Sabtu, 15 November 2014

Teknologi Budidaya Jagung

Untuk memenuhi kebutuhan jagung nasional diperlukan upaya peningkatan produksi melalui peningkatan produktivitas lahan dan tanaman serta perluasan areal tanam. Dewasa ini diperkirakan areal pertanaman jagung pada lahan sawah irigasi dan lahan kering meningkat masing-masing 10 – 15% dan 20 – 30% terutama pada daerah produksi jagung komersial.
Penelitian oleh berbagai institusi pemerintah maupun swasta telah menghasilkan teknologi budi daya jagung dengan produktivitas 4,5-10,0 t/ha, bergantung pada potensi lahan dan teknologi produksi yang diterapkan (Subandi et al. 2006). Produktivitas jagung nasional baru mencapai 3,4 t/ha (Hafsah 2004, Departemen Pertanian 2004). Salah satu faktor yang menyebabkan besarnya kesenjangan hasil jagung antara di tingkat penelitian dengan di tingkat petani adalah lambannya proses penyebaran dan adopsi teknologi. Berbagai masalah dan tantangan perlu diatasi dalam penyebaran teknologi. Teknologi yang disebarkan untuk para petani harus memenuhi sejumlah persyaratan. Selain itu, kebijakan pemerintah dalam hal penyebaran teknologi diperlukan untuk mendukung pengembangan agribisnis jagung.
Potensi pengembangan jagung terutama di lahan kering dinilai masih terbuka karena hasil rata-rata masih rendah yaitu 1.2 ton/ha. Padahal potensi hasil yang bisa dicapai adalah sebesar 4,5 ton/ha untuk varietas bersari bebas dan 5-7.6 ton/ha untuk jagung hibrida. Ini terjadi karena dalam teknologi budi daya, waktu tanam dan pola tanam merupakan salah satu masalah yang dihadapi dalam upaya peningkatan produktivitas jagung adalah penanaman yang sering tertunda. Pada lahan kering dengan iklim kering dengan curah hujan terbatas dan eratik, penanaman jagung harus tepat waktu agar tanaman tidak mengalami kekeringan. Pada lahan sawah tadah hujan pada musim kemarau, jagung sebaiknya ditanam segera setelah panen padi pada saat kondisi tanah masih lembab, dan sumur akan dibuat untuk menjamin ketersedian air bagi tanaman. Pada lahan sawah irigasi dengan air terbatas, pembuatan sumur pompa merupakan salah satu alternative yang dapat dilakukan.
 Hal ini dapat ditempuh melalui penyempurnaan atau perbaikan teknologi produksi seperti penggunaan pengolahan tanah sempurna, varietas unggul, pemupukan, pengendalian hama penyakit terpadu serta penanganan panen dan pasca panennya.

1.      Penyiapan Lahan

Di daerah dengan curah hujan yang terbatas, penanaman jagung tidak boleh ditunda. Karena penundaan waktu tanam menyebabkan tanaman mengalami kekeringan atau bahkan gagal panen. Masalah yang dihadapi dalam penyiapan lahan adalah tanah yang keras pada saat kering, atau lengket pada saat basah. Dalam kondisi demikian, teknik tanpa olah tanah (TOT) dapat diterapkan. Cara penyiapan lahan sangat bergantung pada fisik tanah seperti tekstur tanah. Tanah dengan tekstur berat perlu pengolahan yang intensif. Sebaliknya, tanah dengan tekstur ringan sampai sedang dapat disiapkan dengan teknik olah tanah konservasi seperti olah tanah minimum (OTM) atau TOT. Keuntungan penyiapan lahan dengan teknik olah tanah konservasi adalah dapat memajukan waktu tanam, menghemat tenaga kerja, mengurangi pemakaian bahan bakar untuk mengolah tanah dengan traktor, mengurangi erosi, dan meningkatkan kandungan air tanah (FAO 2000). Budi daya jagung dengan teknik penyiapan lahan konservasi dapat berhasil baik pada tanah dengan tekstur ringan sampai sedang dan ditunjang oleh drainase yang baik .
Pada tanah dengan tekstur ringan, sedang, dan berat, penyiapan lahan dengan sistem TOT dan gulma disemprot dengan herbisida berbahan aktif glifosat sebanyak 3 l/ha, hasil jagung tidak berbeda antar tekstur tanah. Di beberapa tempat, hasil jagung dengan teknologi TOT lebih baik dibanding teknik olah tanah sempurna (OTS) maupun OTM. Keunggulan teknik TOT di sini adalah mengurangi biaya untuk pengolahan tanah dan pengairan. Hasil yang lebih tinggi dari teknik TOT diperoleh pada kondisi lingkungan tumbuh tanaman yang lebih baik, terutama dari aspek kecukupan lengas tanah. Penanaman jagung dengan teknik TOT lebih awal satu bulan dibanding OTS, sehingga sisa air setelah padi dapat dimanfaatkan oleh tanaman jagung. Mundurnya waktu penanaman pada teknik OTS karena menunggu turunnya lengas tanah untuk dapat diolah.
Persiapan lahan untuk tanaman jagung meliputi pengolahan tanah dan pembuatan saluran drainase. Pengolahan tanah dapat dilakukan 2 (dua) kali, pertama kegiatan pembongkahan tanah dan kedua meratakan, menghaluskan serta membersihkan gulma dan sisa tanaman. Kemudian dibuat saluran di sekeliling lokasi pertanaman. Pada tanah berpasir, pengolahan tanah dapat dilakukan secara minimum sedangkan pada tanah berlempung berat maka pengolahan tanah dilakukan secara sempurna. Untuk tanah yang mempunyai struktur yang gembur, pengolahan tanah tidak perlu dilakukan secara sempurna, cukup diolah sepanjang barisan tanaman sedalam lapisan olah, yaitu sekitar 2-4 cm.

