Minggu, 16 November 2014

LAPORAN PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN TERUNG (SOLANUM MELONGENA.L) DIDAERAH LEUWEUNG TIIS GARUT

LAPORAN PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN TERUNG (SOLANUM MELONGENA.L) DIDAERAH LEUWEUNG TIIS GARUT


diajukan untuk dipresentasikan pada diskusi kelompok dalam perkuliahan Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu



disusun oleh
Kelompok 6
Bambang Herdiansyah                    11270600
Dedi Sudrajat                                  11270600
Desi Ratnasari                                  11270600
Dzulfikar Fahri                                11270600
Ika Apriani                                       1127060040









PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2014


KATA PENGANTAR

            Alhamdulillah, puji syukur kami  panjatkan ke hadirat Illahi Robbi karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan laporan yang berjudul “Pengendalian Hama dan Penyakit Terong Di Leuweung Tiis Garut”laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengendalian Hama Penyakit Terpadu.
Kami menyadari bahwa selama dalam penulisan banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Dr. H. Cecep Hidayat Ir. MP., Yati Setiati MP. selaku dosen mata kuliah yang telah membantu kami selama menyusun laporan ini
2.      Rekan-rekan seangkatan yang telah memotivasi kami untuk menyelesaikan penyusunan laporan ini, dan semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Laporan ini bukanlah suatu karya yang sempurna karena masih banyak kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penyempurnaaan laporan ini. Kami berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.Aamiin

Bandung,     Oktober 2014

Penulis









BAB I PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang

Pengendalian Hama Terpadu merupakan suatu sistem pengelolaan populasi hama yang memanfaatkan semua teknik pengendalian yang sesuai dan seserasi mungkin untuk mengurangi populasi hama dan mempertahankannya pada suatu aras yang berada di bawah aras populasi hama yang dapat mengakibatkan kerusakan ekonomi (Untung, 1997:25).
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan dasar kebijakan pemerintah dalam program perlindungan tanaman di Indonesia, yang secara resmi tercantum pada Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 1986, Undang Undang Nomor 12 tahun 1992 tentang Budidaya Tanaman (Wasiati, 2003:13). Di dalam kegiatan SLPHT diharapkan ada perubahan dari mereka yang belum mengenal dan menerapkan pengendalian hama secara terpadu dan biasanya hanya menggunakan pestisida, kini menjadi petani yang mampu mengendalikan hama di lahannya sendiri secara terpadu sesuai dengan apa yang didapatkan setelah mengikuti kegiatan Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT).
Program SLPHT dikatakan berhasil apabila tujuan dari program SLPHT tersebut dapat dicapai dengan baik sesuai dengan apayang telah direncanakan. Berbagai hal yang perlu dikaji pada evaluasi progam SLPHT antara lain, kontek (context) meliputi beragam hal mengenai kondisi masyarakat, kondisi sosial ekonomi masyarakat dan kondisi sosial budayanya. Input meliputi beragam hal yaitu materi SLPHT, tenaga pelaksana, fasilitas dan dana yang disediakan untuk pelaksanaan program SLPHT. Proses (process) meliputi survey dasar, pertemuan, musyawarah pra tanam, pembinaan petani penggerak, pelaksanaan SLPHT, lokakarya dan hari lapang tani, dan produk (product) meliputi beragam hal antara lain peningkatan kemampuan dan keterampilan petani dalam mengamati OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) dan teknologi pengendaliannya, peningkatan kerjasama kelompok dalam berusaha tani, dan peningkatan kualitas agro ekosistem.
Pada dasarnya teknologi PHT merupakan teknologi yang praktis, mudah dipelajari dan diterapkan oleh petani pada kondisi ekosistem yang sangat bervariasi antara lokasi tertentu. Mengingat adanya variasi ekosistem terebut, maka pemilihan dan penetapan teknologi PHT harus disesuaikan dengan kondisi dan sistem sosial dan ekonomi masyarakat setempat (spesifik lokasi).
PHT memiliki tujuan mengendalikan populasi hama agar tetap berada dibawah ambang yang tidak merugikan secara ekonomi. Strategi PHT bukanlah eradikasi melainkan pembatasan. Pengendalian hama dengan PHT disebut pengendalian secara multilateral, yaitu menggunakan semua metode atau teknik yang dikenal dan penerapannya tidak menimbulkan kerusakan lingkungan yang merugikan bagi hewan, manusia, dan makhluk hidup laninya baik sekarang maupun pada masa yang akan datang.
Tanaman yang dibudidayakan biasanya sering mendapat gangguan dari binatang atau organisme yang dapat merugikan tanaman yang kita budidayakan. Hewan yang selama masa hidupnya merusak dan merugikan manusia dengan memakan tanaman yang dibudidayakan disebut dengan sebutan hama, belalang, kepik, kumbang, ulat, wereng dll mereka semua adalah contoh dari hama yang sering menyerang tanaman yang dibudidayakan. Berbeda dengan hama penyakit merusak tanaman dengan mengganggu proses-proses fisologis, yang disebabkan oleh rangsangan yang terus menerus pada tanaman oleh sebab primer. Hal ini ditunjukan lewat aktivitas sel sakit dan dinyatakan dalam ekadaan morfologi dan histologi yang disebut gejala.
Salah satu tanaman sayuran yang sering dikonsumsi masyarakat adalah tanaman Terung. Tanaman Terung merupakan tanaman jenis perdu yang umumnya setahun (annual). Warna bunganya antara putih hingga ungu. Batang berkayu, berbentuk silindris, percabangan simpodial, batang muda berambut halus berwarna hijau atau ungu. Tanaman ini sebenarnya sangat mudah untuk dibudidayakan. Namun pada tanaman Terung pada masa pertumbuhannya tidak terlepas dari hama dan penyakit yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman terong. Dengan demikian jika pertumbuhan tanaman terhambat akan dapat menurunkan produksi bahkan sampaimengakibatkan gagal panen.

