madura dan Pulau Puteran, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.  Keistimewaan ayam Gaok terletak pada suara kokoknya yang mengalun panjang mirip ayam Pelung. Ayam Gaok jantan dewasa memiliki bobot badan mencapai 4 Kg, sedangkan betinanya 2-2.5 Kg. Ayam Gaok jantan memiliki tampilan tubuh yang besar, tegap dan gagah. Jengger dan gelambirnya besar dan berbentuk wilah (single comb). Kakinya berwarna kuning. Bulu didominasi oleh warna kuning kehijau-hijauan (wido), namun ada juga yang berwarna merah dan hitam. Ayam Gaok memiliki potensi dikembangkan sebagai ayam hias.

2.    Ayam Kalosi

Ayam Kalosi adalah strain ayam lokal yang dikembangkan sekitar tahun 1990-an oleh Pemerintah Sulawesi Selatan untuk meningkatkan kualitas genetik dan produktifitas ayam setempat. Ayam lokal ini dikembangkan meliputi 3 galur sekaligus, yaitu: Kalosi Lotong (hitam), Kalosi Pute (putih) dan Karame Pute (Wido-Putih). Pengembangan strain ayam lokal ini didukung oleh Gubernur Sulawesi Selatan, sehingga strain ini sering pula disebut dengan “Ayam Gubernur”.
Pembentukan strain ayam Kalosi ini tergolong rumit dan melibatkan beberapa indukan ayam lokal yang memiliki sifat-sifat khusus seperti ayam Kampung, Arab Silver, Bangkok, Kedu Hitam, Leghorn Putih dan lain-lain. Indukan ayam yang berbeda varietas ini kemudian dikawinkan satu dengan lainnya.
Tahap awal dilakukan dengan seleksi ayam lokal unggulan dari Sulawesi Selatan. Setelah itu, dilakukan kawin silang (Grading Up) dengan ayam ras putih (Leghorn), ayam Bangkok dan ayam Kedu Hitam. Proses kawin silang ini dilakukan sampai generasi ke-4 (F4) bahkan hingga generasi ke 6 (F6) untuk memperoleh galur baru yang stabil dan murni.
Proses kawin silang ayam lokal dengan ayam introduksi ternyata berhasil meningkatkan performans turunannya. Ayam kalosi lebih cepat bertelur (135-150 hari) dibanding ayam kampung (paling cepat 150 hari) dan masa bertelur juga cukup panjang. Pada umur 24-30 bulan ayam kalosi masih dapat menghasilkan telur sekitar 30% Hen Day. Pertumbuhan ayam kalosi lebih cepat dibandingkan ayam kampung, pada umur 3 bulan bobot ayam kalosi telah mencapai 900 g (karame pute), 850g untuk kalosi pute, dan 800g untuk kalosi lotong. Ketiganya cukup prospektif dikembangkan sebagai ayam potong terutama karame pute, selain sebagai ayam petelur.
Produksi telur rata- rata per tahun sekitar 170 butir untuk kalosi lotong, 180 butir untuk kalosi pute dan 160 butir untuk karame pute. Produksi telur tersebut masih lebih tinggi dibanding ayam kampung yang hanya mencapai 115 butir/tahun (yang digunakan sebagai pembanding).
Produksi telur ayam ras dapat mencapai 259 butir/tahun dan ayam kedu 215 butir/tahun, tetapi tidak digunakan sebagai pembanding. Ayam tersebut diperbaiki mutu genetiknya hanya untuk meningkatkan jumlah telur ayam kampung (lokal) tetapi performans telur tetap seperti telur ayam kampung.
Sebagai ayam petelur, ukuran telur, bentuk, warna kulit telur, dan warna serta ukuran kuning telur ayam kalosi cukup memenuhi selera konsumen lokal yang selama ini terbiasa mengkonsumsi telur ayam kampung.