2.      Pemilihan Varietas

Di antara komponen teknologi produksi, varietas unggul memegang peran penting dalam peningkatan produksi jagung. Perannya sangat menonjol dalam potensi hasil/satuan luas, komponen pengendalian hama/penyakit (toleran), kesesuaian terhadap lingkungan, dan preferensi konsumen. Kini telah banyak benih varietas unggul jagung yang dipasarkan. Dari segi jenisnya, dikenal dua jenis jagung yakni hibrida dan komposit (sari bebas). Dibanding jenis komposit, jagung hibrida umumnya mempunyai kelebihan yaitu potensi hasilnya yang lebih tinggi dan pertumbuhan tanaman lebih seragam. Varietas unggul jagung yang akan diusahakan sebaiknya mempunyai kriteria sebagai berikut:
·          Hasil per satuan luas relatif tinggi
·          Tanggap terhadap pemupukan
·          Berumur pendek
·          Beradaptasi baik padaa berbagai kondisi llingkungan
·          Mempunyai batang yang kokoh dan tahan rebah
·          Tahan terhadap hama penting
·          Biji keras dengan warna biji merata
·          Kandungan protein  biji cukup tinggi

3.      Persiapan Benih

Mutu benih sangat menentukan produktivitas jagung yang akan dihasilkan, selain itu penggunaan benih bermutu juga menentukan jumlah benih yang akan dipakai per satuan luas.
Ciri-ciri benih yang baik adalah:
·          Bebas hama dan penyakit
·          Daya tumbuh di atas 80%
·          Biji sehat, berisi dan tidak keriput serta tidak mengkilat
·          Tidak bercampur dengan varietas lain
·          Penampilan tanaman seragam
·          Kebutuhan benih jagung di lahan kering ±25 kg/ha dengan jarak tanam 70x30 cm.

4.      Penanaman

Cara penanaman tanaman jagung harus memperhatikan kondisi kelembaban tanah. Pada saat tanam tanah harus cukup lembab tapi tidak terlalu basah. Untuk lahan kering penanaman dapat dilakukan dua kalli dalam setahun yaiut pada Bulan Oktober atau November dan pada Bulan Maret atau April. Cara penanaman diusahakan dengan jarak yang teratur, baik dengan ditugal maupun mengikuti alur bajak. dengan kedalaman 3-5 cm.
Dalam 1ha populasi tanaman optimal berkisar antara 62.500 - 100.000 tanaman, dengan jarak tanam 75 cm x 40 cm, 2 tanaman/lubang atau 75 cm x 20cm, 1 tanaman/lubang. Untuk varietas lokal pada musim penghujan jarak tanam 75cm x 30 cm, 2 tanaman/lubang. Untuk jagung hibrida, jarak tanam 75 cm x 20 cm, 1 tanaman/lubang dapat memberikan pertumbuhan dan hasil produksi yang lebih baik. Penanaman dapat juga dilakukan dengan sistem dua baris (double row), yaitu jarak tanam (100 cm x 50 cm) x 20 cm dengan 1 tanaman/lubang. Setelah 15 hari dilakukan penjarangan sekaligus penyulaman pada tanaman yang mati agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan optimal serta seragam.

5.      Pemupukan

Hasil produksi tanaman jagung dipengaruhi oleh pupuk, apabila budidaya tanaman jagung tidak dilakukan pemupukan maka produksi jagung akan rendah. Sebaliknya apabila pemupukan yang dilakukan berlebihan akan berpengaruh negatif terhadap lingkungan dan produksi serta dapat menurunkan hasil pendapatan petani, oleh karena itu pemberian dan penggunaan pupuk harus memperhatikan aspek efisiensinya.
Dosis pemupukan jagung di lahan kering adalah; 300 kg/ha Urea, 200 kg/ha SP-36, dan 100 kg/ha KCL. Semua dosis SP-36 dan KCI dan 1/3 dosis urea diberikan saat tanam, 2/3 bagian urea diberikan pada umur 4 minggu. Apabila menggunakan urea tablet, pupuk diberikan pada umur t 10 hari biasanya dilakukan bersamaan dengan penyiangan. Atau pemupukan dapat dilakukan dengan Cara ditugal ± 7 cm disekitar tanaman atau goretan (parit) yang dibuah disamping tanaman sepanjang barisan, setelah pupuk diberikan kemudian ditutup.