1.2        Perumusan Masalah

Adapun permasalahan yang diangkat dalam laporan ini adalah:
1.      Apasajakahhama dan penyakit yang menyerang tanaman terung.
2.      Bagaimana cara pengendalian dan penerapan konsep PHPT dalam budidaya tanaman terung dilapang.

1.3        Tujuan Penulisan

1.      Untuk mengetahui berbagai macam hama dan penyakit pada tanaman terung dan bagaimana cara pengendalian hama dan penyakit pada suatu lahan pertanaman terung.
2.      Sebagai bahan pembelajaran khususnya mata kuliah Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu.

1.4        Batasan Masalah

Adapun batasan maslah pada laporan ini yaitu hanya membahas hama dan penyakit pada tanaman terung dan penerapan konsep PHPT dilapang (lahan).











BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.       Pengertian Hama, Penyakit dan Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu

2.1.1. Pengertian Hama

Hama adalah organisme perusak tanaman yang menyerang pada akar, batang, daun atau bagian tanaman lainnya sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dengan sempurna atau mati.Hama yang menyerang tumbuhan antara lain tikus, walang sangit, wereng, tungau, dan ulat. “Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan merugikan bagi tanaman yang diusahakan manusia” (Pracaya, 2003: 5). Para ahli pertanian membuat beberapa versi pengertian (definisi) hamatanaman, diantaranya sebagai berikut:
1.      Organisme “jahat” yang mempunyai kemampuan untuk merusak, mengganggu, atau merugikan organisme lainnya (inang);
2.      Organisme yang  “memusuhi” (merugikan) kesejahteraan manusia;
3.      Setiap spesies organisme yang dalam jumlah besar tidak kita kehendaki kehadirannya;
4.      Organisme yang merugikan dari segi pandangan manusia;
5.      Organisme hidup yang merupakan saingan dalam memenuhi kebutuhan pangan.

2.1.2.      Pengertian Penyakit

Rahmat Rukmana dan Sugandi Saputra (2005: 11) menyatakan, Penyakit tanaman adalah suatu keadaan yang menyimpang dari keadaan normal, yang cukup jelas menimbulkan gejala yang dapat dilihat, menurunkan kualitas atau nilai ekonomis, yang disebabkan akibat dari interaksi yang cukup lama. Tanaman sakit adalah suatu keaadaan proses hidup tanaman yang menyimpang dari keadaan normal dan menimbulkan kerusakan. Makna kerusakan tanaman adalah setiap perubahan pada tanaman yang menyebabkan menurunya kuantitas dan kualitas hasil.
Gangguan terhadap tanaman yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur disebut penyakit. Tidak seperti hama, penyakit tidak memakan tumbuhan, tetapi mereka merusak tumbuhan dengan mengganggu proses– proses dalam tubuh tanaman sehingga mematikan tumbuhan. Oleh karena itu, tanaman yang terserang penyakit, umumnya, bagian tubuhnya utuh. Akan tetapi, aktivitas hidupnya terganggu dan dapat menyebabkan kematian.
Beberapa jenis penyakit yang menyerang tanaman terong diantaranya:
a.       Layu Bakteri;disebabkan bakteri Pseudomonas solanacearum
b.      Busuk Buah;  disebabkan jamur Phytophthora sp.
c.       Bercak Daun;  disebabkan oleh jamur Cercospora sp, Alternaria solaniBotrytis cinerea
d.      Antraknose; disebabkan oleh Gloeosporium melongena Ell.
e.       Busuk Leher Akar;  Penyebabnya adalah Sclerotium rolfsii
f.       Rebah Semai; yang disebabkan oleh Jamur Rhizoctonia solani dan Pythium spp
g.      Mosaik
h.      Busuk Daun (Pseudoperonospora cubensis Berk)
i.        Penyakit Tepung (Erysiphi cichoracearum DC)

2.1.3.      Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu

Pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHPT) adalah sebuah pendekatan dalam proses pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan mempertimbangkan semua aspek dalam mempertahankan keserangan ekosistem hama dan penyakit dibawah ambang ekonomi atau  batas kerugian ekonomis.  Yang termasuk dalam aspek pengelolaannyadiantaranya yaitu: sistem budidaya, lingkungan fisik, biologi, perilaku pengelola dan bahan kimia. Karena dengan menggunakan tehnik atau konsepPHPT, penggunaan dan efek samping yang ditimbulkan dari pestisida akan menjadi lebihminimal dan keuntungan ekonomis dipertahankan. Program PHPT ini menggunakan informasi yang ekstensif. 

2.2.       TanamanTerung

2.2.1. Klasifikasi

Kingdom             : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom         : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi         : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi                    : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas                    : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas             : Asteridae
Ordo                     : Solanales
Famili                   : Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus                   : Solanum
Spesies                 : Solanum melongena L.

2.2.2. Deskripsi Tanaman Terung

Terung merupakan tanaman jenis perdu yang umumnya setahun (annual). Terung yang merupakan famili solanaceae atau solanum melongena.  Terong dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian hingga 1.200 meter di atas permukaan laut. Tinggi pohon terung 40-150 cm, memiliki daun dengan ukuran panjang 10- 20 cm dan lebar 5-10 cm, bunganya berwarna putih hingga ungu dengan lima mahkota bunga. Berbagai varietas terong tersebar luas di dunai, perbedaannya terletak pada bentuk, ukuran, dan warnanya. Terong merupakan jenis tanaman yang memiliki kedekatan dengan tanaman kentang, tomat, dan paprika. Buahnya biasanya dijadikan sayur-sayuran yang bernilai gizi tinggi.
Batang berkayu, berbentuk silindris, percabangan simpodial, batang muda berambut halus berwarna hijau atau ungu. Arah tumbuh batang tegak lurus, arah tumbuh cabang condong ke atas. Daun tunggal, bertangkai silindris (panjangnya 0,5-2,5 cm), letak tersebar. Helaian daun bentuknya bulat telur, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 1,5-12 cm, lebar 1-5 cm, berwarna hijau.

BAB III METODE KUNJUNGAN LAPANGAN

3.1.       Waktu dan Tempat

Tempat : Rumah dan Lahan milik petani
Waktu : Kamis, 20 September 2014

3.2.       Alat dan Bahan

Alat yang dipergunakan dalam pengamatan adalah pensil dan buku catatan sebagai alat bantu wawancara. Serta Handphone sebagai alat bantu dokumentasi dan observasi.

3.3.       Metode Pengamatan

Pengamatan dilakukan dengan cara wawancara, observasi langsung di Desa Leuweung Tiis, Leles, Garut. Selain itu kami juga melakukan Studi Literatur.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.       Hasil Dan Pembahasan

Dari hasil observasi dan wawancara yang kami lakukan didapatlah data sebagai berikut :

4.1.1.           Hama Tanaman

Adapun hama yang menyerang tanaman terung adalah sebagai berikut:
1.    Kumbang Daun (Epilachna spp.)
Kingdom    : Animalia
Phylum       : Arthropoda 
Class           :Insecta 
Order          :Coleoptera   
Family         :Chrysomelidae
Genus         :Aulacophora
Species        :Aulacophora foveicollis
Serangga yang dewasa merupakan kumbang kecil (panjang 1 cm), sayap depannya merah dengan bintik-bintik atau kuning mengkilap. Telur diletakkan berkelompok pada bagian permukaan daun bagian bawah. Larva (panjang 1 cm) dan di sekeliling tubuhnya berduri (bulu-bulu). Siklus (daur) hidup berlangsung 55-71 hari.
Gejala serangan adanya bekas gigitan pada permukaan daun sebelah bawah. Bila serangan berat dapat merusak semua jaringan daun dan tinggal tulang-tulang daun saja
2.    Kutu Daun (Aphis gossypii Glover)

Kingdom                :Animalia      
Divisi                      :Arthropoda  
Subphylum             :Hexapoda    
Kelas                       :Insecta        
Subkelas      :Pterygota    
Infrakelas                :Neoptera     
Ordo                       :Hemiptera    
Subordo                  :Sternorrhyncha      
Superfamily            :Aphidoidea  
Familly                    :Aphididae    
Genus                     :Wereng       
Spesies                    :Aphis gossypii Glover
Distribusinya berupa kosmopolit. Tanaman inang : polifag , asparagus, alpukat, pisang, mentimun, terung, Hibiscus, kapas, papaya, cabai, kentang, bayam,tomat, semangka dll . Perkembangannya yaitu partenogenesis. hama ini berbentuk seperti pear, warnanya bervariasi dari hijau muda sampai hitam, kuning. Mempunyai kornikel pada bagian ujung abdomen. Imago dapat hidup selama 28 hari. Satu ekor imago betina dapat menghasilkan 2-35 nimfa/hari. Siklus hidup dari nimfa sampai imago 5-7 hari. Selama satu tahun dapat menghasilkan 16-47 generasi.
Gejala serangan yaitu serangan berat biasanya terjadi pada musim kemarau. Bagian tanaman yang diserang oleh nimfa dan imago biasanya pucuk tanaman dan daun muda. Daun yang diserang akan mengkerut, pucuk mengeriting dan melingkar sehinga pertumbuhan tanaman terhambat atau tanaman kerdil. Hama ini juga mengeluarkan cairan manis seperti madu sehinga menarik datangnya semut dan cendawan jelaga berwarna hitam. Adanya cendawan pada buah dapat menurunkan kualitas buah. Aphid juga dapat berperan sebagai vektor virus penyakit tanaman (50 jenis virus) sep. Papaya Ringspot Virus, Watermelon Mosaic Virus, Cucumber Mosaic Virus (CMV).
3.    Tungau ( Tetranynichus spp.)
Hama ini dikenal dengan nama tungau merah. Tungau muda yang baru menetas berwarna merah jambu, mengalami beberapa kali pergantian kulit, selongsong kulitnya menempel pada daun. Tungau muda berwarna putih kekuningan dan tungau dewasa berwarna merah. Siklus hidup tungau merah diselesaikan dalam waktu sekitar 15 hari.
 Serangan hama ini ditandai dengan pertumbuhan tanaman terung menjadi abnormal. Daun pucuk atau tunas yang terserang berubah menjadi keriput dan berwarna kuning. Hama ini menyerang daun dan cabang muda dengan cara mengisap cairan dalam jaringan tanaman. 
4.    Ulat Buah ( Helicoverpa armigera Hubn.)
Kingdom         : Animalia
Divisi               : Arthropoda
Kelas               : Insecta
Ordo                : Lepidoptera
Famili              : Noctuide
Genus              : Helicoverpa
Spesies            : Helicoverpa armigera
Distribusi berupa kosmopolit. Tanaman inang bersifat polifag, tomat, cabai, tembakau, kedelai, jagung. Perkembangan yaitu holometabola (telur, larva, pupa, imago).
Gejala serangan berupa pada daun, daun berlubang-lubang yang tidak beraturan. Serangan berat daun akan habis dan tanaman menjadi gundul. Pada buahakanberlubang dan akan membusuk bila terjadi infeksi sekunder kemudian rontok.Telurnya berwarna putih kekuningan dan imago biasanya bertelur pada senja hari. Telur diletakkan secara tunggal pada bungan dan akan berubah warna menjadi merah tua atau kecoklatan setelah 24 jam, yang selanjutnya akan menetas dalam waktu kira-kira 3-5 hari. Satu ekor imago mampu bertelur 1000 butir.
Ukuran larva stadia akhir berkisar antara 2-4 cm dengan warna bervariasi mulai dari hijau, cokelat kemerahan ataupun cokelat kehitaman. Larva merusak daun, bunga dan buah, bersifat kanibal, masa larva 16-25 hari. Pupa terbentuk di dalam tanah, masa pupa 17 hari. Imago berukuran sedang, rentang sayap 30-40 mm, berwarna coklat, pada bagian tengah sayap terdapat bintik berwarna coklat tua. Siklus hidupnya 35 hari.
5.    Lalat Buah (Bactrocera sp.)
Kingdom    : Animalia,
Phylum       : Arthropoda,
Kelas           : Insecta,
Ordo           : Diptera,
Famili          : Tephritidae,
Genus         :  Batrocera
Spesies        : Batrocera spp.
Serangga yang telah dewasa mirip dengan lalat rumah, panjang sekitar 6-8 mm dan lebar 3 mm. Torak berwarna oranye, merah kecoklatan, coklat atau hitam. Dorsalisnya terdapat 2 garis yang membujur dan sepasang sayap yang transparan. Pada abdomen terdapat 2 pita yang melintang dan satu pita membujur warna hitam atau bentuk huruf T yang kadang tidak jelas. Pada lalat betina ujung abdomen lebih runcing dan mempunyai alat peletak telur (ovipositor) yang cukup kuat untuk menembus kulit buah sedangkan lalat jantan abdomen lebih bulat. Telur berwarna putih berbentuk bulat panjang yang diletakkan secara berkelompok 2-15 butir di dalam buah.
Larva terdiri atas 3 instar berbentuk belatung/bulat panjang dengan salah satu ujungnya (kepala) runcing dengan 2 bintik hitam yang jelas merupakan alat kait mulut, mempunyai 3 ruas torak, 8 ruas abdomen, berwarna putih susu atau putih keruh atau putih kekuningan, larva menetas di dalam buah.
Pupa, berada di permukaan tanah berwarna kecoklatan dan berbentuk oval dengan panjang sekitar 5 mm. Siklus hidup di daerah tropis sekitar 25 hari. Serangga betina dapat meletakkan telur 1-40 butir/buah/hari dan dari satu ekor betina dapat menghasilkan telur 1.200-1.500 butir. Stadium telur 2 hari, larva 6-9 hari. Larva instar 3 dapat mencapai panjang sekitar 7 mm, akan membuat lubang keluar untuk meloncat dan melenting dari buah masuk ke dalam tanah dan menjadi pupa di dalam tanah. Pupa berumur 4-10 hari dan menjadi serangga dewasa.
Gejala serangan Buah yang terserang ditandai oleh lubang titik hitam pada bagian pangkalnya, tempat serangga dewasa memasukkan telur. Umumnya telur diletakkan pada buah yang agak tersembunyi dan tidak terkena sinar matahari langsung, pada buah yang agak lunak dengan permukaan agak kasar. Larva membuat saluran di dalam buah dengan memakan daging buah serta menghisap cairan buah yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi oleh OPT lain, sehingga buah menjadi busuk dan biasanya jatuh ke tanah sebelum larva berubah menjadi pupa.
6.    Thrips (Thrips parvispinus Karny)
Imago berukuran sangat kecil sekitar 1 mm, berwarna kuning sampai coklat kehitam-hitaman. Imago yang sudah tua berwarna agak kehitaman, berbercak- bercak merah atau bergaris-garis. Imago betina mempunyai 2 pasang sayap yang halus dan berumbai/jumbai seperti sisir bersisi dua. Pada musim kemarau populasi lebih tinggi dan akan berkurang bila terjadi hujan lebat. Umur stadium serangga dewasa dapat mencapai 20 hari.
Telur berbentuk oval/seperti ginjal rata-rata 80 butir per induk, diletakkan di permukaan bawah daun atau di dalam jaringan tanaman secara terpencar, akan menetas setelah 3-8 hari.
Nimfa berwarna pucat, keputihan/kekuningan, instar 1 dan 2 aktif dan tidak bersayap. Nimfa yang tidak aktif berada di permukaan tanah. Pupa terbungkus kokon, terdapat di permukaan bawah daun dan di permukaan tanah sekitar tanaman. Perkembangan pupa menjadi trips muda meningkat pada kelembaban relatif rendah dan suhu relatif tinggi. Daur hidup sekitar 20 hari, di dataran rendah 7-12 hari. Hidup berkelompok.
Gejala langsung serangan pada permukaan bawah daun berwarna keperak- perakan, daun mengeriting atau keriput. Hama menyerang dengan menghisap cairan permukaan bawah daun dan atau bunga ditandai oleh bercak-bercak putih/keperak-perakan. Daun akan berubah warna menjadi coklat, mengeriting/keriput dan mati. Pada serangan berat, daun, pucuk serta tunas menggulung ke dalam dan timbul benjolan seperti tumor dan pertumbuhan tanaman terhambat, kerdil bahkan pucuk mati. Mula-mula daun yang terserang memperlihatkan gejala noda keperakan yang tidak beraturan, akibat adanya luka dari cara makan serangga tersebut. Setelah beberapa waktu, noda keperakan tersebut berubah menjadi cokelat tembaga. Daun-daun mengeriting keatas. Secara tidak langsung: trips merupakan vektor penyakit virus mosaik dan virus keriting.



4.1.2.      Penyakit Tanaman

1.     Layu Bakteri
Penyebabnya adalah bakteri Pseudomonas solanacearum. Bisa hidup lama dalam tanah. Serangan hebat pada temperatur cukup tinggi.Gejala serangan terjadi kelayuan seluruh tanaman secara mendadak. Sebenarnya serangan Layu bakteri bersifat lokal, seperti pada pembuluh Xylem, tetapi apabila menyerang akar atau leher akar akan menghambat pasokan air dan hara tanaman dari tanah ke daun, sehingga gejala yang muncul adalah kelayuan yang bersifat sistemik.
2.    Busuk Buah
Penyebabnya adalah jamur Phytophthora sp. Phomopsis vexans, Phytium sp. Gejala pada buah terung mula-mula terjadi bercak kebasahan yang bergaris tengah lebih kurang 0,5 cm. Becak meluas dengan cepat ke arah sumbu panjang, sehingga becak bentuknya memanjang. Pada jenis berbuah bulat dan warnanya ungu becak tetap berbentuk bulat dan berwarna gelap. Bagian dalam buah berubah warnanya, kebasah-basahan, dan berbatas coklat tidak teratur. Akhirnya buah terlepas dari kelopaknya dan menjadi busuk sama sekali.
3.    Bercak Daun
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Cercospora sp, Alternaria solani, Botrytis cinerea. Gejala bercak-bercak kelabu-kecoklatan atau hitam pada daun.
4.    Antraknose
Penyakit ini disebabkan oleh Gloeosporium melongena Ell.Gejala pada buah becak-becak melekuk, bulat, yang dapat bersatu menjadi becak besar yang tidak teratur. Becak berwarna coklat dengan titik-titik hitam yang terdiri dari aservulus jamur.

4.2.       Pengendalian Hama dan Penyakit di Lapangan

Dari hasil wawancara yang kami lakukan bahwa petani tersebut tidak sepenuhnyamenggunakan konsep PHPT. Adapun cara mengendalikan seluruh hama yang digunakan oleh bapak Zaenudin Lubis (petani) yaitu:
1.      Pergiliran tanaman
Pergiliran tanaman ini dilakukan untuk memutuskan siklus daur hidup hama yang menyerang tanaman.
2.      Penanaman menggunakan pola tumpang sari
Penanama dengan pola tanam monokultur mengurangi keberagaman makhluk hidup penyusun ekosistemnya sehingga seringkali terjadi ledakan populasi hama dan patogen penyebab penyakit tanaman.
Penanama dengan pola tanam sistem tumpangsari sama saja dengan memodifikasi ekosisitem yang erat kaitannya dengan pengendalian OPT karena dengan menggunakan sistem tumpangsari ini memberikan keuntungan yang sangat besar diantaranya yaitu:
a.       Penjagaan fase musuh alami tidak aktif
b.      Melestarikan keanekaragaman komunitas
c.       Penyediaan inang alternative
d.      Penyediaan makanan alami
e.       Tempat berlindung musuh alami
f.       Penggunaan insektisida akan lebih selektif. 
3.      Penggunaan pestisida (insektisida)
Dalam prakteknya penyemprotan dan penggunaan yang dilakukan dilapang tidak sepenuhnya menggunakan insektisida kimia, dosis insektisida yang digunakan sebanyak 30ml/17 liter air. Dalam penggunaannya insektisida kimia ini dicampur dengan rinso/sampo, ekstrak daun sirsak, dan daun pepaya. Penyemprotan pada tanaman terung hanya dilakukan setelah hama melampaui ambang batas ekonomi, dan apabila terjadi lonjakan hama kedua campuran dari pestisida kimia, rinso/sampo, ekstrak daun pepaya dan sirsak sudah tidak ampuh untuk membasmi seluruh hama maka petani hanya menganti jenis insektisida dan menambahkan ekstrak umbi gadung, untuk dosis yang di gunakannya tetap sama 30 ml/17 liter air.
Menurut bapak Zaenudin selaku petani, penggunaan campuran antara pestisida kimia dan nabati ini lebih efektif dari pada menggunakan pestisida kimia seutuhnya.
4.      Mencabut dan membakar tanaman yang terkena penyakit
Pencabutan dan pembakaran tanaman dilakukan pada tanaman yang telah parah terkena penyakit. Hal ini dilakukan agar penyakit tidak menyebar luar ke tanaman lainya.

4.3.       Prinsip dan Konsep Pengendalian Hama dan Penyakit Yang Diterapkan

Menurut Bapak Zaenudin selaku petani, prinsip dari pengendalian hama penyakit yang dia lakukan itu baik meskipun tidak seutuhnya menggunakan konsep PHPT karena mengacu pada:
1.    Budidaya tanaman sehat. Budidaya ini mencakup semua aspek dari mulai benih, pengolahan tanah, pemberian pupuk yang sesuai, pemeliharan yang tepat, pemberian pestisida yang sesuia takaran dan meminimalisir penggunaaan bahan kimia yang menghasilkan zat sisa berbahaya.
2.    Pelestarian musuh alami, guna menjaga keseimbangan antara populasi hama dan musuh alami dengan tetap memperhatikan komoditas yang ditanam agar tidak mengalami luka ekonomi. Tidak memberantas hama sampai habis sehingga musuh alami, hama dan ekosistem lainya seimbang.
Didaerah petani yang kami kunjungi, petani-petani disana rata-rata belum menggunakan prinsip-prinsip PHPT dengan benar. Para petani masih belum melakukan dan menerapkan budidaya tanaman sehat. Karena para petani dalam pengendalian hama cenderung dengan mengunamakan pestisida kimia.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.       Kesimpulan

Terung merupakan tanaman jenis perdu yang umumnya setahun (annual). Terung yang merupakan famili solanaceae atau solanum melongena. Terong dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian hingga 1.200 meter di atas permukaan laut.Berbagai varietas terong tersebar luas di dunai, perbedaannya terletak pada bentuk, ukuran, dan warnanya. Batang berkayu, berbentuk silindris, percabangan simpodial, batang muda berambut halus berwarna hijau atau ungu.
Daun tunggal, bertangkai silindris (panjangnya 0,5-2,5 cm), letak tersebar. Helaian daun bentuknya bulat telur, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 1,5-12 cm, lebar 1-5 cm, berwarna hijau. Adapun hama yang menyerang tanaman terung adalah kumbang daun (Epilachna spp), kutu  daun (Aphis gosspii Glover), tungau (Tetranynichus spp), lalat buah (Bactrocera sp), dan thrips (Thrips parvispinus karny), sedangkan penyakit yang ada pada tanamaan terung adalah layu bakteri, busuk buah, bercak daun, dan antraknose. Adapun cara pengendalian hama dan penyakit tersebut adalah dengan cara sebagai berikut:
1.      pergiliran tanaman
 Pergiliran tanaman ini dilakukan untuk memutuskan siklus daur hidup hama yang menyerang tanaman.
2.      penanaman menggunakan tumpang sari
Penanama dengan pola tanam sistem tumpangsari sama saja dengan memodifikasi ekosisitem yang erat kaitannya dengan pengendalian OPT karena dengan menggunakan sistem tumpangsari ini memberikan keuntungan yang sangat besar diantaranya penjagaan fase musuh alami tidak aktif, melestarikan keanekaragaman komunitas, penyediaan inang alternative, penyediaan makanan alami, tempat berlindung musuh alami dan penggunaan insektisida akan lebih selektif.


3.      Penggunaan pestisida (insektisida)
Dalam penggunaannya insektisida kimia ini dicampur dengan rinso/sampo, ekstrak daun sirsak, dan daun pepaya. Penyemprotan pada tanaman terung hanya dilakukan setelah hama melampaui ambang batas ekonomi, dan apabila terjadi lonjakan hama kedua campuran dari pestisida kimia, rinso/sampo, ekstrak daun pepaya dan sirsak sudah tidak ampuh untuk membasmi seluruh hama maka petani hanya menganti jenis insektisida dan menambahkan ekstrak umbi gadung,
4.      Mencabut dan membakar tanaman yang terkena penyakit
Pencabutan dan pembakaran tanaman dilakukan pada tanaman yang telah parah terkena penyakit. Hal ini dilakukan agar penyakit tidak menyebar luar ke tanaman lainya.

5.2.       Saran

Para petani terung harus mengatahui budidaya tanaman sehat yang mencakup semua aspek dari mulai benih, pengolahan tanah, pemberian pupuk yang sesuai, pemeliharannya  yang tepat, pemberian pestisida yang harus sesuai dengan takaran dan meminimalisir penggunaaan bahan kimia yang menghasilkan zat sisa berbahaya. Tidak merusak ekosistem yang sudah ada agar keadaan hama dan musuh alami populasinya seimbang.











DAFTAR PUSTAKA

Ir. Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya: Depok.
Lubis Siti Zulhizzah. 2014. Laporan PengamatanHama Dan PenyakitPada Tanaman Terong( Solanum Melongena L ).Fakultas PertanianUniversitas Graha NusantaraPadangsidimpuan
Tjahjadi, Ir. Nur. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta : Kanisius
Surachman, Enceng, dkk. 2007. Hama Tanaman, Pangan, Hortikultura dan Perkebunan. Kanisius: Yogyakarta.



2 komentar:

Sumarni Angkasa mengatakan...

Judi Online Deposit Ovo
Judi Online Deposit Gopay
Judi Online Deposit Linkaja
Judi Online Deposit Dana
Judi Online Deposit Sakuku
Judi Online Deposit Pulsa Tanpa Potongan
Judi Online Deposit Bank BTPN
Judi Online Deposit Bank BTN
Judi Online Deposit Bank Permata

Promo :
★ Bonus 100% (Menang 8x, 9x, 10x Beruntun)
★ Bonus Cashback Mingguan 5% s/d 10%
★ Bonus Deposit Pertama 10%
★ Bonus Referral 7% + 2% Seumur hidup

Hubungi Kontak Resmi Kami Dibawah ini (Online 24 Jam Setiap Hari) :

» Nomor WhatsApp : 0812–2222–995
» ID Telegram : @bolavitacc
» ID Wechat : Bolavita
» ID Line : cs_bolavita

Unknown mengatakan...

Play The Real Money Slot Machines - Trick-Taking Game - Trick-Taking
How herzamanindir to Play. apr casino Play The Real Money Slot Machine. If you are searching 토토사이트 for a fun, exciting game to poormansguidetocasinogambling.com play online, we have https://tricktactoe.com/ you covered.