3.    Ayam Kedu

Ayam Kedu adalah strain ayam lokal berukuran cukup besar yang berkembang di daerah Kedu, Temanggung, Jawa Tengah. Ayam ini memiliki banyak variasi warna bulu, yaitu: Cemani, Kedu hitam, Kedu Merah, Kedu Putih dan Kedu Blorok. Bobot ayam jantan dapat mencapai 3-3.5 kg. Sedangkan betina 1.2-2.5 kg. Jengger besar dan selalu berpial tunggal (single comb). Cemani merupakan satu-satunya varietas ayam di dunia yang memiliki warna hitam sempurna. Akibat ekspresi fenotip dari gen unik yang dimiliki menyebabkan ayam ini berwarna hitam legam nyaris di seluruh bagian tubuhnya. Oleh sebab itu, ayam Cemani memiliki harga pasaran yang tinggi dan berpotensi dibudidayakan sebagai ayam hias. Daging ayam Cemani yang berwarna hitam cenderung kurang diminati oleh konsumen sehingga ayam ini tidak cocok dijadikan ayam pedaging.
Selain Cemani juga terdapat varian Kedu hitam. Ayam ini memiliki jengger berwarna merah dan kaki berwarna hitam kekuningan. Varian lain seperti Kedu Putih, Kedu merah dan Blorok memiliki ciri fisik sama dengan Kedu hitam. Perbedaan hanya terdapat pada warna bulunya. Ayam Kedu sangat potensial dikembangkan sebagai ayam petelur dan pedaging (dwiguna). Jika dipelihara secara intensif, dalam umur 5 bulan ayam Kedu jantan dapat mencapai bobot 1.3-1.4 kg. Sedangkan ayam betina mencapai bobot 1.2-1.3 kg. Produksi telur pun cukup tinggi mencapai 215 butir/tahun. Hasil ini hanya sedikit di bawah rata-rata ayam ras petelur yang mencapai 259 butir/tahun



4.    Ayam Ketawa

Ayam Ketawa adalah strain ayam hias lokal yang tersebar di Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) Sulawesi Selatan. Ayam Ketawa bukan hanya sebagai unggas peliharaan semata, akan tetapi dipercaya pula memiliki indera khusus untuk mengetahui akan ada kejadian berupa banjir, kebakaran dan bencana alam di kerajaan tersebut. Selain sebagai unggas kesayangan raja, ayam ini juga sering diperlombakan oleh para bangsawan di kedua kerajaan tersebut.
Ciri-ciri ayam ketawa
·         Jengger ayam ini umumnya berpial tunggal (single comb)
·         Warna bulu yang sangat bervariasi.
·         Mengeluarkan suara kokok yang terpenggal-penggal mirip orang gagap atau orang tertawa.
Di daerah asalnya, ayam ini disebut Manuk Gaga’. Manuk berarti ayam dalam bahasa Bugis dan gaga’ berarti Gagap. Sebagian orang meyakini suara ayam ini mirip dengan suara ayam Kukuak Balenggek dari Sumatera Barat.
Pemberian nama ayam ketawa itu sendiri tercetus setelah komunitas pencinta unggas asal pulau Jawa menamainya dengan sebutan ayam ketawa. Ayam ini menjadi begitu populer setelah disiarkan oleh salah satu stasiun televisi swasta nasional.
Berdasarkan jenis suaranya, hobiis membagi ayam ketawa ke dalam 3 kategori:
  1. Jenis ayam Garetek: Dinamai seperti itu karena jenis ini memiliki interval suara yang agak cepat, yang masyarakat pencinta ayam memakai istilah jenis dangdut.
  2. Jenis ayam Gaga’: Dinamai seperti itu karena tempo suaranya yang agak lambat dan seperti orang yang gagap. Biasanya disebut pula dengan tempo pop slow.
  3. Jenis ayam Do’do: Dinamai seperti itu karena tempo suaranya yang sangat lambat dan mendayu-dayu.
Selain suara, warna bulu juga menjadi salah satu kriteria bagus tidaknya kualitas ayam ketawa. Beberapa kategori warna bulu yang menjadi standar bagi hobiis, yaitu:
  1. Bulu Bakka: warna dasar bulu berwarna putih mengkilap, biasanya ada beberapa warna lain yang tak dominan seperti hitam, merah maupun jingga. Warna bulu ini disebut sebagai bulu kelas satu karena banyaknya orang yang menggemari.
  2. Bulu Lappung: Warna dasar bulu berwarna hitam kombinasi dengan warna merah hati.
  3. Bulu Ceppaga: Warna dasar hitam kombinasi dengan warna putih.
  4. Bulu Koro: warna dasar hitam kombinasi hijau dan warna putih dan kuning mengkilap.
  5. Bulu Ara: warna dasar hitam kombinasi warna jingga terang dan merah.
  6. Bulu Ijo buata: warna dasar ijo kombinasi merah dan hitam sedikit.
  7. Bulu Bori: warna dasar merah dan warna bintik-bintik kuning mengkilap.
  8. Bulu Kelleng: warna dasar abu-abu, biasa di selingi dengan warna lain yang tak dominan seperi merah, hitam maupun jingga. Warna ini tergolong sebagai kelas yang paling rendah.


5.    Ayam Merawang

Ayam Merawang berasal dari Kecamatan Merawang di Pulau Bangka, Propinsi Bangka Belitung. Ayam ini didominasi warna cokelat, merah dan kuning keemasan, dengan bulu-bulu columbian (warna bagian ujung sayap dan ekor berwarna hitam). Warna kulit paruh dan ceker (shank) putih atau kekuningan, sedangkan warna mata kuning.
Ayam Merawang diduga pertama kali dibawa oleh imigran asal China daratan yang bekerja sebagai penambang timah pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Sepintas, bentuk ayam Merawang yang bertumbuh gempal ini mirip dengan ayam Lingnan dari China. Beberapa ciri ayam Merawang diantaranya adalah Jengger jantan berbentuk wilah tunggal (single comb) berukuran besar, tegak, terbagi menjadi 6-7 gerigi yang meruncing. Bobot badan dewasa jantan sekitar 1.8─2.7 kg dan betinanya sekitar 1.2─1.7 kg.

Ayam Merawang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai ayam petelur dan terutama sebagai ayam pedaging. Bila dipelihara secara intensif pertumbuhannya relatif cepat. Ayam Merawang betina bertelur pertama kali pada umur 5.5 bulan. Bobot telur berkisar antara 38-45g. produksi telur dapat mencapai 120-125 butir/ekor/tahun.

6.    Ayam Nunukan

Ayam Nunukan tersebar di daerah Tarakan, Propinsi Kalimantan Utara. Menurut sejarahnya ayam Nunukan berasal dari daratan Cina bagian selatan dan masuk ke Tarakan sekitar tahun 1922 yang dibawa oleh perantau Cina lewat Tawao dan Nunukan.
Sepintas, penampilan ayam Nunukan seperti ayam ras petelur berwarna coklat. Jantan dan betina memiliki bulu berwarna coklat atau kuning kecoklatan. Jengger untuk betina warna merah muda dan jantan merah tua, kulit betina warna krem muda dan jantan kuning, untuk warna shank baik betina maupun jantan berwarna kuning. Kuping ayam betina merah muda dihiasi warna putih sedangkan untuk jantan merah tua. Pada jantan bulu di daerah leher dihiasi warna jingga keemasan. Pola warna bulu polos, kerlip bulu keemasan dan corak bulu polos.
Ciri ayam Nunukan yang paling unik adalah lambatnya pertumbuhan bulu di bagian sayap dan ekor. Hal ini menyebabkan bulu sayap dan bulu ekor ayam Nunukan sangat pendek. Sebagian besar ayam Nunukan bahkan sama sekali tidak memiliki bulu pertama di bagian sayap dan ekor. Ayam Nunukan sangat potensial dikembangkan sebagai ayam pedaging dan petelur. Bobot jantan sekitar 1.7-2.8 kg. Sedangkan betina 1.5- 2 kg. Produksi telur dapat mencapai 182 butir/tahun.
Di daerah asalnya KalimantanTimur, harga seekor ayam Nunukan untuk upacara keagamaan etnis China cukup mahal, yaitu 125 ribu rupiah/kg berat hidup. Harga telur ayam Nunukan sama dengan harga telur ayam Kampung. Sumber: Wafiatiningsih, Imam Sulistyono dan Ratna Ayu Saptati (2007).

7.    Ayam Olagan

Ayam Olagan adalah ayam tanpa bulu yang berasal dari Pulau Dewata, Bali. Ayam ini berpotensi dimanfaatkan sebagai ayam penghasil telur dan daging (dwiguna). Ayam ini juga dapat dijadikan ayam koleksi dengan tujuan khusus karena keunikannya. Sebagian penduduk Bali mempercayai bahwa penganut ilmu hitam Leak tingkat tinggi, memiliki kemampuan untuk merubah bentuk menjadi berbagai jenis binatang. Salah satunya, ya, menjadi ayam Olagan ini.

8.    Ayam Pelung

Ayam Pelung adalah galur ayam lokal asli dengan ukuran tubuh paling besar di Indonesia. Ayam ini berasal dari desa Bumi Kasih, Jambu Dipa, Songgom dan Tegal Lega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Ayam Pelung dibudidayakan oleh masyarakat terutama untuk suara kokok pejantannya yang khas dengan suara besar, panjang dan berirama. Populasi ayam pelung pada tahun 1994 sekitar 5 – 6 ribu ekor dan di Jawa Barat diduga telah berkembang mencapai kurang lebih 30 ribu ekor pada tahun 2007 (Iskandar dan Susanti, 2007).
Ayam Pelung memiliki ukuran tubuh yang sangat besar dan tegap. Kaki panjang dan kuat berwarna hitam kebiru-biruan. Pahanya berdaging tebal. Dada berdaging tebal dan menonjol ke depan. Pejantan berjengger tunggal dengan ukuran pial sangat besar, tebal, tegak, bergerigi dan berwarna merah. Kepala dan leher juga berukuran sangat besar dibandingkan dengan proporsi tubuh. Warna bulu ayam Pelung juga bervariasi seperti ayam Kampung kebanyakan. Namun sebagian besar pejantan dan betina memiliki warna kombinasi merah dan hitam. Variasi warna lainnya adalah kombinasi kuning-hitam, putih-hitam dan kuning kehijauan-hitam.
Seekor ayam Pelung betina mulai bertelur pada umur 160-210 hari dan dapat menghasilkan telur hingga 70 butir/tahun. Bobot rata-rata pejantan Ayam Pelung sekitar 4-5 kg. Bahkan dimasa lalu dapat mencapai 6-7 kg. Sedangkan bobot rata-rata betina berkisar antara 3-4 kg. Pertumbuhan yang sangat pesat dan bobot yang tinggi menyebabkan ayam Pelung menjadi kandidat yang sangat baik untuk dikembangkan menjadi ayam pedaging.
Namun, harga jual ayam Pelung sebagai ayam hias atau ayam kontes jauh lebih tinggi, sehingga masyarakat lebih memilih untuk membudidayakan ayam ini demi suara kokok pejantannya yang indah.
Kelebihan sifat genetik ayam pelung yang bertubuh besar dan tumbuh cepat dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas ayam lokal lainnya. Hal ini disadari oleh masyarakat Sukabumi yang menyilangkan ayam pelung jantan dengan ayam kampung agar bobot ayam kampung setempat meningkat. Ayam hasil silangan Pelung dan ayam kampung memiliki daging yang lebih tebal pada bagian dada dan paha. Namun tekstur dan cita rasanya tidak berubah dan sama seperti daging ayam kampung pada umumnya sehingga cukup digemari konsumen. Oleh masyarakat Sukabumi, ayam silangan ini disebut ayam Nagrak.

9.    Ayam Randah Batu

Randah Batu adalah varian ayam kampung yang tersebar di Sumatera Barat, khususnya di Kabupaten Solok, Pesisir Selatan dan daerah lain yang terpencil. Ayam ini memiliki keunikan pada bentuk paha, jari dan kakinya yang sangat pendek sehingga tubuhnya terlihat rendah (cebol atau ceper). Namun postur tubuhnya tetap seperti ayam kampung biasa.
Sebagian ahli berpendapat, bahwa ayam ini merupakan varian dari ayam Kukuak Balenggek. Gerakannya tidak selincah ayam kampung pada umumnya, sehingga daerah jelajahnya menjadi terbatas. Ayam ini juga lebih rentan diserang predator seperti ular Sanca (Phyton) dan musang (Luwak) jika hidup di alam liar.
Secara umum, tampilan ayam Randah Batu mirip silangan ayam hutan merah Sumatera atau ayam brugo dengan beragam warna. Kokokannya lantang. Kadang ayam ini juga memiliki kokokan Balenggek. Asal-usul nama ayam Randah Batu memiliki beragam versi. Sebuah sumber menyatakan bahwa ayam ini memiliki kebiasaan unik, yaitu: suka bertengger di atas batu sehingga dinamakan Randah Batu. Dalam dialek minang kata “Randah” berarti Rendah.

10.          Ayam Sentul

Ayam Sentul adalah varietas ayam lokal yang dikembangkan masyarakat di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Tubuhnya agak tinggi dengan kaki yang ramping dan kokoh. Kepala ayam Sentul tergolong kecil dengan jengger bervariasi. Ekor agak panjang.
Bobot tubuh jantan berkisar antara 2-3 kg dengan tinggi tubuh 54 cm. Sedangkan bobot betina 1-2,5 kg dengan tinggi 46 cm. Ciri khas ayam Sentul terletak  pada warna dasar bulunya yang didominasi abu-abu. Bulu di bagian dada tersusun rapi seperti sisik naga. Kaki berwarna kelabu, putih dan kuning.
Berdasarkan corak bulunya, ayam Sentul dibagi menjadi 5 varietas, yaitu: Sentul Kelabu, Sentul Geni, Sentul Batu, Sentul debu dan Sentul emas. Sentul Kelabu didominasi warna abu-abu. Sentul Geni terdiri dari campuran warna abu-abu dan merah.
Sentul Batu memiliki warna bulu kombinasi abu-abu keputihan-putihan. Sentul debu berwarna abu-abu kecoklatan. Sedangkan Sentul Emas didominasi warna abu-abu keemasan. Performans ayam Sentul tergolong baik.
Produksi telur dapat mencapai 100 butir/ekor/tahun, lebih tinggi dari produksi telur ayam kampung yang mencapai 70 butir/ekor/tahun. Pertumbuhan juga cukup baik. Pada umur 10 minggu, bobot ayam dapat mencapai 1 kg, lebih tinggi 100-200 gram dari ayam kampung pada umur yang sama. Sumber: Cecep Hidayat dan S. Sopiyana (2010).

11.          Ayam Sumatera


Ayam Sumatera termasuk varietas ayam asal Indonesia dengan tampilan yang paling  indah. Tubuhnya gempal, pendek dan kekar dengan bulu lebat mengkilap yang menyelubungi seluruh tubuh. Bulu leher, tunggir dan ekor tumbuh memanjang dan berkilau kehijauan saat diterpa cahaya (glossy). Ayam Sumatera dikenal hanya memiliki 2 tipe warna bulu, yaitu: hitam dan biru keabu-abuan (jarang).
Sosok Ayam Sumatera lebih menyerupai ayam liar dibandingkan dengan jenis ayam lainnya. Ayam ini termasuk varietas yang sudah sangat tua dan menjadi induk bagi beberapa varietas ayam lainnya. Namun asal-usulnya masih belum begitu jelas sehingga cukup banyak menimbulkan kontroversi di kalangan para ahli.
Ayam Sumatera ini diyakini berasal dari Sumatera bagian tengah. Penampilan perawakannya tegap, gagah, tetapi ukuran tubuhnya kecil. Jantan berkepala kecil, tetapi tengkoraknya lebar. Pipinya penuh (padat), keningnya tebal, dan pial kecil. Paruh umumnya pendek dan kuku berwarna hitam, dengan cuping kecil dan berwarna hitam. Salah satu ciri yang unik yang dapat ditemukan pada seluruh Ayam Sumatera adalah tumbuhnya taji lebih dari satu pada masing-masing pejantan.
Jenggernya berbentuk pea dan berwarna merah. Kulit muka juga berwarna merah atau hitam, ditumbuhi bulu halus yang jarang. Bobot ayam Sumatra jantan dewasa 2.25 Kg, sedangkan yang betina 1.8 Kg. Produksinya telur tergolong sedikit, yaitu 100 butir per tahun dengan warna telur putih. Daging ayam Sumatera sedikit berbintik-bintik hitam sehingga kurang diminati konsumen di Amerika. Ayam Sumatera diimpor ke Amerika Serikat tahun 1847 sebagai ayam sabung. Namun saat ini lebih berfungsi sebagai ayam hias.
Sebagai ayam hias, ayam Sumatera cukup populer di Amerika Serikat dan negara-negara Eropa seperti Inggris, Belanda dan Jerman. Namun, ayam ini kurang begitu dikenal di Indonesia yang menjadi negeri leluhurnya. Ayam Sumatera termasuk salah satu galur ayam yang telah memiliki standardisasi yang baik. Populasinya di Amerika cenderung menurun akibat agak sulitnya proses pengembangbiakan ayam ini. Oleh karena itu, pemerintah USA kini melarang ayam ini untuk di ekspor keluar dari negaranya.

12.          Ayam Tolaki

Ayam Tolaki berasal dari Sulawesi Tenggara. Tubuh berukuran kecil hingga sedang dengan berat antara 1.5 kg hingga 3 kg. Badan langsing, kekar berotot dengan bentuk punggung agak panjang. Sayap menempel rapat di sisi badan. Kepala kecil, bulat, berparuh pendek kuat dan melengkung pada ujungnya. Seringkali, pada bagian muka ditumbuhi bulu-bulu kecil hingga seolah-olah ayam ini terlihat seperti memiliki brewok atau cambang.
Jengger Ayam Tolaki berukuran kecil, bergerigi dan berbentuk pea. Cuping telinga dan pial juga kecil dan menempel rapat pada kepala. Leher panjang, tegak dan kokoh. Mata berukuran sedang dan tajam dengan ekspresi berani. Bentuk kaki langsing, panjang dan kokoh dengan telapak kaki seimbang. Gerakannya gesit dan cepat sehingga sulit ditangkap (Nataamijaya et al., 1995).
Bulu ekor Ayam Tolaki melengkung panjang. Warna bulu pada ayam betina bervariasi mulai warna cokelat dengan kombinasi kuning, hitam serta campuran dari beberapa warna. Warna paruh kuning gelap atau kekuningan.
Ayam Tolaki berpotensi dikembangkan sebagai unggas penghasil daging dan telur. Produksi telur rata-rata adalah 20 butir setiap masa bertelur (Rahmat, 2003). Dari postur tubuhnya, Ayam Tolaki juga cukup berpotensi dikembangkan sebagai ayam petarung.

13.          Ayam Tukong

Ayam Tukong adalah sejenis ayam kampung yang berkembang di daerah pedalaman Kalimantan Barat. Menurut Gufroni dan Ibrahim (2007), ayam Tukong tidak memiliki tungging, pangkal ekor tulang ekor atau “brutu” sehingga penampilannya lebih mirip burung puyuh.
Ayam Tukong memiliki bobot lebih ringan dibandingkan ayam kampung, yaitu: 1.7-2.5 kg untuk jantan dan 1.2-1.7 kg untuk betina. Di masa yang lalu, ayam Tukong berukuran sangat kecil, berkisar antara 0.5 kg-1 kg.
Jumlah telur yang dihasilkan per periode peneluran berkisar antara 6-12 telur. Berat telur 47 g, dengan warna putih kecoklatan/kemerahan, persentase DOC jantan: 34,78%, betina : 65,22%, daya tetas 84,28 %,  lama mengeram 21 hari, umur mulai bertelur 5-6 bulan, interval masa bertelur 3 bulan, periode bertelur 4 kali setahun.
Warna bulu ayam Tukong bervariasi seperti pada ayam kampung, mulai dari hitam kehijauan, hitam kemerahan, hitam kebiruan, coklat bahkan putih. Keunggulan ayam Tukong dibandingkan dengan ayam kampung adalah sifat yang lebih jinak, mudah dipelihara, tahan terhadap penyakit, komposisi karkas yang lebih baik dan memiliki citarasa yang lebih gurih. Ayam Tukong tersebar di kabupaten Sambas, seperti daerah Selakau, Pemangkat, Tebas dan Sambas, wilayah Kabupaten Bengkayang, Wilayah Kota Singkawang, Wilayah Kabupaten Pontianak dan saat ini yang masih eksis terdapat di Kabupaten Landak Kecamatan Mempawah Hulu. Ayam Tukong juga tersebar di Kabupaten Sanggau, Sintang hingga Kapuas Hulu.
Menurut kepercayaan orang-orang tua dan Pemangku adat (Temenggung) Desa Karangan, Kecamatan Mempawah Hulu, Kabupaten Landak, ayam Tukong diyakini berasal dari persilangan ayam Tabulangking dengan ayam kampung. Ayam Tabulangking adalah ayam hutan liar yang hidup di hutan-hutan Kalimantan Barat.

14.    Ayam Walik



Ayam Walik adalah ayam lokal biasa yang memiliki gen unik sehingga bulu-bulu tubuhnya tumbuh terbalik (frizzle) atau tersingkap. Penampilan ayam ini cukup menarik dan dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai ayam hias atau dijadikan induk untuk menciptakan untuk menciptakan varietas baru. Ayam Walik ini tersebar di seluruh Indonesia dan dapat dijumpai pada hampir semua ras ayam. Berdasarkan tampilan bulunya, Ayam Walik dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
  •  Walik Sekul:  seluruh bulu tumbuh terbalik.
  •  Walik Sura:   bulu warna hitam, keriting sedikit.
  •  Walik Tulak: seluruh bulu keriting di ujung sayap dan ekor ada   warna putih. Anak ayam ini peka terhadap dingin.

15.    Ayam Wareng

Asal-usul ayam Wareng Tangerang dimulai saat seorang peternak di desa Pasir Gadung, Kecamatan Cikupa, memperoleh 36 butir telur ayam Rusia di awal tahun 80-an.
Bentuk badan kecil, berproduksi telur tinggi, memiliki jengger dengan bulu mahkota, tetapi tidak memiliki sifat mengeram dan berpenampilan liar, bobot tubuh, warna bulu dan ukuran tubuh ayam Wareng Tangerang mirip dengan ayam Wareng Indramayu, hanya saja ayam Wareng Tangerang mempunyai ciri khas jambul di atas kepala betina dan memiliki warna bulu dan kulit yang dominan putih (Susanti et al., 2006).
Ayam lokal ini tersebar di daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Suara kokoknya cukup nyaring, gerakan Ayam Wareng sangat lincah sehingga agak sulit ditangkap. Ukuran kepala dan leher pejantan kecil. Kakinya ramping dan panjang. Terdapat tiga warna bulu pada ayam ini yakni hitam, blorok (belang-belang putih dan hitam), dan putih. Berat tubuh ayam pejantan dewasa rata-rata 1.5 kg dan ayam betina sekitar 1 kg. Umur kawin empat bulan. Produksi telurnya berkisar 15 butir per periode bertelur. Apabila dipelihara secara intensif produksi telurnya dapat mencapai 24-28 butir per periode bertelur, dikarenakan induk betina tidak memiliki sifat mengeram. Turunan ayam ini dapat direkomendasikan untuk jenis produksi telur seperti ayam Kedu.

16.    Ayam Ayunai

Ayam Ayunai adalah unggas lokal berukuran sedang dari Merauke, Papua. Keunikan ayam ini terletak pada absennya bulu dari kepala hingga bagian atas tembolok sehingga leher tampak polos alias gundul. Berat tubuh ayam jantan dewasa berkisar 3.4-4 kg dan ayam betina berkisar 1.5-2 kg. Produksi telur 10-14 butir per periode peneluran. Dalam satu tahun produksi telur sebanyak 40-60 butir. Bobot telur 60-75g. Prosentase karkas 75-80%. Umur siap kawin 8 bulan (jantan) dan 7 bulan (betina). Umur mulai fase produksi 6 bulan, lama produksi bertelur 30 bulan. Jarak antara masa bertelur 10-14 hari. Masa rontok bulu antar masa bertelur 6 minggu. Dilihat dari produksi telur dan bobotnya, Ayam Ayunai sangat cocok dibudidayakan sebagai ayam petelur dan pedaging (Diwyanto dan Prijono, 2007).

17.    Ayam Balenggek

Ayam Kukuak Balenggek adalah ayam lokal asli ranah minang Sumatera Barat. Ciri khas terletak pada pejantannya yang memiliki suara kokok (kukuak) sangat merdu dan bertingkat-tingkat (balenggek). Suara kokoknya bervariasi dari 6 tingkat hingga 24 tingkat. Sepintas, ayam kukuak balenggek hampir sama dengan ayam kampung biasa, namun rata-rata ukurannya tergolong kecil hingga sedang dengan warna bulu bervariasi. Jengger umumnya tunggal dan berbentuk bilah/gerigi (single comb). Ayam ini tersebar di beberapa desa di Kecamatan Payung Sekaki dan Tigo Lurah (antara lain; Simanau, Simiso Batu Bajanjang, Garabak Data, Rangkiang, Muaro dan Rangkiang Luluih) Kabupaten Solok.
Populasi dan kualitas indukan ayam balenggek di tempat asalnya kini terus menurun akibat maraknya pembelian ayam-ayam jantan oleh orang dari luar daerah. Pejantan yang berkualitas ini umumnya dibeli dengan harga sangat tinggi. Oleh penduduk setempat, ayam yang kualitasnya rendah dijadikan ayam konsumsi. Sedangkan serangan ND (Newcastle Disease) juga menyebabkan semakin menurunnya populasi ayam Kukuak Balenggek ini.
Dalam satu periode peneluran, ayam Kukuak Balenggek mampu menghasilkan telur antara 12-14 butir. Pada usia 6 bulan bobot dapat mencapai 1.6 hingga 2.2 kg. Ayam Kukuak Balenggek cukup prospektif untuk dijadikan sebagai ayam petelur dan pedaging, namun potensi yang sangat besar sebagai ayam hias tak perlu diragukan lagi.

18.    Ayam Bali

Sesuai dengan namanya, ayam ini tersebar di Pulau Bali. Pejantan dipelihara sebagai ayam petarung. Penampilan fisiknya tergolong prima, yakni besar, padat dan jika berdiri tegak membentuk sudut 60O, sayangnya bagian lehernya agak pendek dan kepalanya sedikit kecil.
Ciri unik lainnya adalah sangat sedikitnya bulu yang tumbuh di bagian leher (trondol). Sepintas penampilan ayam gundul ini mirip ayam Ayunai atau ayam Saigon. Dibandingkan Ayunai, Ayam Saigon memiliki struktur tulang yang lebih tebal. Ukuran tubuhnya pun juga lebih besar. Jengger ayam Ayunai kecil dan warnanya merah pucat. Ayam jantan dewasa berukuran sedang dengan bobot sekitar 2.5 kg. Jumlah telur rata-rata pada setiap periode bertelur dapat mencapai 14 butir.

19.    Ayam Bangkalan

Ayam Bangkalan termasuk galur ayam berukuran sedang dari Pulau Madura. Berat badan diperkirakan berkisar antara 1.6 – 2.3 kg dengan produksi telur cukup tinggi. Ayam ini berpotensi sebagai penghasil telur dan daging (dwiguna). Informasi tentang performans dan karakteristik ayam ini masih terbatas dan belum banyak di ketahui.

20.    Ayam Banten

Ayam berperawakan tegap ini umumnya tersebar di daerah Banten. Ayam jantan berdiri tegak dengan bentuk leher dan badan yang cukup panjang, memberi kesan bahwa ayam ini berpostur tinggi seperti ayam Bangkok. Ekor berukuran sedang. Kaki panjang dan memiliki pertulangan yang kuat. Bobot ayam jantan dewasa sekitar 2-3 kg dan ayam betina sekitar 1.2-2 kg.
 Produksi telur sekitar 16 butir/periode bertelur. Meskipun bobot dan produksi telur cukup baik, ayam Banten lebih potensial untuk dikembangkan sebagai ayam petarung.

21.    Ayam Bekisar

Ayam Bekisar adalah satu-satunya ayam lokal di dunia yang berasal dari persilangan 2 spesies ayam yang berbeda, yaitu: Ayam Kampung (Gallus gallus domesticus) betina dan Ayam hutan hijau (Gallus varius) jantan. Ayam Bekisar sangat populer sebagai ayam hias di Jawa Timur termasuk Pulau Madura. Karakter suara kokoknya yang unik, warna dan bentuk tubuh ayam Bekisar juga menarik.
Berdasarkan ciri-cirinya, ayam Bekisar dapat dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu:
1.    Gallus aenus dengan jengger bergerigi 8 kecil pial berukuran sedang, warna bulu pada lapisan atas ungu dengan plisir kuning emas.
2.    Gallus temminckii memiliki jengger bergerigi enam, pial berwarna jambu, bulu merah mengkilap dan berplisir merah kecoklatan.
3.    Gallus violaceus dengan jengger bergerigi bagus, ukuran pial sedang, warna bulunya ungu dengan permukaan yang halus.


Ayam bekisar memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan ukuran ayam kampung jantan, tetapi lebih besar daripada induk jantannya. Warna bulunya hitam kehijauan dan mengkilap. Memiliki suara yang halus dan khas: tersusun dari dua nada. Ciri fisik khusus dari ayam bekisar yang paling menonjol adalah bentuk ujung bulu lehernya yang membulat, bentuk gelambir yang besar dan pial yang besar dengan tepi membulat.
Ayam bekisar ini biasanya mandul (infertile) karena merupakan hasil persilangan antara dua jenis ayam yang berbeda. Namun demikian, tidak semuanya demikian.
Ada pula ayam bekisar (jantan atau betina) yang bila dikawinkan dengan ayam kampung menghasilkan keturunan. Turunan ayam ini disebut Bekikuk. Bentuk dan posturnya tubuhnya sama dengan ayam Bekisar, hanya kadang-kadang pial dan bulu lehernya berbeda.

22.    Ayam Brugo atau Burgo.

Ayam Brugo atau Burgo adalah varietas ayam hasil persilangan antara ayam hutan merah jantan dengan ayam kampung betina.  Ayam ini populer di Jawa Barat, Lampung dan Sumatera Selatan. Ayam Brugo memiliki sosok yang mirip dengan ayam hutan. Namun, postur tubuhnya lebih gempal. Suaranya lebih nyaring dan frekuensi kokoknya juga lebih sering. Ayam Brugo juga lebih tahan terhadap penyakit, tidak mudah stress dan lebih jinak.
Produksi telur dan bobot tubuh ayam Burgo tidak jauh berbeda dibandingkan dengan ayam kampung biasa. Ayam Brugo lebih berpotensi untuk dikembangkan sebagai ayam hias, karena nilai jualnya lebih tinggi.




2 komentar:

Fennycia Lim mengatakan...

sabung ayam filipina Live Streaming Terpercaya !
Dapatkan Bonus Deposit New Member 10%
Free Download Aplikasi Di IOS / Android
Yuk Gabung Bersama Bolavita Di Website www.bolavita88.com
Untuk Info, Bisa Hubungi Customer Service Kami ( SIAP MELAYANI 24 JAM ) :
WA: +628122222995

FANNY LIM mengatakan...

Hobi Judi Online ? *Nikmati Promo Bonus Spesial Di Agen Bolavita Sekarang Juga !

Menangkan Event Tournament Judi Online Casino Berhadiah Total Rp 149.000.000,-

Dan Nikmati Bonus 100% Khusus Judi Casino Online & Sabung Ayam Online (Sexy Baccarat & S128 & SV388)

Bolavita Adalah Agen Sabung Ayam Online Pertama Di Indonesia Yang Menyeidkan permainan Judi Sabung Ayam Secara Online Yang Tayang Live Langsung dari Arena Sabung Ayam Di Beberapa Negara Asia.

Tersedia Judi Sabung Ayam Filipina, Sabung Ayam Laos, Sabung Ayam Peru, Sabung Ayam Dominika, Sabung Ayam Thailand.

Tersedia Pendaftaran Via :
» GOPAY | OVO | LINKAJA | DANA | SAKUKU | PULSA | SEMUA JENIS REKENING BANK DI INDONESIA.

PENDAFTARAN TERSEDIA 24 JAM :
DAFTAR DARI SITUS : http://bit.ly/daftarlinkaja
DAFTAR DARI LIVECHAT : https://bit.ly/2VD8fER
DAFTAR DARI WHATSAPP : https://bit.ly/31SZvwy