6.      Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman meliputi penyiangan (sanitasi), pembumbunan, pengaturan drinase dan aerasi. Pengturan aerasi sangat penting untuk memperlancar aliran udara yang masuk dan keluar ke petakan tanamn agar terhindar dari serangan penyakit yang disebabkan oleh jamur atau busuk pelepah (Rhizoctonia sp). Pertumbuhan jagung akan lebih baik apabila tidak terjadi persaingan dengan gulma dalam mendapatkan unsur hara, terutama pada fase pertumbuhan awal.
Penyiangan pertama dapat dilakukan pada umur 10-15 HST dan penyiangan kedua dilakukan pada umur 20-30 HST bersamaan dengan pemupukan ke-2. Pada daerah yang sulit tenaga kerja, gulma dapat dikendalikan dengan penyemprotan herbisida pra tumbuh seperti a.l : Goal, Saturn-D, Gramaxone, Command, Ronstar dll. Dengan dosis sesuai anjuran Coammad.

7.      Pengendalian HPT

Hasil jagung dipengaruhi oleh keberadaan hama penyakit di lapangan. Hama yang sering mengganggu tanaman jagung adalah penggerek batang, lalat bibit, yang disebut hama utama. Sedangkan beberapa hama lain seperti penggerek daun, belalang, penggerek tongkol dan kutu daun disebut hama kedua. Penyakit yang paling penting yang menyerang tanaman jagung selain Bulai (Corn Downy mildew), adalah penyakit hawar daun, busuk pelepah, penyakit karat, bercak daun, busuk tongkol dan busuk batang.
Pengendalian hama penyakit dapat dilakukan dengan menerapkan kaidah pengendalian hama terpadu (PHT) yang komponen-nya terdiri dari penanaman varietas tahan pengelolaan kultur teknis yang tepat dan penggunaan pestisida. Pengendalian lalat bibit : dengan Karbofuran (misal : Furadan, Dharmafur, Regent dll). Karbofunen diberikan 4-5 butir bersamaan tanam ditempatkan dalam lubang tanaman. Pengendalian Penggerek Pucuk dengan Karbofuran ditempatkan pada titik tumbuh. Pengendalian penyakit Bulai dengan menggunakan varietas tahan dan perlakuan benih 5 gram Ridomil setiap 1 kg benih.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk penanggulangan hama dan penyakit pada tanaman jagung adalah sebagai berikut:
·        Penanaman varietan yang toleran terhadap hama/penyakit utama
·        Pemusnahan tanaman yang sakit
·        Pengaturan pola tanam
·        Penggunaan fungisida cukup efektif untuk mencegah perkembangan penyakit bulai

8.      Panen dan Pasca Panen

Panen dilakukan setelah biji pada tongkol masak yang ditandai dengan terbentuknya lapisan hitam pada lembaga dan tongkol telah menguning dengan biji mengkilap dan apabila ditekan dengan kuku tidak membekas. Jika tidak segera dikonsumsi atau dijual, maka sebaiknya jagung dipanen bersama klobotnya agar biji tidak mudah rusak dan dapat disimpan selama 3- 4 bulan. Pada saat panen kadar air harus dalam kondisi yang rendah yaitu 14-15%. Bila kadar air tinggi 17-20% menyebabkan  terjadinya susut hasil besar. Hal ini ada kaitannya dengan hama yang ada di tempat penyimpanan.
Jagung hibrida mempunyai potensi hasil yang tinggi.  Potensi hasil tersebut dapat dimaksimalkan apabila selama budidayanya kita dapat memberikan lingkungan produksi yang optimal bagi tumbuh kembangnya tanaman. Oleh karena itu jagung hibrida memerlukan komponen teknlogi produksi yang optimal yang perlu kita persiapkan sebelum kita menngusahakan jagung hibrida.
Indonesia saat ini sudah mampu memproduksi benih jagung hibrida dengan produksi yang tidak kalah dengan benih jagung hibrida impor. Benih-benih jagung hibrida dalam negeri sebagian besar diprosuksi oleh Balai Penelitian Sereal (BALLITSEREAL) Maros.  Jenisnya anatara lain Bima 1 sampai Bima 11.

Sumber:
Ir. Gede N. Wirawan, Ir. Moh. Ismail Wahab. Rakitan Paket Teknologi untuk mendukung Program peningkatan produksi jagung di Jawa Timur SATPEL Bimas Propinsi Jawa Timur
Rahmi dkk. 2009. Teknologi budidaya jagung hibrida balai penelitian tanaman serealia  tersedia di http://203.176.181.70/bppi/lengkap/sereal21.pdf


Tidak ada komentar: